Karakteristik Ibu yang Memeriksakan Pap Smear di Rumah Sakit

iklan
KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU YANG MEMERIKSAKAN PAP SMEAR DI RUMAH SAKIT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Diantara tumor ganas genokologi, kanker serviks uteri merupakan penyakit keganasan yang menimbulkan masalah dengan kesehatan terutama di negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Sementara di dunia penderita kanker serviks uteri masih merupakan urutan terbanyak kedua setelah kanker payudara (Mardiana, 2004).
Departemen Kesehatan RI memperkirakan lebih banyak wanita terkena kanker serviks uteri dengan angka kejadian berkisar 100/1000 penduduk/tahun. Masalah kanker di Indonesia sangat khas, yakni kasusnya banyak dan ditemukan di stadium lanjut (Muchlis dkk, 2000).
Di RS. Dr. Cipto Mangunkusumo dari 1.717 kasus kanker genekologik (1989-1992) 76,2 % diantaranya adalah kanker serviks, dikarenakan tidak memeriksakan pap smear. Penyakit kanker dapat menyerang semua lapisan masyarakat tanpa mengenal status sosial, umur, jenis kelamin. Dari status sosial penyakit kanker serviks uteri dapat menyerang orang kaya, miskin, berpendidikan tinggi, maupun orang dewasa tidak luput dari serangan kanker. Namun berdasarkan data yang ada diperkirakan 60% penderita kanker di Indonesia adalah wanita (Mardiana, 2004).
Dari hasil penelitian mutakhir, karsinoma uteri belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor yang menonjol seperti: (a) Umur pertama kali melakukan hubungan seksual usia dibawah 20 tahun, (b) Jumlah kehamilan dan partus, (c) Jumlah perkawinan/ berganti-ganti pasangan, (c) Infeksi virus herpes simplek (HSV-2), virus papiloma dan virus kandiloma diduga sebagai penyebab, (d) Sosial Ekonomi dan (e) Hygiene dan Sirkumsisi.
Dalam usaha menyelamatkan wanita agar tidak menjadi korban serviks uteri. Usaha pencegahan diagnosa dini perlu dilakukan karena penanggulangan pada kasus yang sudah invasif atau tidak memuaskan (Harahap, 1984).
Untuk menghindari kanker serviks sebaiknya perlu diperlukan pemeriksaan yang dimaksud pap smear. Pap smear merupakan metode pemeriksaan sel cairan rahim dengan menggunakan mikroskop.
Pada saat pemeriksaan yang bersangkutan tidak merasakan sakit panas, dan prosesnya cukup cepat dan sangat dianjurkan bagi setiap wanita yang memiliki faktor resiko (pemicu) terkena kanker serviks uteri lebih banyak melakukan pemeriksaan dini.
Diagnosa kanker serviks uteri masih sering terlambat dan penangannya pun ternyata tidak memberikan hasil yang baik, keterlambatan diagnosis terjadi karena penderita sering terlambat ke dokter. Mengusahakan sendiri mengatasinya dengan minum jamu, atau pergi ke dukun, hal tersebut karena sebenarnya disebabkan kurangnya pengertian bahaya kanker, karena pendidikan yang kurang atau kurangnya penerapan kanker pada umumnya, penderita kanker serviks uteri tidak dapat pergi ke dokter karena persoalan tersebut, disebabkan pendapat umum bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Harahap, 1984).
Pada umumnya insiden kanker sangat rendah dibawah umur 20 tahun, sedangkan karsinoma insiden mulai naik pada umum awal puncak pada umur 30-34 tahun, dan displasia mencapai puncaknya naik kembali pada usia lebih tua (Muchlis dkk, 2000).
Sedangkan angka harapan hidup 5 tahun (5 year survival rate) makin rendah dengan makin tingginya stadium. Data pap smear di laboratorium sitologi RSAM ................. pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2009. Menunjukkan angka penurunan yang tercatat pada tahun 2002 sebanyak 348 orang, tahun 2009 sebanyak 293 orang, tahun 2004 sebanyak 446 orang, tahun 2005 sebanyak 384 orang, tahun 2006 sebanyak 293 orang dan tahun 2009 sebanyak 240 orang. Yang melakukan pap smear, sehingga didapatkan hasil adanya penurunan di tahun 2009.
Dari laporan laboratorium sitologi RSAM ................. pada tahun 2009 didapatkan 10% positif karsinoma uteri dan 72% peradangan, 12 % kandidas, 6% normal (data lab sitologi RSAM).
Dengan demikian penulis ingin mengetahui karakteristik ibu yang melakukan pemeriksaan pap smear berdasarkan umur ibu, tingkat pendidikan, status perkawinan, lama perkawinan, paritas, dan alat kontrasepsi yang digunakan ibu pada waktu melakukan pemeriksaan pap smear.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut: Karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear di Rumah Sakit ................. ................. pada tahun 2009.

C. Ruang Lingkup Penelitian
Dari latar belakang masalah dan permasalahan yang demikian maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasannya pada :
1. Jenis penelitian : Deskriptif
2. Objek penelitian : Karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear di Rumah Sakit ................. ..................
3. Subjek penelitian : ibu-ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM ................. tahun 2009.
4. Lokasi Penelitian : Rumah Sakit ................. ..................
5. Waktu Penelitian : Januari-Juni 2009
6. Alasan Penelitian : Untuk mengetahui karakteristik ibu yang melakukan pemeriksaan pap smear berdasarkan jumlah pemeriksaan pap smear yang mengalami penurunan yang dilihat dari data rekam medik laboratorium sitologi RSAM ................. tahun 2009.

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM ................. tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui karakteristik ibu yang memeriksakan pap smear di RSAM ................. berdasarkan umur ibu, tingkat pendidikan, status perkawinan, lama perkawinan, paritas, dan alat kontrasepsi yang digunakan ibu pada waktu melakukan pemeriksaan pap smear.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk lebih menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang penelitian khususnya tentang pap smear.
2. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan guna pengembangan kualitas pelayanan khususnya tentang pemeriksaan pap smear.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya untuk dapat menambah referensi perpustakaan untuk bahan acuan penelitian yang akan datang.
4. Bagi Responden
Sebagai penambah pengetahuan untuk lebih peduli terhadap pemeriksaan kesehatan khususnya pemeriksaan pap smear.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU YANG MEMERIKSAKAN PAP SMEAR DI RUMAH SAKIT
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Karakteristik Ibu yang Memeriksakan Pap Smear di Rumah Sakit

Karakteristik Ibu Hamil yang Mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan

iklan
KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENGKONSUMSI
TABLET FE DI KELURAHAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) sesuai Data Survei Demografi Kependudukan Indonesia (SDKI) 2003 yakni 307 per 100.000 kelahiran hidup (www.depkes.info 2007). Penyebab kematian ibu yang utama adalah perdarahan 28%, eklamsi 13%, aborsi tidak aman 11% serta sepsis 10%. Penyebab tidak langsung, resiko kematian ibu makin besar dengan adanya anemia 51%, nifas 45%. (SDKI 2002-2003. Periode Agustus 2005).
Salah satu dari beberapa faktor tidak langsung penyebab kematian ibu adalah anemia. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi terjadinya komplikasi pada kehamilan persalinan, resiko kematian maternal, prematuritas, BBLR, dan kematian perinatal. Disamping itu, perdarahan antepartum dan post partum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal. Sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. (www.Airlangga University. Net.id.2006)
Wanita hamil memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami anemia dan defisiensi besi (Varney, Jan.M.Kriebs.Carolyn. L.G.2007) untuk itu setiap kehamilan membutuhkan lebih banyak konsumsi zat besi untuk perkembangan bayi (Annia Kissanti, 2007). Dan juga konsumsi makanan yang berkualitas. Jika kehamilan yang tidak diikutsertakan dengan konsumsi makanan yang baik akan menjadi kehamilan yang lemah dan beresiko (Hanum Lu’lu, 2007).
Gizi seimbang adalah pola konsumsi makanan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif, agar sasaran keseimbangan gizi dapat tercapai. (http//www.bppsdmk.depkes. co.id.2006). Akan tetapi dalam kenyataannya tidak semua ibu hamil yang mendapat tablet besi meminumnya secara rutin. Hal ini bisa disebabkan karena faktor ketidaktahuan pentingnya tablet besi untuk kehamilannya.
Banyak wanita Indonesia tidak mempedulikan ataupun kurang memahami aspek kekurangan zat besi terhadap tingkat kecerdasan. (http//www.depkes. co.id.2005). Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet Fe, frekuensi tablet perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia khususnya zat besi. (http.bppsdmk.depkes.co.id.2006).
Untuk itu penurunan Angka Kematian Ibu merupakan salah satu prioritas pembangunan kesehatan yang mengacu pada Indonesia Sehat 2010. (SDKI 2002-2003 Periode Agustus 2007). Yang dilakukan dengan cara memberi pengetahuan kepada semua lapisan masyarakat untuk memahami “Tiga Terlambat” dan “Empat Terlalu” (www.presidenby.info.2007). Seperti program yang telah dicanangkan Making Pregnancy Safer (MPS) yang terfokus pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam intervensi klinis dan sistem kesehatan. Menurut penelitian (Ernawati, 2000) kepatuhan ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi dengan pendidikan rendah sebanyak 23%.
Dari kutipan di atas peneliti memberi batasan pada penelitiannya tentang kepatuhan ibu hamil menghabiskan 1 bungkus tablet Fe pada tiap kali ANC yang dikonsumsi dalam beberapa hari pada setiap pemberian.
Dari hasil pra servey yang dilakukan di kelurahan ................... 2009 terdapat 624 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya baik di puskesmas maupun posyandu yang ada di Kelurahan .................... Pada saat dilakukan presurvey yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan mengenai konsumsi tablet Fe kepada ibu-ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di posyandu di wilayah Kelurahan ................... sebagian besar ibu-ibu menyatakan bahwa mereka tidak menghabiskan tablet Fe yang telah diberikan.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul "Karakteristik Ibu Hamil yang Mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan ................... Tahun 2009".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini ialah Bagaimana Karakteristik Ibu Hamil yang Mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan ................... tahun 2009?

