Mutu Pelayanan Kebidanan Kurangnya Akses Pelayanan pada Remaja (Pelayanan Youth Friendly) Oleh Petugas Kesehatan

iklan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya pad penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Kurangnya Akses Pelayanan pada Remaja (Pelayanan Youth Friendly) oleh Tenaga Kesehatan.
Penulis merasa makalah ini masuh jauh dari kesempurnaan.Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan yang bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-baikny.
Padang, Januari 2009
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Perumusan Masalah
1.3. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Remaja
2.1.1. Pengertian
2.1.2. Transisi yang Dihadapi pada Masa Remaja
2.1.3. Faktor yang Menjadi Masalah pada Remaja
2.1.4. Kesehatan Remaja
2.2. Mutu Pelayanan Kesehatan
2.2.1. Pengertian
2.2.2. Dimensi Mutu
2.2.3. Prinsip Perbaikan Mutu
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dan juga merupakan negara yang padat akan penduduknya. Penduduk dipelajari oleh ilmu kependudukan yang terdiri atas demografi dan studi kependudukan. Demografi sering pula di definisikan sebagai suatu studi kuantitatif dari lima proses demografi yaitu; fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi dan morbilitas sosial. Beberapa indikator demografi yang sering kita temui diantaranya jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut jenis kelamin, umur, suku bangsa, pendidikan, agama, pekerjaan, dan proses domografi yang mempengaruhi jumlah dan komposisi penduduk.
Sebagai suatu negara berkembang, Indonesia juga tidak luput dari masalah kependudukan. Secara garis besar masalah-masalah pokok di bidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, persebaran penduduk yang tidak merata, struktur umur muda, dan kualitas penduduk yang masih harus ditingkatkan.
Pada tahun 2005, 30% dari jumlah penduduk Indonesia adalah remaja. Remaja adalah kelompok penduduk yang berusia 10-19 tahun (menurut WHO dan DEPKES) atau kelompok penduduk yang berusia 10-24 tahun (menurut UNFPA) dan belum menikah. Sebagian remaja sudah mengalami pematangan organ reproduksi dan bisa berfungsi atau bereproduksi, namun secara sosial, mental, dan emosi mereka belum dewasa. Remaja akan mengalami banyak masalah apabila pendidikan dan pengasuhan seksualitas reproduksi mereka terabaikan.
Akibatnya banyak terjadi IMS, kehamilan dini, kehamilan yang tidak diinginklan, dan usaha aborsi yang tidak aman diantara mereka.
Fakta yang terbaru menyebutkan bahwa
· 15% remaja sudah melakukan hubungan seks diluar nikah.
· Jumlah penderita HIV-AIDS pada akhir tahun 2005 sebanyak 46,19% adalah jumlah remaja diman 43,5% terinfeksi melalui hubungan seks yang tidak aman dan 50% tertular lewat jarum suntik.
· 60% dari pekerja seks di Indonesia adalah remaja perempuan berusia 24 tahun atau dari 30%nya adalh mereka yang berumur 15 tahun atau kurang.
· 20% dari 2,3 juta kasus aborsi setiap tahun di Indonesia dilakukan oleh remaja dan mereka mendapatkan tindakan aborsi tidak aman serta menyebabkan komplikasi yang dapat membawa mereka pada kematian.
Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa aspek diantaranya informasi yang tepat tentang masalah seksual dan reproduksi bagi remaja sangat kurang dan akses pelayanan yang bersifat youth friendly juga tidak memadai, bahkan tidak ada. Kemudian kurangnya pengetahuan dan komitmen petugas kesehatan untuk menangani masalah remaja dan terbatasnya fasilitas, membuat remaja tidak pernah mendapat perlindungan dan pemeliharaan dengan tepat.
Berdasarkan uraian di atas penulis berminat untuk membuat makalah dengan judul “Kurangnya Akses Pelayanan pada Remaja (Pelayanan Youth Friendly) oleh Petugas Kesehatan”.
1.2. Perumusan Masalah
Bagaimana Kurangnya Akses Pelayanan pada Remaja (Pelayanan Youth Friendly) oleh Petugas Kesehatan.
1.3. Tujuan
Diketahui bagaimana Kurangnya Akses Pelayanan pada Remaja Pelayanan Youth Friendly) oleh Petugas Kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Remaja
2.1.1. Pengertian
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Di masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak - anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak - anak menuju dewasa (http://www.sciencedaily).
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun (http://www.mediaindo.co.id/).
Remaja adalah individu, baik laki-laki maupun perempuan, yang sedang berada di tengah-tengah masa transisi dari anak­anak menuju dewasa. Menurut klasifikasi World Health Organization (WHO), kelompok umur ini berada pada usia antara 10 sampai 19 tahun.
(UNICEF) mengatakan bahwa orang muda adalah antara umur 15 dan 24 tahun (istilah “orang muda” merujuk kepada penggabungan kelompok umur 10-­24 tahun).
2.1.2. Transisi yang Dihadapi pada Masa Remaja
1. Transisi dalam Emosi
Ciri utama remaja adalah peningkatan kehidupan emosinya, dalam arti sangat peka, mudah tersinggung perasaannya. Remaja dikatakan berhasil melalui masa transisi emosi apabila ia berhasil mengendalikan diri dan mengekspresikan emosi sesuai dengan kelaziman pada lingkungan sosialnya tanpa mengabaikan keperluan dirinya.
2. Transisi dalam Sosialisasi
Pada masa remaja hal yang terpenting dalam proses sosialisasinya adalah hubungan dengan teman sebaya, baik dengan sejenis maupun lawan jenis.
3. Transisi dalam Agama
Sering terjadi remaja yang kurang rajin melaksanakan ibadah seperti pada masa kanak-kanak. Hal tersebut bukan karena melunturnya kepercayaan terhadap agama, tetapi timbul keraguan remaja terhadap agama yang dianutnya sebagai akibat perkembangan berfikirnya yang mulai kritis. .
4. Transisi dalam Hubungan Keluarga
Dalam satu keluarga yang terdapat anak remaja, sulit terjadi hubungan yang harmonis dalam keluarga tersebut. Keadaan ini disebabkan remaja yang banyak menentang orang tua dan biasanya cepat menjadi marah. Sedangkan orang tua biasanya kurang memahami ciri tersebut sebagai ciri yang wajar pada
5. Transisi dalam Moralitas
Pada masa remaja terjadi peralihan moralitas dari moralitas anak ke moralitas remaja yang meliputi perubahan sikap dan nilai-nilai yang mendasari pembentukan konsep moralnya. Sehingga sesuai dengan moralitas dewasa serta mampu mengendalikan tingkah lakunya sendiri.
2.1.3. Faktor yang Menjadi Masalah pada Remaja