C. Ruang Lingkup
Adapun yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subyek Penelitian : Seluruh ibu hamil yang mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan ................... tahun 2009
3. Objek Penelitian : Karakteristik Ibu Hamil yang mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan ................... tahun 2009
4. Lokasi Penelitian : Kelurahan ...................
5. Waktu Penelitian : Mei 2009.
6. Alasan Penelitian : Untuk mengetahui karakteristik ibu hamil yang mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan ....................

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Karakteristik Ibu Hamil yang mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan ................... tahun 2009.

E. Manfaat
1. Bagi ibu
Diharapkan ibu hamil dapat bertambah kepatuhannya dalam mengkonsumsi tablet Fe sehingga kebutuhan akan zat besi ibu hamil tersebut dapat terpenuhi.
2. Bagi Kelurahan ............
Diharapkan pada setiap ibu hamil dapat meminum semua obat khususnya Tablet Fe agar kebutuhannya dapat tercukupi.
3. Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman dalam melakukan penulisan ilmiah, dan menambah kemampuannya dan pengetahuan dalam bidang kesehatan masyarakat.
4. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti yang berminat pada masalah ini, hasil penelitian ini bisa menjadi acuan dan masukan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
5. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya dalam memperbanyak acuan tentang kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe dalam melakukan penelitian selanjutnya.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENGKONSUMSI TABLET FE DI KELURAHAN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Karakteristik Ibu Hamil yang Mengkonsumsi Tablet Fe di Kelurahan

Karakteristik Ibu Bersalin dengan Partus Lama di RS

iklan
KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN PARTUS LAMA DI RS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil kajian WHO pada periode 1994-1997, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup(Depkes RI,1999). Pada tahun 2001 AKI mengalami penurunan menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup (Resti,2005). Berdasarkan Survei Demograpi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih berada 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab(Depkes RI,2004).
Sesungguhnya tragedi kematian ibu tidak perlu terjadi karena lebih dari 80% kematian ibu sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang efektif, yaitu melalui pemeriksaan kehamilan, pemberian gizi yang memadai dan lain-lain. Karena upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat kesehatan ibu tetap merupakan prioritas utama dalam pembangunan kesehatan menuju tercapainya Indonesia Sehat 2010(Depkes RI,2004).
Penyebab kematian ibu 90% disebabkan oleh pendarahan, toksemia gravidarum, infeksi, partus lama dan komplikasi abortus. Kematian ini paling banyak terjadi pada masa sekitar persalinan yang sebenarnya dapat dicegah, Sedangkan 10% disebabkan oleh komplikasi persalinan lain (Depkes RI 2005).
Salah satu penyebab kematian ibu di atas telah di uraikan bahwa di sebabkan oleh partus lama, Persalinan lama atau kasep merupakan masalah besar di Indonesia karena pertolongan di daerah pedesaan masih dilakukan oleh dukun. Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida dan 18 jam bagi multigravida. Persalinan kasep adalah persalinan lama yang di sertai komplikasi ibu maupun janin (Manuaba, 1998).
Dari perolehan data di RS. ................. ................. pada bulan maret 2009 diketahui data kasus kebidanan sebagai berikut: pada tahun 2005 ibu yang bersalin berjumlah 433 orang yang mengalami partus lama berjumlah 121 orang (27,9%), tahun 2006 ibu yang bersalin berjumlah 414 orang yang mengalami partus lama berjumlah 126 orang (30,4%) dan tahun 2007 yang bersalin 343 orang. Untuk data mengenai perdarahan post partum sebanyak 98 orang, ketuban pecah dini sebanyak 138 orang, pre eklampsia berat dan eklmapsi sebanyak 73 orang, sedangkan yang mengalami partus lama 34 orang (7.4%) orang (Medikal Record RS.................., 2009).
Dari berbagai uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik ibu yang mengalami partus lama di RS. ................. tahun 2009.

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut ”Bagaimana karakteristik ibu yang mengalami partus lama di RS. ................. ................. tahun 2009”?.

C. Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis Penelitian : Deskriptif.
2. Subjek Penelitian : Ibu yang bersalin dengan partus lama.
3. Objek penelitian : Karakteristik ibu bersalin dengan partus lama.
4. Lokasi penelitian : RS. ................. ..................
5. Waktu penelitian : 19 Mei–7 Juni 2009
6. Alasan penelitian : Dari data presurvei di RS. ................. tahun 2009 diketahui bahwa masih ada ibu yang bersalin dengan partus lama.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik ibu yang bersalin dengan partus lama.
2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan partus lama berdasarkan umur.
- Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan partus lama berdasarkan paritas
- Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan partus lama berdasarkan pekerjaan.
- Untuk mengetaui karaktristik ibu bersalin dengan partus lama berdasarkan penyebab partus lama.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi rumah sakit.
Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
2. Bagi institusi pendidikan.
Memberikan Imformasi dan pengembangan keilmuan khususnya ibu yang bersalin dengan partus lama.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis tentang ibu yang bersalin dengan partus lama.
4. Bagi penelitian selanjutnya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi penelitian selanjutnya dan dapat diteruskan dengan variabel penelitian yang belum pernah diteliti.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN PARTUS LAMA DI RS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Baca Selengkapnya - Karakteristik Ibu Bersalin dengan Partus Lama di RS