1. Adanya perubahan-perubahan biologis dan psikologis yang sangat pesat pada masas remaja yang akan memberikan dorongan tertentu yang sifatnya sangat kompleks.
2. Orangtua dan pendidik kurang siap untuk memberikan informasi yang benar dan tepat waktu, karena ketidaktahuannya.
3. Perbaikan gizi yang menyebabkan menais menjadi lebih dini. Banyaknya kejadian kawin muda terutama didaerah pedesaan. Sebaiknya di kota, kesempatan untuk bersekolah dan bekerja menjadi lebih terbuka bagi wanita dan usia kawin makin bertambah. Kesenjangan antara menais dan umur kawin yang panjang, apalagi dalam suasana pergaulan yang makin bebas tidak jarang menimbulkan masalah bagi remaja.
4. Membaiknya sarana komunikasi dan transportasi akibat kemajuan teknologi menyebabkan membanjirkan arus informasi dari luar yang sulit sekali diseleksi.
5. Pembangunan kearah industrialisasi disertai dengan pertambahan penduduk menyebabkan maningkatnya urbanisasi, berkurangnya sumber daya alam dan terjadinya perubahan tata nilai. Ketimpangan sosial dan individualisme sering kali memicu terjadinya perubahan konflik perorangan maupun kelompok lapangan kerja yang kurang memadai dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi remaja sehingga remaja akan menderita frustasi dan depresi yang akan menyebabkan mereka mengambil jalan pintas dengan tindakan yang bersifat negatif.
6. Kurangnya pemanfaatan penggunaan sarana untuk menyalurkan gejolak remaja. Perlu adanya penyaluran sebagai subtitusi yang bersifat positif kearah pengembangan keterampilan yang mengandung unsur kecepatan dan kekuatan, misalnya olahraga.
2.1.4. Kesehatan Remaja
a. Kesehatan Fisis
Sebab-sebab morbiditas utama dalam masa adolesen adalah akibat dari tingkah laku yang berbahaya yaitu :
Penggunaan bahan-bahan psikotropika, aktivitas seksual, dan kendaraan bermotor dengan akibat-akibat jangka pendek dan jangka panjang. Selain itu juga penyakit seperti akne yang merupakan masalah kulit yang paling mengganggu remaja dan ditemukan pada 80% remaja. Penyakit ini merupakan gangguan pada kelenjar pilosebaseus yang ditandai dengan sumbatan dan peradangan folikel. Akne berkaitan dengan masalah kebersihan kulit, pola makan, hormonal, psikologis, dan infeksi bakteri. Gangguan kesehatan lainnya yaitu gangguan pada mata yaitu miop dan cidera, gangguan pendengaran yaitu konduktif, sensorineural, dan bentuk campuran, dan karles dentis
b. Masalah Perilaku
ò Pemakaian narkotik dan zat aditif lain (NAZA) secara umum penggunaan NAZA pada remaja merupakan resiko untuk menggunakan substansi lain. Dimulai dengan merokok atau alkohol kemudian disusul dengan pemakaian mariyuana, kemudian obat-obat lainnya termasuk heroin, kokain, sedative, stimulant, dan lain-lain
ò Perilaku yang menyebabkan kecelakaan. Sebab utama kematian dalam masa remaja adalah cidera pada kecelakaan yang berkaitan dengan tingkah laku yang berbahaya, pembunuhan atau bunuh diri.
c. Aktifitas Seksual
V Hubungan Seksual Sebelum Menikah
Penelitian yang dilakukan oleh Puslit Ekologi Kesehatan Badan Litbang Kesehatan Depkes RI Tahun 1990 terhadap siswa-siswa SMA di Jakarta dan Yogyakarta menyebutkan bahwa faktor utama yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks pranikah adalah membaca buku porno dan menonton blue film.
V Kaum Muda
Usia wanita saat perkawinan pertama dapat mempengaruhi resiko kelahiran. Semakin muda usia saat perkawinan pertama semakin besar resiko yang dihadapi bagi keselamatan ibu maupun anak.
V Penyakit Menular Seksual.
Prevalensi PMS mencapai puncaknya pada masa remaja akhir dan awal dewasa, kemudian menurun dengan cepat dengan semakin bertambahnya umur. Pada remaja pria kasus terbanyak adalah uretritis gonore dan wanita adalah bacterial vaginosis.
2.2. Mutu Pelayanan Kesehatan
2.2.1. Pengertian
£ Mutu adalah kecocokan penggunaan produk (fitnes for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan (juran). Kecocokan penggunaan tersebut didasarkan atas lima ciri utama; teknologi (kekuatan dan daya tahan), psikologis (citra rasa atau status), waktu (kehandalan), kontraktual (adanya jaminan), dan etika (sopan santun, ramah, atau jujur).
£ Mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses dantugas, serta lingkungan yang memenuhi atau memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
£ Mutu pelayanan kesehata adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan (Azrul Azwar).
2.2.2. Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan Menurut Azrul Azwar
1. Kompetensi Teknik (Technical Competence)
Keterampilan, kemampuan, dan penampilan petugas, manajer, dan staf pendukung. Kompetensi teknis berhubungan dengan bagaimana cara petugas mengikuti standar pelayanan yang telah di tetapkan.
2. Akses Terhadap Pelayanan (Accessibility)
Tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial ekonomi, budaya, organisasi, atau hambatan bahasa.
a. Geografis, dapat di ukur dengan jenis trnsportasi, jarak, waktu, dan perjalanan.
b. Akses ekonomi, berkaitan dengan kemampuan memberikan pelayanan kesehatan yang pembiayaannya terjangkau pasien.
c. Akses sosial atau budaya, berkaitan dengan diterimanya pelayanan yang dikaitkan dengan nilai budaya, kepercayaan dan perilaku.
d. Akses organisasi, berkaitan dengan sejauh mana pelayanan di atur untuk kenyamanan pasien, jam kerja klinis, waktu tunggu.
e. Aksese bahasa, pelayanan diberikan dalam bahasa atau dialek setempat yang dipahami pasien.
3. Efektifitas (Effectiveness)
Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektifitas yang menyangkut norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai dengan standar yang ada.
4. Hubungan Antar Manusia (Interpersonal Relation)
Berkaitan dengan interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien, manjer dan petugas, dan antara tim kesehatan dengan masyarakat.
5. Efisiensi (Efficiency)
Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal daripada memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan masyarakat. Petugas akan memberikan pelayanan yang terbaik dengan sumber daya yang dimiliki.
6. Kelangsungan Pelayanan (Continuity)
Pasien akan menerima pelayanan yang lengkap yang dibutuhkan termasuk rujukan tanpa interupsi, berhenti atau mengulangi prosedur, diagnosa dan terapi yang tidak perlu.
7. Keamanan (Safety)
Mengurangi resiko cedera, infeksi, efek samping, atau bahaya lain yang berkaitan dengan pelayanan.
8. Kenyamanan (Amnieties)
Berkaitan dengan pelyanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung dengan efektifitas klinis, tetapi dapat mempengaruhi kepuasan pasien dan bersedianya untuk kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya.
2.2.3. Prinsip Perbaikan Mutu
1. Keinginan untuk Berubah
· Tidak hanya menemukan praktek yang tidak benar
· Nyatakan secara terbuka keingina untuk bekerja dalam kemitraan untuk meningkatkan hasil pelayanan.
2. Mendefinisikan Kualitas
Kemampuan pelayanan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
3. Mengukur Kualitas
· Menggunakan metode statistik yang tepat untuk menafsirkan hasil pengukuran.
· Perlu informasi atas proses, kebutuhan pelanggan, dan kualitas penyedia.
4. Memahami Saling Ketergantungan
Fragmentasi tanggung jawab akan menimbulkan suboptimaze “saya bekerja dengan baik yang lain tidak”.
5. Memahami Sistem
Kesalahan yang terjadi disebabkan oleh sistem (85%) dan manusia (15%).
6. Investasi dalam Belajar
Seluruh pakar menekankan pentingnya pelatihan atau pembelajaran. Mencari penyebab lalu mendapatkan pengalaman untuk perbaikan.
7. Mengurangi Biaya
Mengurangi kerja sia-sia, duplikasi, komplrksitas yang tak perlu.
8. Komitmen Pemimpin
Menunjukkan segala sesuatu baik itu dengan kata-kata maupun perbuatan atas komitmen yang telah ditetapkan terutama untuk mutu.
BAB III
PEMBAHASAN
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Di masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak - anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak - anak menuju dewasa (http://www.sciencedaily). Sebagian remaja sudah mengalami pematangan organ reproduksi dan bisa berfungsi atau bereproduksi, namun secara sosial, mental, dan emosi mereka belum dewasa. Remaja akan mengalami banyak masalah apabila pendidikan dan pengasuhan seksualitas reproduksi mereka terabaikan.
Akibatnya banyak terjadi IMS, kehamilan dini, kehamilan yang tidak diinginklan, dan usaha aborsi yang tidak aman diantara mereka. Remaja merupakan kelompok marginal dan kesalahan yang mereka lakukan dianggap aib oleh masyarakat sehingga persoalan reproduksi remaja di Indonesia tidak diperhitungkan oleh pembuat kebijakan.
Hal ini juga disebabkan oleh beberapa aspek diantaranya informasi yang tepat tentang masalah seksual dan reproduksi bagi remaja sangat kurang dan akses pelayanan yang bersifat youth friendly juga tidak memadai, bahkan tidak ada. Kemudian kurangnya pengetahuan dan komitmen petugas kesehatan untuk menangani masalah remaja dan terbatasnya fasilitas, membuat remaja tidak pernah mendapat perlindungan dan pemeliharaan dengan tepat.
Dari hal di atas dapat dilihat dimana salah satu atau beberapa dimensi mutu pelayanan kesehatan tidak berjalan dengan baik. Maka disini dimensi pelayanan kesehatan yang disorot yaitu mengenai dimensi efisien dan kenyamanan. Dimana kurang efisiennya kinerja tenaga kesehatan dalam menangani masalah remaja, kemudian berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung dengan efektifitas klinis yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien (remaja), sehingga remaja tidak bersedia lagi untuk kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya.
Untuk itu disini perlu adanya peran dari pengambil kebijakan dan petugas kesehatan dalam menangani masalah ini, diantaranya :
V Perlu dikaji ulang bagaimana peraturan maupun undang-undang yang ada (UU No. 23 Tentang Kesehatan, UU No. 10 Tentang Kependidikan dan isi KUHP), aspek sosial, adat, dan budaya masyarakat yang pada banyak hal akan menghambat pemberian pelayan pada remaja.
V Petugas kesehatan baik pemerintah, swasta, dan LSM yang punya komitmen terhadap kesehatan remaja, perlu memahami bahasa dan perilaku remaja agar dapat memberikan pelayanan yang tepat sesuai dengan karakteristik dan keinginan remaja.
V Pelayanan konseling juga diperlukan sebelum memberikan pelayanan kepada remaja, agar hak mereka untuk mendapatkan informasi dan pelayanan dapat terpenuhi, yang pada akhirnya remaja dapat terhindar dari IMS, HIV-AIDS, kehamilan tidak di inginkan dan usaha aborsi tidak aman. Pemberian pelayanan ini sebaiknya juga diberikan dala satu paket dengan pendidikan kespro bagi remaja.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
a. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Di masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak - anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak - anak menuju dewasa (http://www.sciencedaily).
b. Remaja akan mengalami banyak masalah apabila pendidikan dan pengasuhan seksualitas reproduksi mereka terabaikan. Akibatnya banyak terjadi IMS, kehamilan dini, kehamilan yang tidak diinginklan, dan usaha aborsi yang tidak aman diantara mereka.
c. Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan (Azrul Azwar).
d. Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa aspek diantaranya informasi yang tepat tentang masalah seksual dan reproduksi bagi remaja sangat kurang dan akses pelayanan yang bersifat youth friendly juga tidak memadai, bahkan tidak ada. Kemudian kurangnya pengetahuan dan komitmen petugas kesehatan untuk menangani masalah remaja dan terbatasnya fasilitas, membuat remaja tidak pernah mendapat perlindungan dan pemeliharaan dengan tepat.
e. Untuk itu disini perlu adanya peran dari pengambil kebijakan dan petugas kesehatan dalam menangani masalah ini, diantaranya :
V Perlu dikaji ulang bagaimana peraturan maupun undang-undang yang ada, aspek sosial, adat, dan budaya masyarakat yang pada banyak hal akan menghambat pemberian pelayan pada remaja.
V Petugas kesehatan baik pemerintah, swasta, dan LSM yang punya komitmen terhadap kesehatan remaja, memahami bahasa dan perilaku remaja agar dapat memberikan pelayanan yang tepat sesuai dengan karakteristik dan keinginan remaja.
V Pelayanan konseling sebelum memberikan pelayanan kepada remaja, agar hak mereka untuk mendapatkan informasi dan pelayanan dapat terpenuhi, yang pada akhirnya nanti remaja dapat terhindar dari IMS, HIV-AIDS, kehamilan tidak di inginkan dan usaha aborsi tidak aman. Pemberian pelayanan ini sebaiknya juga diberikan dala satu paket dengan pendidikan kespro bagi remaja.
4.2. Saran
Diharapkan kepada pembaca agar dapat memahami bagaimana Kurangnya Akses Pelayanan pada Remaja (Pelayanan Youth Friendly) oleh Petugas Kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2005
Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustak
Bari Syaifuddin, dkk. 2006
Panduan Praktis Pelayanan Kotrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Supriadi. 2004
Kespro Modul Siswi. Jakarta : Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan
Jurnal : Kohler PK, Manhart LE, Lafferty WE. 2008
Abstinence-only and comprehensive sex education and the initiation of sexual activity and teen pregnancy. J Adolesc Health 42(4)
Wijono, Djoko Haji.2000
Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya : Airlangga University Press
Baca Selengkapnya - Mutu Pelayanan Kebidanan Kurangnya Akses Pelayanan pada Remaja (Pelayanan Youth Friendly) Oleh Petugas Kesehatan