Karakteristik Ibu Hamil dengan Pre-Eklamsi di Rumah Sakit Umum

iklan
KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PRE-EKLAMSI
DI RUMAH SAKIT UMUM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam pelayanan obstetri, selain angka kematian maternal terdapat angka kematian perinatal yang dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan pelayanan. Namun, keberhasilan menurunkan angka kematian maternal di negara-negara maju saat ini menganggap angka kematian perinatal merupakan parameter yang lebih baik dan lebih peka untuk menilai kualitas pelayanan kebidanan. Hal ini mengingat kesehatan dan keselamatan janin dalam rahim sangat tergantung pada keadaan serta kesempurnaan bekerjanya sistem dalam tubuh ibu, yang mempunyai fungsi untuk menumbuhkan hasil konsepsi dari mudigah menjadi janin cukup bulan. Salah satu penyebab kematian perinatal adalah preeklamsia dan eklamsia (www.tempo.co.id/ medika/arsip.2009).
Frekuensi pre-eklamsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang mempengaruhinya; jumlah primagravida, keadaan sosial-ekonomi, perbedaan kriterium dalam penentuan diagnosis, dan lain-lain. Dalam kepustakaan frekuensi dilaporkan berkisar antara 3-10%. Pada primigravida frekuensi pre-eklamsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida muda. Diabetes mellitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun, dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya pre-eklamsia (Wiknjosastro, 1999).
Di Indonesia, preeklamsia-eklamsia masih merupakan salah satu penyebab kematian ibu berkisar 1,5% sampai 25%, sedangkan kematian bayi antara 45% sampai 50% (Manuaba, 1998). Oleh karena itu, diagnosa dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia serta penanganannya, perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak yang mana angka kematian ibu di Indonesia menurut survey demografi dan kesehatan (SDKI) 2002/2003 mencapai 307/100.000. Perlu ditekankan bahwa sindroma preeklampsia ringan dengan hipertensi, edema, dan proteinuri sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan. Tanpa disadari, dalam waktu singkat dapat timbul preeklampsia berat, bahkan eklampsia. Dengan pengetahuan ini, menjadi jelas bahwa pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda-tanda preeklampsia, sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat dan eklampsia, di samping pengendalian terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain (www.tempo.co.id/ medika/arsip.2009).
Zuspan F.P. (1978) dan Arulkumaran A. (1995) melaporkan angka kejadian preeklamsia di dunia sebesar 0-13%, di Singapura 0,13-6,6%, sedangkan di Indonesia 3,4-8,5%. Dari penelitian Soejoenoes di 12 RS rujukan pada 1980 dengan jumlah sampel 19.506, didapatkan kasus preeklamsia 4,78%, kasus eklamsia 0,51%, dan AKP (Angka Kematian Perinatatal 10,88 perseribu. Penelitian yang dilakukan oleh Soejoenoes pada 1983 di 12 RS Pendidikan di Indonesia, didapatkan kejadian preeklamsia-eklamsia 5,30% dengan kematian perinatal 10,83 perseribu (4,9 kali lebih besar dibandingkan dengan kehamilan normal). Pada preeklamsia-eklamsia juga didapatkan risiko persalinan prematur 2,67 kali lebih besar, persalinan buatan 4,39 kali lebih banyak, dan mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk mendapatkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Salah satu upaya untuk menurunkan AKP akibat preeklamsia-eklamsia adalah dengan menurunkan angka kejadian preeklamsia-eklamsia. Angka kejadian dapat diturunkan melalui upaya pencegahan, pengamatan dini, dan terapi. Upaya pencegahan kematian perinatal dapat diturunkan bila dapat diidentifikasi faktor-faktor yang mempunyai nilai prediksi. Penentuan faktor yang mempunyai nilai prediksi serta pemantauan janin sangat penting agar kehamilan kalau perlu dapat diakhiri pada saat optimal (www.tempo.co.id/ medika/arsip.2009).
Dari data yang penulis dapat di Ruang Kebidanan RSU .......... ....... pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2009 jumlah ibu hamil dengan preeklamsia adalah seperti yang tertera pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Jumlah Ibu dengan Preeklamsia di Ruang Kebidanan RSU .......... ....... Tahun 2003-2009.
No Bulan Jumlah/Tahun
2003 % 2004 % 2009 %
1 Januari 8 21 8 15 5 7,5
2 Februari 2 5,3 4 7,7 2 3
3 Maret 4 11 1 1,9 4 6
4 April 3 7,9 2 3,8 7 10
5 Mei 2 5,3 2 3,8 2 3
6 Juni 3 7,9 4 7,7 4 6
7 Juli 2 5,3 4 7,7 11 16
8 Agustus 5 13 2 3,8 7 10
9 September 1 2,6 7 13 8 12
10 Oktober 4 11 4 7,7 4 6
11 November 1 2,6 5 9,6 8 12
12 Desember 3 7,9 9 17 5 7,5
Jumlah 38 100 52 100 67 100
Sumber data: RSU. A Yani ....... 2009.
Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah ibu hamil dengan pre-eklamsia di RSU .......... pada tahun 2003 sampai dengan 2009 mengalami peningkatan. Pada tahun 2003 terdapat 38, tahun 2004 52, dan tahun 2009 67. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsi di RSU .......... ....... khususnya yang terjadi pada tahun 2009. Karakteristik ibu hamil dengan preeklamsia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah 1) umur, 2) paritas, 3) pendidikan, dan 4) pekerjaan, 5) ekonomi.

1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang ada yaitu masih tingginya angka kejadian pre-eklamsia pada ibu hamil di RSU .......... ........

1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia di RSU .......... ....... pada tahun 2009?

1.4 Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsi berdasarkan umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan (ekonomi).

1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia di RSU .......... ....... pada tahun 2009
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia berdasarkan umur di RSU .......... ....... pada tahun 2009
2. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia berdasarkan paritas di RSU .......... ....... pada tahun 2009
3. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia berdasarkan pendidikan di RSU .......... ....... pada tahun 2009
4. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia berdasarkan pekerjaan di RSU .......... ....... pada tahun 2009
5. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia berdasarkan penghasilan di RSU .......... ....... pada tahun 2009

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Pihak Institusi Pendidikan
Sebagai bahan tambahan informasi ilmiah mengenai karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia.
1.6.2 Bagi Masyarakat
Manfaat penelitian bagi masyarakat khususnya ibu hamil, yaitu untuk memberikan informasi tentang pre-eklamsia, sehingga masyarakat dapat memahami dan mengerti karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia.
1.6.3 Bagi Peneliti Lainnya
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian di tempat lain.
1.6.4 Bagi Peneliti
Sebagai penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian dan menambah pengalaman dalam penulisan KTI, serta sebagai masukan pengetahuan tentang karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, subjek penelitiannya yaitu karakteristik ibu hamil dengan pre-eklamsia. Sedangkan objek penelitiannya adalah ibu hamil dengan pre-eklamsia di ruang kebidanan RSU .......... ....... pada tahun 2009.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PRE-EKLAMSI DI RUMAH SAKIT UMUM
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Karakteristik Ibu Hamil dengan Pre-Eklamsi di Rumah Sakit Umum

Karakteristik Akseptor KB Suntik di Desa Wilayah Kerja Puskesmas

iklan
KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK DI DESA
WILAYAH KERJA PUSKESMAS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Laju kepadatan penduduk Indonesia 216 juta jiwa, dengan tingkat kepadatan pada tahun 2004 diperkirakan 112 jiwa per km2. Jumlah penduduk Propinsi ......... tahun 2004, dengan perhitungan proyeksi menggunakan data dasar berdasarkan SP 2000 tercatat sebesar 6.915.950 jiwa, yang terdiri dari 3.563.310 jiwa penduduk laki-laki dan 3.352.640 jiwa penduduk perempuan. Sejak tahun 1971 atau sekitar 30 tahun terakhir, jumlah penduduk ......... telah meningkat hampir 300%, yaitu sebesar 2,78 juta jiwa pada tahun 1971 menjadi 6,71 juta jiwa pada tahun 2002. Namun demikian jika mengalami penurunan hampir lima kali lipat dari 5,77% (1971-1980) menjadi penduduk 1,04% (1995-1999). Kondisi ini merefleksikan bahwa upaya pengendalian penduduk telah berjalan selaras dengan upaya peningkatan kesejahteraan, termasuk faktor kesehatan penduduknya. Angka pertumbuhan penduduk Propinsi ......... tahun 2004 sekitar 31,57% (Profil Dinas Kesehatan Propinsi ........., 2004).
Salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui program Keluarga Berencana (KB). Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan keluarga dalam memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan, pembinaan ketahanan keluarga, meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, serta untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Depkes RI, 1997).
Keluarga kecil yang bahagia dicanangkan dengan adanya program KB pada awal 1970, tercatat angka kelahiran atau Total Fertility Rate (TFR) turun dari 5,61 per Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 1971 menjadi 2,78 per PUS pada tahun 1997. Demikian juga dengan jumlah peserta KB meningkat terus dari 53.000 pada awal program hingga 27 juta akseptor pada awal tahun 2000. Keberhasilan program KB di Indonesia tidak bisa lepas dari peran dan partisipasi perempuan dan ibu rumah tangga. Namun sangat disayangkan ketika melihat angka partisipasi pria, jumlahnya sangat minim (BKKBN, 2003).
Adanya program KB diharapkan ada keikutsertaan dari seluruh pihak dalam mewujudkan keberhasilan KB di Indonesia. Program KB yang didasarkan pada Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga kecil sejahtera yang serasi dan selaras dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Kebijakan operasional dikembangkan berdasarkan empat misi gerakan KB Nasional yaitu pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteran keluarga, yang selanjutnya secara garis besar dapat diklasifikasi menjadi pelayanan kesehatan reproduksi, pemberdayaan ekonomi keluarga dan ketahanan keluarga gerakan KB Nasional (Depkes RI, 1999).
Ada beberapa hal yang dapat mendukung terwujudnya gerakan KB nasional. Pada tahun 2003 adalah bahwa lebih dari 198.012 orang wanita (67,53%) berstatus menikah pernah menggunakan salah satu alat kontrasepsi dan sekitar 1.782.108 orang
wanita (51,66%) berstatus menikah sedang menjadi peserta KB aktif (Badan Pusat Statistik, 2003). Dalam pelaksanaannya, program KB nasional digunakan untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan dan menghentikan kehamilan atau kesuburan. Salah satu alat kontrasepsi yang efektif bisa menunda atau menjarangkan kehamilan adalah dengan menggunakan Suntik KB (Hartanto, 2003).
Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan program KB. Menurut data Susenas (2001) yang menyatakan bahwa pada tahun 2001 persentase peserta KB aktif, yaitu pasangan usia 15-49 tahun yang berstatus kawin dan sedang menggunakan/memakai salah satu alat kontrasepsi adalah 52,54%. Di wilayah perkotaan prosentase mereka yang menggunakan alat-alat kontrasepsi (54,6%) sedikit lebih tinggi daripada di pedesaan (51,0%). Dari mereka yang sedang menggunakan/memakai alat kontrasepsi, sebagian besar (47,36%) menggunakan alat/cara KB suntik, (25,99%) menggunakan pil KB, (11,31%) menggunakan AKDR/IUD, dan sisanya (15,34%) menggunakan alat/cara KB MOW, MOP, susuk,
kondom dan lainnya (Depkes RI, 2002). Rincian persentase yang digunakan diperkotaan dan pedesaan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.1 Persentase Pasangan Usia Subur yang sedang Ber-KB (Peserta KB Aktif) Menurut Alat Kontrasepsi di Indonesia Tahun 2001)
Alat/Cara KB Perkotaan Pedesaan Perkotaan + Pedesaan
Suntik 47,86 46,98 47,36
Pil KB 25,23 26,57 25,99
AKDR/IUD 14,11 9,14 11,31
Susuk KB 4,90 11,92 8,86
MOW 4,66 3,24 3,86
MOP 0,80 0,65 0,72
Kondom 0,67 0,18 0,39
Alat/Cara Tradisional 1,57 1,27 1,40
Lainnya 0,20 0,06 0,12
Sumber : Susenas 2001 dalam Depkes RI, 2002.
Berdasarkan data pra-survey yang penulis lakukan pada bulan Januari tahun 2009 di desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. terdapat 195 akseptor KB suntik (47,57%), KB pil 139 akseptor (33,90%), Implant 26 akseptor (6,34%), IUD 37 akseptor (9,02%), MOW 9 akseptor (2,19%), MOP 3 akseptor (0,73%), kondom 1 akseptor (0,25%). Dari beberapa jenis KB yang ada, KB suntik merupakan alat kontrasepsi dengan persentase paling tinggi diantara kontrasepsi lainnya.
Dari uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai karakteristik akseptor KB suntik di desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. berdasarkan usia, pengetahuan, pendidikan dan tingkat ekonomi.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.2.1 Tingginya angka peningkatan jumlah penduduk di Propinsi ......... pada tahun 2004
1.2.2 Perlu mengurangi tekanan laju pertumbuhan penduduk
1.2.3 Adanya hal yang mendukung terwujudnya gerakan KB nasional
1.2.4 Banyaknya jumlah pemakai alat kontrasepsi di perkotaan dibandingkan di pedesaan
1.2.5 Di desa .........., prosentase akseptor KB suntik lebih tinggi daripada akseptor kontrasepsi lainnya