Materi Kesehatan: ASI Eksklusif

iklan

ASI Eksklusif
1. Pengertian
ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpatanbahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI eksklusif ini dianjurkan untuk waktu sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai berusia 2 tahun atau bahkan lebih (Roesli, 2005).
Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta beresiko membahayakan kesehatan bayi dan meningkatkan resiko terkena penyakit. Selain itu, tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan tambahan pada usia 4 atau 5 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk perkembangan pertumbuhannya.
2. Pertumbuhan bayi yang menyusu secara eksklusif
Keuntungan bayi yang disusui secara eksklusif adalah kecukupan zat gizi yang dikandung dalam ASI sehingga dapat menjamin pertumbuhan yang normal. Menyusui secara eksklusif dilakukan sampai umur 6 bulan, pada bayi cukup bulan maupun bayi premature atau berat lebih rendah (Suradi, 2003 : 3). Penelitian menunjukkan bahwa kenaikan berat badan bayi yang diberi susu formula terlalu banyak, sedangkan kenaikan berat badan bayi dengan ASI eksklusif normal. ASI menghindarkan kegemukan kelak bila ia besar. ASI dapat meningkatkan IQ bayi sampai 12,9 poin. Bayi ASI eksklusif memiliki bentuk rahang dan gigi yang bagus, dan mempunyai penglihatan yang lebih baik (Roesli, 2005 : 34).
3. Alasan pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan
a. ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormone, enzime, zat kekebalan, dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proposional dan seimbang satu dengan yang lainnya. Cairan hidup yang mempunyai keseimbangan biokimia yang sangat tepat, yang tidak mungkin ditiru oleh buatan manusia. Komposisi ASI sesuai secara alamiah dengan kebutuhan untuk tumbuh kembang secara khusus bagi bayi (Roesli, 2005 : 24).
b. Bayi dibawah usia 6 bulan belum mempunyai enzim pencernaan yang sempurna belum mampu mencerna makanan dengan baik. ASI mengandung beberapa enzim yang memudahkan pemecahan makanan selanjutnya.
c. Ginjal bayi masih muda belum mampu bekerja dengan baik. Makanan tambahan termasuk susu sapi biasanya mengandung banyak mineral yang dapat memberatkan fungsi ginjal bayi yang belum sempurna.
d. Makanan tambahan mungkin mengandung zat tambahan yang berbahaya bagi bayi, misalnya zat warna dan zat pengawet.
e. Makanan tambahan bagi bayi yang belum berumur 6 bulan mungkin menimbulkan alergi (Suradi, 2003 : 4).
f. ASI sudah didisain sedemikian rupa oleh Tuhan sehingga mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, ASI juga disertai oleh zat-zat yang mengandung enzim-enzim yang berfungsi untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi. Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara whei dan kasein yang sesuai untuk bayi (Anton Baskoro, 2008 : 6-7).
4. Tujuh langkah kebersihan ASI eksklusif
Langkah-langkah yang terpenting dalam persiapan keberhasilan menyusui secara eksklusif adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan payudara bila diperlukan.
b. Mempelajari ASI dan tata laksana menyusui.
c. Menciptakan dukungan keluarga, teman, dan sebagainya.
d. Memilih tempat melahirkan yang “sayang bayi”.
e. Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara eksklusif.
f. Mencari ahli persoalan menyusui seperti Klinik laktasi.
g. Menciptakan suatu sikap yang positif tentanf ASI dan menyusui.
5. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan
Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan menjamin tercapainya pengembangan kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrient yang ideal. Dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrient-nutrient khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal. Nutrient-nutrient khusus tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit terdapat pada susu sapi.
Nutrient yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi, antara lain :
a. Taurin;
Yaitu suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat pada ASI.
b. Laktosa;
Merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat pada susu sapi.
c. Asam lemak ikatan panjang;
(DHA, AA, Omega-3, Omega-6) merupakan asam lemak utama dari ASI yang hanya terdapat sedikit dalam susu sapi.
Mengingat hal-hal tersebut di atas, dapat dimengerti bahwa pertumbuhan otak bayi yang biberi ASI secara eksklusif selama 6 bulan akan optimal dengan kualitas yang optimal pula.
6. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasaakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.
Pemberian ASI eksklusif akan memenuhi kebutuhan awal bayi untuk tumbuh kembang secara optimal baik fisik, kepandaian, emosional, spiritual maupun sosialisasinya.
Baca Selengkapnya - Materi Kesehatan: ASI Eksklusif

Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny ”M” Bayi Baru Lahir dengan BBLR Di Covise RS. Dr. M. Djamil Padang

iklan
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY ”M” BAYI BARU LAHIR DENGAN BBLR DI COVISE RS. DR. M. DJAMIL PADANG
TANGGAL 30-31 OKTOBER 2008














Oleh :


LISA ERVINA
06042562











POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
DEPARTEMENT KESEHATAN RI
PADANG
2008

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT karena atas karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan maklah yang berjudul ‘’MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY ‘M’ DENGAN BBLR DI RUANG COVISE RSUP M DJAMIL PADANG TANGGAL 30 – 31 OKTOBER 2008 ‘ ini.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bu widdefrita selaku pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan dan petunjuk dalam pembuatan makalah ini.
2. Bu Rika Hardi Amd.keb yang telah memberikan kesempatan bagi penulis dan telah membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini.
3. Keluarga Misdawati dan bayinya yang telah bersedia membantu dalam kelancaran pembuatan makalah ini.
4. Seluruh staf di ruang covise RSUP M DJAMIL PADANG dan juga teman-teman yang banyak membantu.
i
Penulis menyadari dalm pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu sangat mengharapkan kritik dan saran yang mendukung dalam pembuatan makalah ini lebih baik selanjutnya.
Penulis berharap dengan adanya makalh ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi semua pembaca dan dapat bermanfaat.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.


Wassalam

Penulis








ii


BAB I
PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG
Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) maupun bayi kurang bulan (BKB ) merupakan masalah utama di negara berkembang termasuk Indonesia.
BBLR sampai saat ini masih merupakan masalah di Indonesia, karena merupakan penyebab kesakitan dan kematian pada masa neonatal. Menurut SKRT 2001, 29 % kematian neonatal karena BBLR.
Masalah yang sering timbul sebagai penyulit BBLR adalah hipotermi, hiperbilirubinemia, hipoglikemi, infeksi / sepsis dan ganguan minum. Dengan banyaknya penyulit pada BBLR, kita harus dapat mencegahnya mulai dari meningkatkan pengetahuan ibu tentang BBLR dan langkah – langkah untuk mencegah hal tersebut.

I.2 TUJUAN
TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu :
v Menjelaskan tentang penyebab dan komplikasi BBLR
v Melakukan manajemen BBLR dengan berbagai penyulitnya sesuai dengan fasilitas yang tersedia.

TUJUAN KHUSUS
Mahasiswa memiliki kemampuan untuk :
v Menjelaskan beberapa penyebab dan factor predisposisi BBLR
v Mengidentifikasikan BBLR menurut masa gestasi
v Melakukan manajemen BBLR
v Melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan kemudian dianalisa dan ditentukan diagnosa kebidanan dengan menentukan prioritas masalah
v Menyusun rencana asuhan selanjutnya untuk memenuhi kebutuhan klien sesuai dengan prioritas
v Melaksanakan dan menerapkan rencana yang telah ditentukan
v Mengevaluasi keefektifan semua rencana asuhan yang telah ditetapkan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. DEFENISI
Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi baru lahir ( BBL) dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram.
Berat lahir ( BL ) / Birth weight adalah berat badan bayi baru lahir yang di timbang sejak 0-24 jam setelah lahir.
Bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR) / Very low birth weight infant adalah BBL dengan berat lahir kurang dari 1500 gram sampai 1000 gram.
Bayi berat lahir amat sangat rendah / BBLASR adalah BBL dengan berat lahir kurang dari 1000 gram.
Bayi kurang bulan (BKB ) adalah BBL dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu (< 259 Hari).
Bayi imatur adalah BBL dengan usia kehamilan < 28 minggu.
Bayi cukup bulan ( BCB ) adalah BBL dengan usia kehamilan 37-42 minggu.
Bayi lebih bulan (BLB ) adalah BBL dengan usia kehamilan > 42 minggu .
BBLR dapat dikelompokan menjadi:
ü BBLR, BCB, SMK
Adalah bayi berat badan lahir rendah, bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan.
ü BBLR, BCB, KMK
Adalah bayi berat badan lahir rendah, bayi cukup bulan, kecil masa kehamilan.
ü BBLR, BKB, BMK
Adalah bayi berat badan lahir rendah, bayi kurang bulan, besar masa kehamilan.
ü BBLR, BKB, KMK
Adalah bayi berat badan lahir rendah, bayi kurang bulan, kecil masa kehamilan.
ü BBLR, BLB, KMK
Adalah bayi berat badan lahir rendah, bayi lebih bulan, kecil masa kehamilan.

II. ETIOLOGI
Penyebab kelahiran bayi kurang bulan ( BKB ) sebagian besar belum diketahui. BKB pada kasus BBLR berhubungan dengan kondisi sebagai berikut:
· Ras
· Status social ekonomi
· Usia ibu
· Aktifitas ibu
· Ibu menderita penyakit akut / kronis
· Kehamilan multiple
· Kehamilan sebelumnya jelek
· Factor – factor kebidanan
· Kelahiran dini
· Factor janin
BBLR dapat disebabkan karena
· Persalinan kurang bulan / premature
Bayi lahir pada umur kehamilan antara 28- 36 minggu. Pada umumnya bayi kuragng bulan disebabkan karena tidak mampunya uterus menahan janin, gangguan selama kehamilan, lepasnya plasenta lebih cepat dari waktunya atau rangsangan yang memudahkan terjadinya kontraksi uterus sebelum cukup bulan. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat tubuh yang belum berfungsi normal untuk bertahan hidup di luar rahim. Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit atau komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang/ permatur.
· Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan
Bayi lahir kecil untuk masa kehamilannya karena ada hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan ( janin tumbuh lambat). Retardasi pertumbuhan intrauterine berhubungan dengan keadaan yang mengganggu sirkulasi dan efisiensi plasenta dengan pertumbuhan dan perkembangan janin atau dengan keadaan umum dan gizi ibu. Keadaan ini mengakibatkan kurangnya oksigen dan nutrisi secara kronik dalam waktu yang lam untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Kematangan fungsi organ tergantung pada usia kehamilan walaupun berat lahirnya kecil
Etiologi BBLR, KMK :
a) Factor ibu
· Genetic
· Usia
· Ras
· Diluar pernikahan
· Sebelumnya BBLR
· Penyakit kronis factor yang mempengaruhi dan oksigenasi plasenta yaitu penyakit jantung, penyakit ginjal, hipertensi/ HDK / REB.
· Merokok
· Kelainan eritrosit
· Penyakit paru – paru
· Penyakit kolagen vaskuler
· DM
· Lebih bulan
· Kehamilan multiple
· Anomaly rahim
· Penyakit vaskuler ibu
· Antibody anti fosfolipid
b) Lesi plasenta
· Skunder terhadap penyakit vaskuler ibu
· Kembar
· Malformasi
· tumor
c) Factor janin
· Konstitusi, normal ukuran bayi kecil genetic
· Kromosom abnormal
· Infeksi congenital ( TORCH)
· Rubella : 60% bayi KMK
· CMV : 40% bayi KMK
· Malformasi
· Kembar



III. KOMPLIKASI BBLR
Komplikasi penyakit BBLR sangat tergantung dari klasifikasi BBLR tersebut apakah:
a. BBLR, kurang bulan
b. BBLR, kecil masa kehamilan
c. BBLR, besar masa kehamilan

BBLR, BKB :
Pada bayi kurang bulan , system fungsi dan struktur organ tubuh masih sangat muda belum berfungsi optimal, sehingga akan muncul komplikasi / penyakit lain sbb:
· Asfiksia perinatal
· Susunan syaraf pusat
· Koplikasi pada saluran per nafasan
· Themoregulasi dan sumber panas
· Koplikasi pada kardiovaskuler
· Komplikasi saluran pencernaan
· Metabolisme
· Komplikasi hematologist
· Imunologis
· Penyakit ginjal
· Opthalmologis

BBLR, KMK :
· Depresi perinatal
· Aspirasi mekonium
· Perdarahan paru- paru
· Hipertensi paru- paru persisten
· Hipoksemia
· Hipoglikemia
· Hipokalsemia
· Hiponatremia
· Polisitemia





Table Gambaran tentang komplikasi BBLR
Anamnesis
Pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang
Kemungkinan diagnosis
Bayi terpapar dengan suhu lingkungan yang rendah,waktu timbulnya kurang 2 hari







Kejang timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3
Riwayat ibu diabetes
Menangis lemah
Kurang aktif
Malas minum
Kulit teraba dingin
Kulit mengeras kemerahan
Frekuensi jantung kurang 100 kali permenit
Nafas pelan dan dalam

Kejang, tremor, letargi atau tidak sadar
Suhu tubuh kurang 36,5 C











Kadar glucose darah kurang 45 mg/dl
Hipotermi












hipoglikemia
Ikterik
Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3
Berlangsung lebih dari 3 minggu
Riwayat infeksi maternal
Riwayat ibu pengguna obat
Riwayat ikterik pada bayi yang lahir sebelumnya
Kulit, konjungtiva berwarna kuning
pucat

Ikterus / hiperbilirubinemia
Ibu tidak dapat / tidak berhasil menyusui
Malas atau tidak mau minum
Waktu timbul sejak lahir

Kenaikan berat badan bayi < 20 gram/hr selama 3 hari
Masalah pemberian minum
Ibu demam sebelum dan selama persalinan
KPD
Persalinan dengan tindakan
Timbul asfiksia pada saat lahir
Bayi malas minum
Timbul pada saat lahir sampai 28 hari

Bila ditemukan beberapa dari temuan ganda:
Bayi malas minum
Demam tinggi
Bayi letargi kurang aktif
Gangguan nafas
Sklereman/ skleredema/
kejang
Laboratorium darah
Infeksi / curiga sepsis
Bayi KMK / lebih bulan
Air ketuban bercampur mekonium
Lahir dengan riwayat asfiksia
Lahir dengan asfiksia
Air ketuban bercampur mekonium
Tali pusat berwarna kuning kehijauan
Bila bersedia : pemeriksaan radiology dada
Sindroma aspirasi mekonium



IV. DIAGNOSA BBLR
Menentukan usia kehamilan berdasarkan :
· Perhitungan HPHT : tanggal +7, bulan -3, tahun +1
· Maturitas fisik dan neurologist bayi paska natal dengan skor dubowitz, ballard maupun simplified dubowitz.