1.3 Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut: "Bagaimana karakteristik akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. Kecamatan ................. Tahun 2009?"

1.4 Pertanyaan Penelitian
1.4.1 Bagaimana karakteristik usia akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. Kecamatan ................. Tahun 2009 ?
1.4.2 Bagaimana karakteristik tingkat pengetahuan akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. Kecamatan ................. Tahun 2009?
1.4.3 Bagaimana karakteristik tingkat pendidikan akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. Kecamatan ................. Tahun 2009?
1.4.4 Bagaimana karakteristik tingkat ekonomi akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. Kecamatan ................. Tahun 2009?

1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. Kecamatan ................. Tahun 2009.
1.5.2 Tujuan Khusus
1.5.2.1 Untuk mengetahui karakteristik usia akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. Kecamatan ................. Tahun 2009.
1.5.2.2 Untuk mengetahui karakteristik tingkat pengetahuan akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. Kecamatan ................. Tahun 2009.
1.5.2.3 Untuk mengetahui karakteristik tingkat pendidikan akseptor KB Suntik di desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. Kecamatan ................. Tahun 2009.
1.5.2.4 Untuk mengetahui karakteristik tingkat ekonomi akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas ................. Kecamatan ................. Tahun 2009.

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Akseptor KB suntik
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para akseptor tentang KB suntik.
1.6.2 Bagi Bidan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat meningkatkan mutu pelayanan.
1.6.3 Bagi Puskesmas
Sebagai sumbangan pemikiran dan sebagai bahan evaluasi bagi peningkatan upaya program KB.
1.6.4 Bagi Akademi Kebidanan
Sebagai sumber referensi, sumber bahan bacaan, dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan karakteristik akseptor KB suntik.
1.6.5 Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang penelitian serta sebagai penerapan ilmu yang telah didapat selama studi.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memberi ruang lingkup sebagai berikut:
1.7.1 Jenis Penelitian : penelitian deskriptif
1.7.2 Objek Penelitian : karakteristik akseptor KB suntik
1.7.3 Subjek Penelitian : akseptor KB suntik di desa ..........
1.7.4 Lokasi Penelitian : desa .......... kecamatan ................. .........
Selatan
1.7.5 Waktu Penelitian : bulan Januari sampai dengan Juni 2009
1.7.6 Alasan Penelitian : di desa .........., persentase akseptor KB suntik lebih tinggi daripada akseptor kontrasepsi lainnya sejumlah 195 orang akseptor (47,57%). Karena hal tersebut maka penulis ingin meneliti mengenai karakteristik akseptor KB suntik di Desa .......... berdasarkan tingkat usia, pengetahuan, pendidikan, dan ekonomi.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB SUNTIK DI DESA WILAYAH KERJA PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Karakteristik Akseptor KB Suntik di Desa Wilayah Kerja Puskesmas

Karakteristik Akseptor KB Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Wilayah Kerja Puskesmas

iklan
KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM
(AKDR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang tidak luput dari masalah kependudukan. Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran 5.000.000 pertahun (Manuaba, 1998). Pada tahun 2005 jumlah penduduk dunia sebesar 6.500.000.000 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,7%, sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun yang sama sebesar 241.973.879 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,66%. Oleh karena itu pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Pemerintah merencanakan progam Keluarga Berencana Nasional untuk mengatasi masalah tersebut yang merupakan bagian dari Pembangunan Nasional (www.laju pertumbuhan penduduk.go.id,2005).
Hartanto (2003), mengemukakan bahwa Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat menolong pasangan suami isteri menghindari kehamilan resiko tinggi. KB tidak dapat menjamin kesehatan ibu dan anak, tetapi dengan melindungi keluarga terhadap kehamilan resiko tinggi, KB dapat menyelamatkan jiwa dan mengurangi angka kesakitan.
Searah dengan GBHN 1999 yang dijabarkan dalam Propenas (2000) program KB nasional telah menunjukkan perkembangan. Pada tahun 2000-2003 angka TFR (Total Fertiliti Rate) adalah 2,7 sedangkan pada tahun 1997 angka TFR adalah 2,91, hal ini menunjukkan penurunan 0,21 point. Menurunnya angka fertilitas tersebut didorong antara lain oleh meningkatnya pendidikan wanita, penundaan usia perkawinan dan usia melahirkan, serta bertambah panjangnya jarak antara kelahiran anak.
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah salah satu alat kontrasepsi jangka panjang yang sangat efektif untuk menjarangkan kelahiran anak. Banyak alasan dapat dikemukakan mengapa AKDR dikembangkan dan diperkenalkan sebagai cara KB yang efektif antara lain AKDR sebagai kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi dalam mencegah kehamilan, AKDR merupakan metode kontrasepsi jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti) dan AKDR diutamakan bagi peserta yang sudah cukup anak serta tidak ingin mempunyai anak lagi tetapi belum siap menjalankan kontap.
AKDR bukanlah alat kontrasepsi yang sempurna, sehingga masih terdapat beberapa kerugian yang menimbulkan keluhan pada akseptor AKDR. Salah satu keluhan yang sering timbul dari akseptor AKDR adalah tali AKDR yang dapat mengganggu hubungan seksual (Manuaba, 1998). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Brigida (2004), yang mengatakan bahwa terdapat akseptor AKDR yang mengalami keluhan saat melakukan hubungan seksual sebanyak 69,2%.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Propinsi .......... tahun 2005, jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Propinsi .......... tercatat sebesar 1.344.747 orang dan yang menjadi peserta KB aktif sebesar 937.841 orang (70,6%). Dari peserta KB aktif tersebut yang menggunakan AKDR sebanyak 124.834 orang (9,42%). Pada tahun yang sama jumlah PUS di Kota ....... tercatat sebesar 24.279 orang yang terdiri dari 17.685 orang (72,84%) peserta KB aktif dan 6.594 orang (27,15%) yang tidak mengikuti KB. Dari peserta KB aktif tersebut yang menggunakan AKDR sebanyak 2.589 orang (14,63%).
Sesuai dengan studi pendahuluan yang diperoleh dari BKKBN Kota ......., mengenai KB AKDR di Kecamatan ....... Utara dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2005 yang tertuang dalam data-data tabel di bawah ini.
Tabel 1. Data Akseptor KB di Kecamatan ....... Utara Tahun 2005.
No Jenis Non MKJP MKJP
Jumlah % Jumlah %
1. Pil 1.325 37.40
2. Suntik 1.116 31.50
3. AKDR 381 10,76
4. MOW 127 3,58
5. MOP 18 0,50
6. Implant 575 16,23
Jumlah 2.441 68,90 1.101 31,07
Sumber : Laporan Bulanan BKKBN Kota ....... Tahun 2005
Dilihat dari data diatas, pemakai KB AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas ............ Kecamatan ....... Utara hanya menempati urutan ke 4 yaitu 10,76%, sedangkan menurut Hartanto (2003), AKDR sangat baik digunakan oleh Pasangan Usia Subur untuk menunda kehamilan dan menjarangkan kehamilan. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Karakteristik Akseptor KB AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas ............ Kecamatan ....... Utara Tahun 2009”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana karakteristik akseptor KB AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas ............ Kecamatan ....... Utara Tahun 2009”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran tentang karakteristik akseptor KB AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas ............ Kecamatan ....... Utara.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran karakteristik akseptor KB AKDR berdasarkan usia.
b. Diketahuinya gambaran karakteristik akseptor KB AKDR berdasarkan paritas.
c. Diketahuinya gambaran karakteristik akseptor KB AKDR berdasarkan tingkat pendidikan.
d. Diketahuinya gambaran karakteristik akseptor KB AKDR berdasarkan pekerjaan.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah :
1. Jenis Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Akseptor KB AKDR di Wilayah Kerja Puskesmas ............ Kecamatan ....... Utara.
3. Objek Penelitian : Karakteristik Akseptor KB AKDR yang meliputi usia, paritas, tingkat pendidikan dan pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas ............ Kecamatan ....... Utara.
4. Lokasi Penelitian : Wilayah Kerja Puskesmas ............ Kecamatan ....... Utara.
5. Waktu Penelitian : 08 Mei 2009 – 13 Mei 2009