DIAGNOSTIK
Anamnesis :
· Umur ibu
· Riwayat persalinan sebelumnya
· Jumlah paritas, jarak kelahiran sebelumnya
· Kenaikan BB selama hamil
· Aktivitas
· Penyakit yang diderita selama hamil
· Obat- obatan yang diminium selam hamil
Pemeriksaan fisik:
· Berat lahir < 2500 gram
· Untuk BBLR kurang bulan

Tanda permaturitas :
ü Tulang rawan telinga belum terbentuk
ü Masih terdapat lanugo
ü Refleks masih lemah
ü Alat kelamin luar : pada perempuan labium mayus belum menutup labium minus. Pada laki-laki belum terjadi penurunan testis dan kulit testis rata ( rugae testis belum terbentuk )
· Untuk BBLR kecil untuk masa kehamilan
Tanda janin tumbuh lambat :
ü Tidak dijumpai tanda prematuritas
ü Kulit keriput
ü Kuku lebih panjang
V. PENGELOLAAN BBLR
Meliputi tiga tahap :
· Ante / intrapartum
· Di kamar bersalin
· Pengelolaan dikamar bayi

1. Pengelolaan ante / intrapartum
Setiap kehamilan di pertahankan sampai aterm.
Apabila ada gawat janin, kehamilan dipertahankan paling tidka sampai maturitas janin optimal setelah usia kehamilan lewat 35 mg, dimana organ tubuh dapat berfungsi optimal di luar rahim.
Karena kendala utama perawtan bayi kurang bulan di negara berkembang adalah adanya komplikasi penyakit membran hyalin.
a.Jika terjadi gawat janin
- Dilakukan resusitasi intrauterine
- Kehamilan dicoba dipertahankan dengan pemberian tokalitik dan mencegah infeksi dengan antibiotik yang aman buat bayi
b. Kehamilan < 35 mg dan tidak dapat dipertahankan untuk mempercepat pemasangan paru-paru janin, ibu diberi kotrikosteroid dosis tunggal
c.Beberapa jam sebelum persalinan di mulai

- Bagian UPF anak diberi informasi bahwa akan lahir bayi BKB/ BBLR serta akan lahir dari ibu-ibu dengan resiko seperti:
KPD
Ibu HDK
PEB
Dekomposisi cordis
TBC infeksi TORCH
2. Dikamar bersalin
Sebelum bayi lahir yang harus dilakukan adalah:
a) Menyiapkan alat-alat resusitasi
- Paramedis menyiapkan aat resusitasi dan fasilitas perawatan bayi apakah lengkap/ tidak dan berfungsi / tiak
- Meja resusitasi, lampu penghangat dan penerang
- Pengisap lendir disposable dan suction pump bayi
- Ambulans incubator
- O2 dengan flow meter
- Status, tanda identitas bayi-ibu
- Informasikan ke perawatan intensif akan ada BKB/ BBLR untuk perawatan bayi
Dokter anak mencek semua persiapan
Tim resusitasi sudah siap
b) Resusitasi
- Agak berbeda resusitasi BKB dan BCB
BKB memerlukan:
Intervensi lebih cepat dan proaktif
Stabilisasi suhu dan oksigenasi
- Lakukan resusitasi
- Tentukan apgar skor dan prognosis bayi
c) Paska resusitasi
- Lakukan pemeriksan fisik diagnostik
- Tentukan masa gestasi berdasarkan skor Dubowita/ modifikasi
- Tentukan pertumbuhan janin berdasarkan kurva lubchenco
- Lakukan diagosa kerja
- Lakukan perawtan talipusat dengan antibiotik
- Tetes maya yang mencegah infeksi go
- Vitamin K
- Beri indentifikasi pada ibu dan bayi
d) Indikasi perawatan BKB, BBLR sesuai masa gestasi, berat lahir dan klinis kondisi BKB/ BBLR, bayi dirawat dalam 3 tempat perawatan.
- Perawatan I/ raawt gabung/ rooming in
- BBLR sampai 2250 gr, sehat tanpa komplikasi dirawat gabung
- Perawatan II
- BBLR-BBLSR è perawawatan khusus
- Perawatan III/ intensiv

Secara umum perawatan BKB BBLR sebagai berikut:
1) Mempertahankan suhu tubuh optimal
2) Memenuhi kebutuhan O2
3) Memenuhi kebutuhan Nutrisi
4) Mengatasi hiperbilirubinemia
5) Memenuhi kebutuhan psikologis
6) Mencegah dan mengatasi timbulnya PDA
7) Melibatkan perawatan kedua orang tua
8) Progam imunisasi

Kotak suhu inkubator berdasarkan BB dan umur
BB
Suhu Inkubator
35oC
34oC
33oC
32oC
< 1500 gr
1500-2000 gr
2100-2500
> 2500
1 – 10 hr
11 – 13 mg
1 – 10 hr
1 – 2 hr
3 – 5 mg
11 hr – 4 mg
3 hr – 3 mg
1 – 2 hr
> 5 mg
> 4 mg
> 3 mg
> 2 hr

VI. MANAJEMEN UMUM
Setiap menemukan BBLR, lakukan manajemen umum sebagai berikut:
- Stabilisasi suhu, jaga bayi tetap hangat
- Jaga jalan napas tetap bersih dan terbuka
- Nilai segera kondisi bayi tentang tanda vitalnya: pernapasan, denyut jantung, warna kulit dan aktifitasnya
- Bila bayi mengalami gangguan napas, dikelola gangguan napas
- Bila bayi kejang, potong kejang dengan anti konvulsna
- Bila bayi dehidrasi, pasang jalur intravena, berikan cairan rehidrasi i.v.
- Bila bayi dehidrasi, pasang jalur intravena, berikan cairan rehidrasi i.v.
- Kelola sesuai dengan kondisi spesifik atau komplikasinya