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas
Sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya untuk evaluasi dan pengembangan program KB khususnya wilayah kerja puskesmas ............ Kecamatan ....... Utara.
2. Bagi Akseptor KB
Sebagai informasi atau tambahan pengetahuan tentang KB khususnya metode AKDR sehingga ibu dapat memilih jenis kontrasepsi yang aman untuk digunakan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan pertimbangan dan referensi penelitian berikutnya terutama mengenai keluarga berencana yang meliputi efek samping, keuntungan, kerugian pemakaian AKDR dan sebagainya, serta memberikan gambaran untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan karakteristik akseptor KB AKDR yang meliputi usia, paritas, pendidikan dan pekerjaan.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK AKSEPTOR KB ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Karakteristik Akseptor KB Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Wilayah Kerja Puskesmas

Alasan ibu melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun di posyandu

iklan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Masalah kesehatan dan pertumbuhan anak di Indonesia sangat dipengaruhi oleh keadan gizi yang tidak baik dan merajalelanya penyakit infeksi. Ditemukan di Indonesia bahwa angka kejadian dan kematian karena diare pada tahun 1995 sebanyak 55 ribu balita pertahun. Hal tersebut sering terjadi akibat tidak diberikannya ASI, terbukti anak yang diberi ASI jarang terserang diare (Media Komunikasi Bidan dan Keluarga Indonesia, 2004).
Makanan berperan penting terhadap pertumbuhan, kesehatan dan daya tahan tubuh balita, khususnya sebagai materi yang mengandung zat-zat khusus untuk menangkal berbagai jenis penyakit. Umumnya anak yang tidak memperoleh makanan yang bergizi dalam jumlah yang memadai sangat rentan terhadap penyakit, terutama diare dan Kekurangan Energi Protein (KEP). Diare dan kekurangan energi protein merupakan masalah kesehatan dan gizi yang umumnya dijumpai pada sebagian besar balita di Indonesia (Krisnatuti & Yenrina, 2000).
Kekurangan energi protein dan infeksi mempunyai pengaruh timbal balik, merupakan masalah utama di Indonesia yang bila tidak ditanggulangi dengan baik akan mengganggu pembangunan sosial ekonomi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Kedua masalah ini pada anak di bawah umur 2 tahun sangat erat hubungannya dengan menyusukan (Suharyono dkk, 1992).
Beradasarkan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi yang paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 bulan dan dapat dilanjutkan samapai anak berumur 2 tahun.
ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang baru dilahirkannya. Selain komposisi yang sesuai untuk pertumbuhan bayi yang bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pada setiap saat, ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat menghindari bayi dari berbagai penyakit infeksi (Suharyono dkk, 1992).
Berbagai kepustakaan menginformasikan bahwa pada waktu dilahirkan, jumlah sel otak bayi telah mencapai 66% dan beratnya 25% dari ukuran otak orang dewasa, priode pertumbuhan otak yang paling kritis dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun, jadi apabila pada masa tersebut seorang anak menderita gizi dapat berpengaruh negatif terhadap jumlah dan ukuran sel otaknya, dalam hal ini pemberian ASI hingga 2 tahun sangat dianjurkan (Krisnatuti & Yenrina, 2000).
Melihat unggulnya ASI maka sangat disayangkan bahwa pada kenyataannya penggunaan ASI belum seperti yang kita harapkan. Pemberian ASI yang dianjurkan adalah sejak bayi lahir sampai umur 1-6 bulan bayi hanya diberi ASI, kemudian pemberian ASI diteruskan sampai umur 2 tahun bersama makanan tambahan yang kuat. Untuk mencapai hal ini, World Health Organization (WHO) membuat deklarasi yang dikenal dengan deklarasi Innocenti (Innocenti Declaration), deklarasi yang dilahirkan di Innocenti, Italia tahun 1990 ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan dan memberi dukungan pada pemberian ASI deklarasi yang juga ditanda tangani di Indonesia, salah satunya memuat hal-hal berikut, yaitu : “Sebagai tujuan global untuk membantu kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif pada semua bayi sejak lahir sampai usia 1-6 bulan, setelah berumur 1-6 bulan, bayi diberi makanan pendamping atau padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Roesli, 2000).
Pemberian ASI merupakan upaya manusia agar dapat perlindungan namun akhir-akhir ini terutama di kota, banyak para ibu yang melupakan senjata terampuh untuk melindungi anak dari ancaman maut, keadaan ini mungkin disebabkan karena banyak para ibu yang terpaksa bekerja selama sehari penuh untuk menutupi keperluan hidupnya sehari-hari, kemajuan teknologi pembuatan susu buatan dan pengaruh iklan-iklan susu buatan (Suharyono dkk, 1992).
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Lampung pada tahun 2002 jumlah bayi 0–4 bulan yang diberi ASI eksklusif yaitu 68.527 orang atau 42,83% dari 159 – 987 orang. Sedangkan tahun 2003 jumlah bayi 0–6 bulan yang diberi ASI eksklusif sebesar 29,54% target tahun 2003 adalah 19,7%, pada tahun 2004 sebesar 34,53% dari 165.656 bayi, (Dinkes Provinsi Lampung, 2004). Sedangkan untuk wilayah Tanjung Karang Pusat jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif sebanyak 69,4% dari 2404 bayi (Dinkes Kota Bandar Lampung, 2004 ).
Kelurahan Kaliawi merupakan bagian dari 11 kelurahan yang berada di Kecamatan Tanjung Karang Pusat, di Kelurahan Kaliawi terdapat 8 Posyandu yang tersebar di 5 lingkungan, jumlah bidan yang ada 2 orang dan jumlah kader 24 orang, berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan dilokasi diperoleh data bahwa terdapat 27 ibu yang tidak memberikan ASI nya sampai 2 tahun.

Baca Selengkapnya - Alasan ibu melakukan penyapihan anak kurang dari 2 tahun di posyandu

Karakterisitk Akseptor KB POK (Pil Oral Kombinasi) di Kelurahan

iklan
KTI KEBIDANAN
KARAKTERISITK AKSEPTOR KB POK (PIL ORAL KOMBINASI) DI KELURAHAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Laju kepadatan penduduk Indonesia 216 juta jiwa, dengan tingkat kepadatan pada tahun 2004 diperkirakan 112 jiwa per km2. Jumlah penduduk Propinsi .......... tahun 2004, dengan perhitungan proyeksi menggunakan data dasar berdasarkan SP 2000 tercatat sebesar 6.915.950 jiwa, yang terdiri dari 3.563.310 jiwa penduduk laki-laki dan 3.352.640 jiwa penduduk perempuan. Sejak tahun 1971 atau sekitar 30 tahun terakhir, jumlah penduduk .......... telah meningkat hampir 300%, yaitu sebesar 2,78 juta jiwa pada tahun 1971 menjadi 6,71 juta jiwa pada tahun 2002. Namun demikian jika mengalami penurunan hampir lima kali lipat dari 5,77% (1971-1980) menjadi penduduk 1,04% (1995-1999). Kondisi ini merefleksikan bahwa upaya pengendalian penduduk telah berjalan selaras dengan upaya peningkatan kesejahteraan, termasuk faktor kesehatan penduduknya. Angka pertumbuhan penduduk Propinsi .......... tahun 2004 sekitar 31,57% (Profil Dinas Kesehatan Propinsi .........., 2004).
Salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui program Keluarga Berencana (KB). Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan keluarga dalam memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kehamilan, pembinaan ketahanan keluarga, meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, serta untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Depkes RI, 1997).
Keluarga kecil yang bahagia dicanangkan dengan adanya program KB pada awal 1970, tercatat angka kelahiran atau Total Fertility Rate (TFR) turun dari 5,61 per Pasangan Usia Subur (PUS) pada tahun 1971 menjadi 2,78 per PUS pada tahun 1997. Demikian juga dengan jumlah peserta KB meningkat terus dari 53.000 pada awal program hingga 27 juta akseptor pada awal tahun 2000. Keberhasilan program KB di Indonesia tidak bisa lepas dari peran dan partisipasi perempuan dan ibu rumah tangga. Namun sangat disayangkan ketika melihat angka partisipasi pria, jumlahnya sangat minim (BKKBN, 2003).
Adanya program KB diharapkan ada keikutsertaan dari seluruh pihak dalam mewujudkan keberhasilan KB di Indonesia. Program KB yang didasarkan pada Undang-undang Nomor 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga kecil sejahtera yang serasi dan selaras dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Kebijakan operasional dikembangkan berdasarkan empat misi gerakan KB Nasional yaitu pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteran keluarga, yang selanjutnya secara garis besar dapat diklasifikasi menjadi pelayanan kesehatan reproduksi, pemberdayaan ekonomi keluarga dan ketahanan keluarga gerakan KB Nasional (Depkes RI, 1999).
Ada beberapa hal yang dapat mendukung terwujudnya gerakan KB nasional. Pada tahun 2003 adalah bahwa lebih dari 198.012 orang wanita (67,53%) berstatus menikah pernah menggunakan salah satu alat kontrasepsi dan sekitar 1.782.108 orang
wanita (51,66%) berstatus menikah sedang menjadi peserta KB aktif (Badan Pusat Statistik, 2003). Dalam pelaksanaannya, program KB nasional digunakan untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan dan menghentikan kehamilan atau kesuburan. Salah satu alat kontrasepsi yang efektif bisa menunda atau menjarangkan kehamilan adalah dengan menggunakan Suntik KB (Hartanto, 2003).
Penggunaan alat kontrasepsi merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan program KB. Menurut data Susenas (2001) yang menyatakan bahwa pada tahun 2001 persentase peserta KB aktif, yaitu pasangan usia 15-49 tahun yang berstatus kawin dan sedang menggunakan/memakai salah satu alat kontrasepsi adalah 52,54%. Di wilayah perkotaan prosentase mereka yang menggunakan alat-alat kontrasepsi (54,6%) sedikit lebih tinggi daripada di pedesaan (51,0%). Dari mereka yang sedang menggunakan/memakai alat kontrasepsi, sebagian besar (47,36%) menggunakan alat/cara KB suntik, (25,99%) menggunakan pil KB, (11,31%) menggunakan AKDR/IUD, dan sisanya (15,34%) menggunakan alat/cara KB MOW, MOP, susuk,
kondom dan lainnya (Depkes RI, 2002). Rincian persentase yang digunakan diperkotaan dan pedesaan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.1 Persentase Pasangan Usia Subur yang sedang Ber-KB (Peserta KB Aktif) Menurut Alat Kontrasepsi di Indonesia Tahun 2001)
Alat/Cara KB Perkotaan Pedesaan Perkotaan + Pedesaan
Suntik 47,86 46,98 47,36
Pil KB 25,23 26,57 25,99
AKDR/IUD 14,11 9,14 11,31
Susuk KB 4,90 11,92 8,86
MOW 4,66 3,24 3,86
MOP 0,80 0,65 0,72
Kondom 0,67 0,18 0,39
Alat/Cara Tradisional 1,57 1,27 1,40
Lainnya 0,20 0,06 0,12
Sumber : Susenas 2001 dalam Depkes RI, 2002.
Berdasarkan data pra-survey yang penulis lakukan pada bulan Januari tahun 2009 di desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas .................. terdapat 195 akseptor KB suntik (47,57%), KB pil 139 akseptor (33,90%), Implant 26 akseptor (6,34%), IUD 37 akseptor (9,02%), MOW 9 akseptor (2,19%), MOP 3 akseptor (0,73%), kondom 1 akseptor (0,25%). Dari beberapa jenis KB yang ada, KB suntik merupakan alat kontrasepsi dengan persentase paling tinggi diantara kontrasepsi lainnya.
Dari uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai karakteristik akseptor KB suntik di desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas .................. berdasarkan usia, pengetahuan, pendidikan dan tingkat ekonomi.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.2.1 Tingginya angka peningkatan jumlah penduduk di Propinsi .......... pada tahun 2004
1.2.2 Perlu mengurangi tekanan laju pertumbuhan penduduk
1.2.3 Adanya hal yang mendukung terwujudnya gerakan KB nasional
1.2.4 Banyaknya jumlah pemakai alat kontrasepsi di perkotaan dibandingkan di pedesaan
1.2.5 Di desa .........., prosentase akseptor KB suntik lebih tinggi daripada akseptor kontrasepsi lainnya

1.3 Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut: "Bagaimana karakteristik akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas .................. Kecamatan .................. Tahun 2009?"

1.4 Pertanyaan Penelitian
1.4.1 Bagaimana karakteristik usia akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas .................. Kecamatan .................. Tahun 2009 ?
1.4.2 Bagaimana karakteristik tingkat pengetahuan akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas .................. Kecamatan .................. Tahun 2009?
1.4.3 Bagaimana karakteristik tingkat pendidikan akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas .................. Kecamatan .................. Tahun 2009?
1.4.4 Bagaimana karakteristik tingkat ekonomi akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas .................. Kecamatan .................. Tahun 2009?

1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas .................. Kecamatan .................. Tahun 2009.
1.5.2 Tujuan Khusus
1.5.2.1 Untuk mengetahui karakteristik usia akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas .................. Kecamatan .................. Tahun 2009.
1.5.2.2 Untuk mengetahui karakteristik tingkat pengetahuan akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas .................. Kecamatan .................. Tahun 2009.
1.5.2.3 Untuk mengetahui karakteristik tingkat pendidikan akseptor KB Suntik di desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas .................. Kecamatan .................. Tahun 2009.
1.5.2.4 Untuk mengetahui karakteristik tingkat ekonomi akseptor KB Suntik di Desa .......... Wilayah Kerja Puskesmas .................. Kecamatan .................. Tahun 2009.

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Akseptor KB suntik
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para akseptor tentang KB suntik.
1.6.2 Bagi Bidan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat meningkatkan mutu pelayanan.
1.6.3 Bagi Puskesmas
Sebagai sumbangan pemikiran dan sebagai bahan evaluasi bagi peningkatan upaya program KB.
1.6.4 Bagi Akademi Kebidanan Wira Buana Metro
Sebagai sumber referensi, sumber bahan bacaan, dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan karakteristik akseptor KB suntik.
1.6.5 Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang penelitian serta sebagai penerapan ilmu yang telah didapat selama studi.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memberi ruang lingkup sebagai berikut:
1.7.1 Jenis Penelitian : penelitian deskriptif
1.7.2 Objek Penelitian : karakteristik akseptor KB suntik
1.7.3 Subjek Penelitian : akseptor KB suntik di desa ..........
1.7.4 Lokasi Penelitian : desa .......... kecamatan .................. ..........
Selatan
1.7.5 Waktu Penelitian : bulan Januari sampai dengan Juni 2009
1.7.6 Alasan Penelitian : di desa .........., persentase akseptor KB suntik lebih tinggi daripada akseptor kontrasepsi lainnya sejumlah 195 orang akseptor (47,57%). Karena hal tersebut maka penulis ingin meneliti mengenai karakteristik akseptor KB suntik di Desa .......... berdasarkan tingkat usia, pengetahuan, pendidikan, dan ekonomi.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISITK AKSEPTOR KB POK (PIL ORAL KOMBINASI) DI KELURAHAN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Karakterisitk Akseptor KB POK (Pil Oral Kombinasi) di Kelurahan

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Resiko Perkawinan Dini Pada Kehamilan dan Proses Persalinan