Pemberian minum
- Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara papaun
- Periksa apakah bayi puas setelah menyusu
- Catat jumlah urine setiap bayi kencing untuk menilai kecukupan minum (paling kurang 6 kali sehari)
- Timbang bayi setiap hari, hitung penambahan/ pengurangan berat, sesuaikan pemberian cairan dan susu, serta catat hasilnya.
- Bayi dengan berat 1750-2500 gr tidak boleh kehilangan berat lebih 10 % dari berat lahirnya pada 1-5 hari pertama
- Apabila bayi telah menyusu ibiu, perhatikan cara pemberian ASI dan kemampuan bayi mengisap paling kurang sehari sekali
- Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/ hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Berta lahir 1750-2500 gram
Bayi sehat
- Biarkan bayi menyusu ke ibu semau bayi ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (misal setiap 2 jam) bila perlu.
- Patau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektivitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat mengisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Bayi sakit
- Bila BB 1750-2000 gram atau lebih dengan gangguan napas, kejang dan gangguan minum segera dirujuk
- Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat
- Apabila bayi memerlukan cairan IV:
- Hanya berikan cairan IV selama 24 jam pertama
- Mulai berikan munum per oral pada hari 2 segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusui.
- Berikan cairan IV dan Asi menurut umur, lihat tabel
- Beirkan munum 8 kali dalam 24 jam (misal 3 jam sekali), apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/ kg berat badan per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum.
- Biarkan bayi menyusui apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
Pemantauan
1. Kenaikan berat badan dan pemberian munum seteah umur 7 hari
- Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama. Bayi berat lahir > 1500 g dapat kehilangan BB sampai 10 % dari berat lahir. Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila terjadi komplikasi.
- Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan berta badan selama tiga bulan seharusnya.
150-200 g seminggu untuk bayi < 1500 g (mislanya 20-30 g/ hari)
200-250 g seminggu untuk bai 1500-2500 g (misalnya 30-35 g/ hari)
- Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat) dan telah berusia lebih dari 7 hari.
Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/ kg/ hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari.
Tingkatkan jumlah ASI sesuai kenaikan berat badan bayi agar jumlah pemberian Asi tetap 180 ml/kg/hari
Apabila kenaikan berat tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI sampai 200 ml/kg/hari
Apabila kenaikan berat tetap kurang dari batas yang telah disebutkan di atas dlaam waktu lebih seminggu padahal bayi sudah mendapa ASI 200 ml/ kg BB per hari, tangani sebagai kemungkinan kenaikan bera badan tidak adekuat.
2. Tanda kecukupan pemberian ASI
- Kencing minimal 6 kai dalam 24 jam
- Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI
- Peningkatan berat bada setelah 7 hari pertama sebanyak 20 gram setiap hari.
Pemulangan penderita:
- Bayi suhu stabil
- Toleransi munum per oral baik, diutamakan pemberian ASI, bila tidak bisa diberikan ASI dengan cara menetek dapat diberikan dengan alternatif cara pemberian minum yang lain
- Ibu sanggup meraawt BBLR di rumah.
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “ M “
B A Y I B A R U L A H IR D E N G A N B B L R
DI COVISE RS DR M DJAMIL PADANG
TANGGAL 30 – 31 OKTOBER 2008

I. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS / BIODATA
Nama bayi : bayi ny “ M”
Umur : 8 hari
Jenis kelamin : perempuan
Tanggal lahir : 22 oktober 2008
Jam lahir : 17.05 wib
BB : 1400 gr
PB : 40 cm

Nama ibu : ny “M”
Umur : 36 th
Agama : islam
Suku : minang
Bangsa : indonesia
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT
Alamat : kapalo koto pauh no. 29

Nama suami : tn “Z “
Umur : 36 th
Agama : islam
Suku : minang
Bangsa : indonesia
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : swasta
Alamat : kapalo koto pauh no. 29

B. DATA SUBJEKTIF
Tanggal : 30 oktober 2008
Pukul : 14.00 wib
1. Riwayat penyakit kehamilan
· perdarahan : tidak ada
· pereklamsi : ada
· eklamsi : tidak ada
· lain-lain : tidak ada
2. kebiasaan waktu hamil
· makan : tidak ada
· obat / jamu : tidak ada
· merokok : tidak ada
· lain-lain : tidak ada
3. riwayat persalinan sekarang
· jenis persalinan : SC
· di tolong oleh : dokter
· lama persalinan
Ø kala I : -
Ø kala II : -
Ø kala III : -
Ø kala IV : -
· ketuban pecah
· komplikasi persalinan
Ø ibu :ada
Ø Bayi :-

· keadaan BBL
apgar skor : 5/6
4. resusitasi
· pembersihan jalan nafas : ada
· ambu : tidak ada
· masase jantung : tidak ada
· intubasi endotrakeal : tidak ada
· oksigen : ada

C. DATA OBJEKTIF
KU : baik
Nadi : 122 X/ menit
Suhu : 36,8 C
Nadi : 50 x/mnt
BB : 1400 gram
PB : 40 cm
Pemeriksaan fisik secara sistematik :
· Kepala : tidak ada kelainan
· Ubun – ubun : datar
· Muka : tidak oedema
· Mata : konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik
· Telinga : tidak ditemukan
kelainan,telinga
masih lunak bila diraba
· Mulut : normal dan tidak ada kelainan, daya isap bayi normal.
· Hidung : tidak ditemukan adanya
kelainan
· Leher : tidak pembesaran kelenjar
tiroid dan kelenjar limfe
· Dada : simetris, putting susu ada
· Tali pusat : tidak ditemukan adanya tanda infeksi
· Punggung : tidak ada kelainan, tulang punggung teraba lurus
· Extremitas : jumlah jari cukup, tidak ada
ditemukan kelainan.
· Genitalia : tidak ada kelainan
· Anus : ada
Reflek :
· Reflek moro : +
· Reflek rooting : +
· Reflek grasping : +
· Reflek sucking : +
· Reflek tonick neck : +

Antropometri
· Lingkar kepala : 23,5 cm
· Lingkar dada : 23 cm
· Lingkar lengan atas : 13 cm
Eliminasi
· Miksi : +
· Mekonium : +



MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “ M”
B A Y I B A R U L A H I R D E N G A N B B L R
DI COVISE RS DR. M DJAMIL PADANG
TANGGAL 30-31 OKTOBER 2008


DATA DASAR
INTER PRETASI DATA
ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
TINDAKAN SEGERA

PERENCANAAN

PELAKSANAAN

EVALUASI
Tanggal :30 oktober2008
Pukul : 14.00 wib

DS :
Ø Keluarga mengatakan ibu bayi sudah meninggal
Ø Keluarga mengatakan bayi lahir dengan operasi
Ø Berat lahir 1400 gram.

DO :
Ø Keadaan cukup aktif
Ø Nadi 122 x/i
Ø Suhu 36,8 c
Ø Nafas 50 x/i
Ø Sesak tidak ada
Ø Kejang tidak ada
Ø Kepala : UUB datar
Ø Muka : tidak odema
Ø Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Ø Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan kelenjar limfe
Ø Dada : simetris, putting susu ada
Ø Extermitas : tidak ada kelainan
Ø Anus : ada
Diagnosa :
Bayi baru lahir dengan BBLR, ku sedang.