iklan
KTI KEBIDANAN
FGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP RESIKO PERKAWINAN DINI PADA KEHAMILAN DAN PROSES PERSALINAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pola pikir zaman primitif dengan zaman yang sudah berkembang jelas berbeda, hal ini dibuktikan dengan sebuah paradoks perkawinan antara pilihan orang tua dengan kemauan sendiri, pernikahan dini dipaksakan atau pernikahan dini karena kecelakaan. Namun prinsip orang tua pada zaman ganepo atau zaman primitif sangat menghendaki jika anak perempuan sudah baligh maka tidak ada kata lain kecuali untuk secepatnya menikah. Kondisi demikian, dilatarbelakangi oleh keberadaan zaman yang masih tertinggal, maka konsep pemikirannya pun tidak begitu mengarah pada jenjang kehidupan masa depan yang lebih baik. Tradisi pernikahan zaman nenek moyang lebih terpacu dengan prospek budaya nikah dini, yakni berkisar umur 15 tahun para wanita dan pria berkisar umur 20 tahun atau kurang (Dlori, 2005).
Para remaja dewasa ini, generasi terbesar dalam usia 10-19 tahun di dalam sejarah, beranjak dewasa di dunia yang sangat berbeda daripada dunia di waktu para orang tua mereka beranjak dewasa. Meskipun laju perubahan berbeda di antara dan di dalam wilayah dunia, masyarakat berada di dalam keadaan kesempatan baru yang membingungkan bagi para pemuda.
Perbaikan di bidang transportasi dan komunikasi membuka kesempatan bagi para pemuda, bahkan yang tinggal di daerah-daerah terpencil mengenal orang-orang dengan tradisi dan nilai-nilai kehidupan yang berbeda, walaupun dunia semakin urban dan industrialisasi menawarkan godaan kemajuan dan kesempatan. Tetapi, tanpa pendidikan dan latihan yang memadai, para remaja tidak akan mampu memenuhi tuntutan lingkungan pekerjaan modern, dan tanpa bimbingan orang tua, masyarakat serta para pemimpin pemerintahan, para remaja mungkin tidak siap untuk menilai hasil dari keputusan yang diambil mereka. Kendati demikian, di dunia berkembang, dimana kemiskinan luas dan berkepanjangan, sejumlah keluarga mungkin terpaksa menggagalkan pendidikan anak-anak kalau tenaga mereka dibutuhkan untuk membantu rumah tangga.
Pemerintah bertujuan untuk menyediakan pendidikan dasar yang dapat diperoleh secara luas. Oleh sebab itu, perempuan muda di hampir semua negara boleh dikatakan lebih mungkin memperoleh pendidikan dasar daripada yang dulu didapatkan oleh ibu mereka, dan di dunia berkembang perbedaanya bisa sangat besar. Misalnya, di Sudan, 46% remaja berumur 15-19 tahun sudah menempuh tujuh tahun atau lebih masa sekolah, dibandingkan dengan 5% dari para wanita berumur 40-44 tahun. Begitupun, disparitas, terutama di segi sosio-ekonomi dan di lingkungan kehidupan, masih bertahan. Di sebagian negara berkembang, kemungkinan perempuan muda kota untuk memperoleh pendidikan dasar adalah 2-3 kali lipat dibanding dengan perempuan-perempuan yang berada di pedalaman. Di sebagian besar negara, 70-100% anak-anak mendaftar di sekolah dasar, tetapi lamanya waktu yang digunakan untuk belajar di sekolah berbeda sekali. (Laporan Institut Alan Guttmatcher "Into A New World: Young Women's Sexual and Reproductive Lives" http://www.agi-usa.org/pubs/new_ world_indo.html.2005).
Sejumlah rintangan masa remaja sifatnya sama bagi semua remaja, masa-masa remaja lebih sulit bagi kaum wanita. Meskipun sebagian usia 10-19 baru mulai mengalami perubahan-perubahan yang datang bersama masa pubertas, banyak mulai mengalami hubungan seksual atau perkawanan. Dan setiap tahun, kira-kira 14 juta perempuan muda berumur 15-19 melahirkan. Melahirkan anak pada usia remaja di dunia berkembang adalah soal biasa, di mana proporsi yang telah melahirkan anak pertama sebelum umur 18 biasanya antara seperempat dan setengah (Grafik 1). Sebaliknya, di dunia maju, dan di sebagian kecil negara berkembang, kurang dari satu dalam 10 melahirkan anak pertama pada usia remaja.
Paling sedikit setengah perempuan muda di negara Afrika Sub-Sahara, mulai hidup bersama pertama kali sebelum usia 18 tahun. Di Amerika Latin dan di Karibia, 20-40% dari wanita muda memasuki hidup bersama, dan di Afrika Utara dan Timur Tengah, proporsinya 30% atau kurang. Di Asia, kemungkinan perkawinan awal berbeda sekali, 73% perempuan di Bangladesh memasuki kehidupan bersama sebelum usia 18, dibandingkan dengan 14% di Filipina dan Sri Langka, dan hanya 5% di Cina. Para wanita di negara maju tidak mungkin kawin sebelum usia 18; walaupun di Perancis, Inggris dan Amerika Serikat sebanyak 10-11% melakukannya, tetapi di Jerman dan di Polandia hanya 3-4% wanita semuda ini melakukannya.
Perkawinan awal kurang biasa sekarang dibandingkan dengan satu generasi yang lalu, walaupun perbedaan yang luas terdapat di antara dan di dalam daerah-daerah. Misalnya, di Afrika Sub-Sahara proporsi wanita yang telah kawin sebelum umur 18 hampir tidak berubah, di Ghana (39% dari usia 40-44 tahun dibanding 38% usia 20-24 tahun) dan di Pantai Gading (49% dibanding 44%), tetapi di Kenya telah menurun dengan tajam (47% dibanding 28%) sebaliknya, penurunan hebat terjadi di seluruh Asia sedangkan di Amerika Latin dan Karibia tingkat perkawinan awal boleh dikatakan tetap stabil (Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat. U.S. Agency for International Development http://www.agi-usa.org/pubs/new_ world_indo. html.2005)
Grafik Proporsi wanita yang melahirkan anak pertama mereka sebelum usia 18 tahun berkisar dari 1% di Jepang sampai 53% di Niger.
Sumber data: Survei Demografi dan Kesehatan, Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (U.S. Agency for International Development http://www.agi-usa.org/pubs/new_ world_indo. html.2005)
Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) usia untuk hamil dan melahirkan adalah 20 sampai 30 tahun, lebih atau kurang dari usia tersebut adalah berisiko. Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental/emosi/psikologis dan kesiapan sosial/ekonomi. Secara umum, seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar usia 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik (www.bkkbn.co.id.2001-2005).
Perkawinan menandai sebuah transisi penting di dalam kehidupan individu, dan jadwal peristiwa itu dapat mendatangkan dampak yang dramatis terhadap masa depan seorang pemuda. Sementara di sebagian masyarakat pengalaman pertama seksual seorang perempuan kemungkinan dengan suaminya, di masyarakat-masyarakat lainnya permulaan aktivitas seksual tidak begitu erat hubungannya dengan perkawinan. Kebiasaan yang berbeda mengenai hubungan dan perilaku seksual, dan cara sebuah masyarakat mengadaptasi perubahan kebiasaan tersebut, dapat menimbulkan dampak yang dalam pada seorang pemuda, keluarganya dan masyarakatnya secara menyeluruh.
Bagi seorang wanita, pernikahan awal dan, terutama, melahirkan anak, mempunyai pengaruh yang dalam dan berkepanjangan terhadap kesejahteraan, pendidikan dan kemampuan memberikan sumbangsih terhadap masyarakatnya. Begitupun, faktor-faktor kompleks, baik yang berupa fisik, maupun kekeluargaan dan kebudayaan yang sering kurang dipahami, menentukan siapa dan kapan seseorang akan menikah; siapa akan memulai aktivitas seksual pra-nikah, siapa akan mulai melahirkan pada masa remaja; dan siapa akan melahirkan di luar nikah. Data yang ada menunjukkan bahwa sementara kebutuhan dan pengalaman remaja berbeda di seluruh dunia namun ada persamaan yang terdapat di berbagai lintas nasional dan regional (http://www.agi-usa.org/pubs/new_ world_indo. html.2005)
Menurut survey tahun 1995 terdapat 21,5% wanita di Indonesia yang perkawinan pertamanya dilakukan ketika berusia 17 tahun. Di daerah pedesaan dan perkotaan wanita melakukan perkawinan di bawah umur tercatat masing-masing 24,4% dan 16,1%. Persentase terbesar kawin muda terdapat di Propinsi Jawa Timur 90,3%, Jawa barat 39,6% dan Kalimantan Selatan 37,5%.
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa pernikahan di Indonesia yang dilakukan pada usia remaja lebih banyak terjadi di pedesaan. Pada pra survey yang telah penulis lakukan di Kecamatan ....... ........ ................. didapat data jumlah pernikahan sebagai berikut:
Tabel 1.1 Jumlah Pernikahan Menurut Usia Di Kecamatan ....... ........ Tahun 2003 Sampai Dengan Tahun 2005
No Tahun Usia Pernikahan Jumlah Pernikahan
<> 20 tahun
1 2003 40 (86,9%) 6 (13,1%) 46 orang
2 2004 46 (90,2%) 5 (9,8%) 51 orang
3 2005 33 (78,5%) 9 (21,4%) 42 orang
Sumber data: Catatan Sipil ....... ........ ................. Tahun 2005.

1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang ada yaitu masih adanya pernikahan dini di Kecamatan ....... ........ Kabupaten ................. yang bisa beresiko baik pada saat hamil maupun pada saat proses persalinan.

1.3 Rumusan Masalah dan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini yaitu bagaimana tingkat pengetahuan remaja putri terhadap resiko pernikahan dini (kawin muda) pada kehamilan dan proses persalinan di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten ................. tahun 2009

1.4 Pertanyaan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis membagi dua sub pertanyaan tentang gambaran pengetahuan remaja putri terhadap resiko pernikahan dini, yaitu:
1.4.1 Resiko Pada Kehamilan
Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terhadap resiko perkawinan dini pada kehamilan di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten ................. tahun 2009?
1.4.2 Resiko Pada Proses Persalinan
Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang resiko perkawinan dini pada proses persalinan di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten ................. tahun 2009?