Dasar :
Ø Berat lahir 1400 gr
Ø Keadaan cukup aktif
Ø Suhu 36,8 c
Ø Nafas 50x /i
Ø Nadi 122x/i

Masalah :
ASIuntuk bayi

Dasar

Keluarga mengatakan ibu bayi sudah meninggal


Diagnosa potensial :
Terjadi komplikasi seperti hipotermi, ikterus, aspiksia dll
Kolaborasi dengan dokter anak dalam menghadapi permasalahan yang ada pada bayi dan dalam peresepan obat.
1. Beritahu keluarga tentang keadaan bayi berdasarkan hasil pemeriksaan










2. beri penjelasan Pada keluarga mengenai masalah yang dihadapi bayinya kini







3. hangatkan tubuh bayi di dalam incubator








4. beri bayi minum










5. beri terapi






6. jaga personal hygiene bayi





7. cegah terjadinya infeksi pada bayi monitor TTV










8. kolaborasi dengan dokter anak


1. memberitahukan keluarga mengenai keadaan bayinya saat ini bahwa keadaan anaknya sudah membaik.
Bayinya sudah cukup aktif
Nadi 122x/i
Suhu 36,8 c
Nafas 50x/i
Berat badan bayi masih kurang dari normal.
2.memberi panjelasan pada keluarga mengenai masalah yang dihadapi bayinya kini adalah BBLR yaitu berat badan lahir rendah. Hal ini jika tidak cepat di tangani akan dapat menimbulkan komplikasi.
3.menghangatkan tubuh bayi dalam incubator dengan suhu yang sudah di atur yaitu 35 c sesuai dengan suhu incubator berdasarkan berat badan dan umur.


4.Memberi bayi minum dengan ASI donor yang di antar oleh keluarga setiap waktu pemberian melalui sonde sesuai takaran yang ditentukan dan sesuai dengan waktunya.
5.memberi terapi obat- obatan pada bayi yaitu :
Ampisilin 2x25 gr
Gentamisin 1x 7gr
Apyalis 1x 0,3 cc
OMz 1x 0,6 cc
6.menjaga personal hygiene bayi dengan membersihkan dan mengganti pempers yang terkena BAB dab BAK
7.mencegah terjadi nya infeksi pada bayi dengan:
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
- Mmebatasi pengun jung masuk ke tempat bayi
- Memastikan ruang an bayi selalu bersih
Kolaborasi dengan dokter anak dan memonitor TTV bayi dengan meng ukur suhu, nadi, nafas


Keluarga terlihat agak senang mendengar perkembagan anaknya











Keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan









Bayi sudah dihangat kan di dalam inkubator









Bayi sudah diberi minum









Obat-obatan sudah diberikan





Pempers ada diganti tiap BAB dan penuh tiap BAK




Pencegahan infeksi ada dilakukan











Pukul 18.00 WIB
Nadi: 121 x/mnt
Nafas: 50 x/mnt
Irama jantung teratur
Suhu : 36,5 oC
Sianosis tidak ada
Sesak tidak ada
Tanggal 31-11-2008
Pukul 14.00 WIB

Ds:
- Bayi tampak tenang
- Sesak nafas (-)
- Demam tidak ada
- Kejang (-)

Do:
- Keaan cukup aktif
- Nadi: 120 x/mnt
- Suhu : 37oC
- Nafas: 46 x/mnt
- Mata: tidak anemis, tidak ikterik
- Extremitas: akral hangat
- BB: 1100 gr



1. Beritahu keluarga tentang kedaan bayinya berdasarkan hasl pemeriksaan









2. Beritahu keluarga tentang masalah yang dihdapi bayinya











3. Beri bayi minum









4. Hangatkan tubuh bayi





5. Beri bayi terapi












6. Jaga personal Hygiene bayi








7. Cegah terjadinya infeksi pada bayi







8. Pantau TTV




9. Kolaborasi dengan dokter anak


1. Memberitahu kan keluarga mengenal keadaan bayinya saat ini bahwa anaknya sudah membaik dan cukup aktif
Nadi: 120 x/mnt
Suhu: 37oC
Nafas: 46 x/mnt
Bayi tidak sesak

2. Memberitahu keluarga tentang masalah yang dihadapi bayinya yaitu berat badan kurang dari berat badan lahir. Hal ini jika tidak ditangani akan dapat menimbulkan komplikasi

3. Memberikan ASI donor/ SF pada bayi melalui sonde sesuai akaran yang ditentukan dan sesuai dengan waktunya

4. Menghangatkan bayi di dalam inkubator dengan suhu yang sudah diatur

5. Memberikan terapi obat-obatan pada bayi

Ampisilin 2 x 25 gr
Gentamisin 1 x 7 gr
Apyalis 1 x 0,3 cc
OMZ 1 x 06 gr

6. Menjaga personal higiene bayi dnegan membersihkan dan mengganti pempers yang terkena BAB dan BAK


7. Mencegah terjadinya infeksi pada bayi dengan cara mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi

8. Memantau TTV bayi



9. Kolaborasi dengan dokter anak untuk pemantauan perkembangan anak dan dalam pemberian resep obat
Keluarga terlihat agak senang mendengar perkembangan anaknya










Keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan












Bayi sudah diberi minum








Bayi sudah dihangat kan dibawah alat pemancar panas




Obat-obatan sudah diberikan











Pempers ada diganti tiap BAB dan penuh tiap BAK







Pencegahan infeksi ada dilakukan







Pukul 18.00 WIB
Suhu 36,7 o C
Nadi: 120 x/ mnt
Nafas 47 x/mnt

Kolaborasi dilakukan


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
- BBLR adalah bayi baru lahir dengan BB lahir < 2500 gr
- Etiologinya berhubungan dengan kondisi sebagai berikut:
· Sosial ekonomi rendah
· Ras
· Usia
· Aktivitas
· Ibu menderita penyakit akut/ kronis
· Kehamilan multipel
· Kehamilan sebelumnya jelek
· Faktor-faktor kebidanan
· Faktor janin
· Kelahiran dini
- Etologinya ada 3 faktor yaitu
- Faktor ibu
- Lesi plasenta
- Faktor janin
- Komplikasi BBLR tergantung dari klasifikasi BBLR
- Pengelolaan BBLR meliputi 2 tahap yaitu
- Ante/ intrapartum
- Dikamar bersalin
- Pengelolaan dikamar bayi

3.2. Saran
Dengan adanya makalah tentang BBLR ini diharapkan pada petugas dapat menyesuaikan tindakan berdasarkan prinsip pengelolaan BBLR. Pada keluarga pasien setelah pulang ke rumah dapat memantau perkembangan bayinya, terutama penambahan berat badan bayinya.
Baca Selengkapnya - Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny ”M” Bayi Baru Lahir dengan BBLR Di Covise RS. Dr. M. Djamil Padang