1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terhadap resiko perkawinan dini pada kehamilan dan proses persalinan di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten ................. tahun 2009.
1.5.2 Tujuan Khusus
1) Untuk dapat mengidentifikasikan tingkat pengetahuan remaja putri terhadap resiko perkawinan dini pada kehamilan di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten ................. tahun 2009
2) Untuk dapat mengidentifikasikan tingkat pengetahuan remaja putri tentang resiko perkawinan dini pada proses persalinan di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten ................. tahun 2009

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Remaja Putri
Untuk memberikan informasi tentang resiko pernikahan dini pada kehamilan dan proses persalinan.
1.6.2 Bagi Masyarakat
Manfaat penelitian bagi masyarakat, yaitu untuk memberikan informasi tentang resiko pernikahan dini terhadap kehamilan dan proses persalinan, untuk memberikan informasi tentang usia pernikahan yang sesuai dengan Undang-undang yang telah ditetapkan pemerintah, serta untuk memberi pengetahuan tentang usia hamil dan melahirkan yang baik/tidak beresiko.
1.6.3 Bagi Pihak Institusi Pendidikan
Sebagai bahan penelitian acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai pernikahan dini yang dapat beresiko terhadap kehamilan dan proses persalinan.
1.6.4 Bagi Peneliti
Sebagai penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian dan menambah pengalaman dalam penulisan KTI, serta sebagai masukan pengetahuan tentang pernikahan dini.
1.6.5 Bagi Peneliti Lainnya
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian di tempat lain.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, subjek penelitiannya yaitu remaja putri. Sedangkan objek penelitiannya adalah resiko pernikahan dini pada kehamilan dan proses persalinan di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten ..................
Adapun waktu dan tempat penelitian ini dilaksanakan di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten ................. pada bulan April s.d Mei tahun 2009.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
FGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP RESIKO PERKAWINAN DINI PADA KEHAMILAN DAN PROSES PERSALINAN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Baca Selengkapnya - Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Terhadap Resiko Perkawinan Dini Pada Kehamilan dan Proses Persalinan

Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan di BPS

iklan
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM
MENGHADAPI PERSALINAN DI BPS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dalam rencana strategi nasional Making Pregnancy Safer (MPS), disebutkan bahwa visi rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman serta bayi yang akan dilahirkan hidup sehat, dengan misinya menurunkan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal melalui pemantapan sistem kesehatan di dalam menghadapi persalinan yang aman.
Perawatan antenatal yang teratur dapat menurunkan secara mendasar mortalitas dan morbiditas Ibu dan anak, perawatan antenatal yang memadai juga dapat mengurangi risiko dalam persalinan.
Risiko dalam persalinan yang sering dijumpai yaitu perpanjangan dari kelahiran bayi, partus lama, hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu : power, passage, passenger, psikis, penolong.
Faktor psikis dalam menghadapi persalinan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran. Dukungan yang penuh dari anggota keluarga penting artinya bagi seorang Ibu bersalin terutama dukungan dari suami sehingga memberikan support moril terhadap Ibu (Kartini Kartono, 1986 : 192).
Namun demikian faktor psikis selama ini belum mendapatkan perhatian oleh penolong persalinan, hal ini sesuai dengan pendapat (Kartini Kartono) yang menyatakan bahwa para dokter dan bidan hampir-hampir tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan kondisi psikis wanita tersebut, sebab mereka biasanya disibukkan oleh faktor-faktor somatis (jasmaniah). Pada umumnya para dokter dan bidan menganggap tugas mereka telah selesai apabila bayinya sudah lahir dengan selamat dan ibunya tidak menunjukkan tanda-tanda patologis (Kartini Kartono, 1986).
Sejalan dengan hal tersebut, di masyarakat paradigma persalinan masih menganggap persalinan itu merupakan pertaruhan hidup dan mati, sehingga wanita yang akan melahirkan mengalami ketakutan-ketakutan, khususnya takut mati baik bagi dirinya sendiri ataupun bayi yang akan dilahirkannya (Kartini Kartono, 1986:190).
Melihat fenomena di atas, menunjukkan bahwa proses persalinan selain dipengaruhi oleh faktor passage, passanger, power dan penolong, faktor psikis juga sangat menentukan keberhasilan persalinan. Dimana kecemasan atau ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (intra psikis) dapat mengakibatkan persalinan menjadi lama/partus lama atau perpanjangan Kala II (Depkes RI Pusdiknakes).
Berdasarkan pre survey bulan Januari – Februari 2009 di BPS ............. terdapat 30 ibu hamil dalam trisemester III yang akan bersalin, 20 diantaranya ibu primigravida dan multigravida menyatakan cemas dalam menghadapi proses persalinan. Gangguan psikis dapat juga disebabkan oleh kurangnya pengetahun, terutama tentang proses mekanisme persalinan. Berdasarkan hal tersebut penulis ingin meneliti tentang “Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan”.

1.2. Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas data-data yang ada dilatarbelakangi masalah dapat diidentifikasikan masalah yang ada. Dari 30 orang Ibu yang akan melahirkan di BPS ............. terdapat 20 orang Ibu dalam menghadapi persalinannya terlihat cemas.

1.3. Rumusan Masalah
1.3.1. Masalah
Dari identifikasi masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah : Masih ditemukan kecemasan pada Ibu yang akan bersalin dan belum diketahuinya tentang tingkat kecemasan Ibu yang akan bersalin.
1.3.2. Permasalahan
Dari rumusan masalah di atas maka penulis mengemukakan permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimanakah tingkat kecemasan Ibu primigravida dalam menghadapi persalinan di BPS ..............
b. Bagaimanakah tingkat kecemasan Ibu multigravida dalam menghadapi persalinan di BPS ..............

1.4. Pertanyaan Penelitian
1.4.1. Bagaimanakah tingkat kecemasan Ibu primigravida dalam menghadapi persalinan.
1.4.2. Bagaimanakah tingkat kecemasan Ibu multigravida dalam menghadapi persalinan.

1.5. Tujuan Penelitian
1.5.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat kecemasan Ibu bersalin di BPS ..............
1.5.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan Ibu bersalin primigravida di BPS ..............
b. Untuk mengidentifikasikan tingkat kecemasan Ibu bersalin multigravida di BPS ..............
1.6. Manfaat

1.6.1. Bagi peneliti
Untuk mengetahui dengan jelas tingkat kecemasan Ibu dan suami dalam menghadapi persalinan sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ilmu kebidanan, serta sebagai penerapan ilmu yang telah di dapat selama studi.
1.6.2. Bagi pengembangan ilmu
Sebagai referensi, sumber bahan bacaan dan bahan pengajaran terutama yang berkaitan dengan kecemasan Ibu dalam menghadapi persalinan.
1.6.3. Sebagai masukan atau bahan bagi ibu-ibu di BPS ............. guna meningkatkan pengetahuan tentang persalinan.
1.6.4. Menjadi bahan atau dasar bagi peneliti lebih lanjut.

1.7. Ruang Lingkup
1.7.1. Jenis Penelitian : deskriptif
1.7.2. Subyek Penelitian
Ibu yang datang ke BPS ............. dengan umur kehamilan 8-9 bulan.
1.7.3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah tingkat kecemasan Ibu dalam menghadapi persalinan.
1.7.4. Tempat Penelitian : di BPS ............. Jl. Terusan Imam Bonjol Gedongtataan ............. Selatan.
1.7.5. Waktu Penelitian : Bulan Mei 2009


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU DALAM MENGHADAPI PERSALINAN, DI BPS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)

Baca Selengkapnya - Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan di BPS

Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu

iklan
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN RENDAHNYA CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan makmur maka pembangunan dilakukan disegala bidang. Pembangunan di bidang kesehatan yang merupakan bagian interaksi dari pembangunan nasional yang secara keseluruhanya perlu digalakkan pula. Hal ini telah digariskan dalam sistem kesehatan nasional antara lain disebutkan bahwa sebagai tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk atau individu agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan pembangunan nasional. Pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut erat kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan SDM sebagai modal dasar pembangunan nasional (Digitized by USU Digital Library, 2003).
Dalam beberapa tahu terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup menggembirakan meskipun tahun 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1971 Angka Kematian Bayi (AKB) diperkirakan sebesar 152 per 1000 kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 117 pada tahun 1980, dan turun lagi menjadi 44 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Berdasarkan Estimasi Susenas tahun 2002-2003 Angka Kematian Bayi (AKB) berturut-turut pada tahun 2001 sebesar 50 per 1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2002 sebesar 45 per 1000 kelahiran hidup (Indikator Kesejahteraan Anak 2000 (Estimasi SUPAS 1995) dan Estimasi Susenas 2002-2003).
Meskipun sudah banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa Indonesia yang antara lain ditandai dengan berhasil diturunkan Angka Kematian Ibu dari 334 per 100.000 kelahiran hidup (1997) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (2003), Angka Kematian Bayi dari 46 per 1000 kelahiran hidup (1997) menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup (2002). Dan Angka Kematian Balita dari 58 per 1000 kelahiran hidup menjadi 46 per 1000 kelahiran hidup (2003), namun pencapaiannya masih jauh dari yang diharapkan. Dibandingkan dengan negara tetangga ASEAN, kematian ibu melahirkan, bayi, dan balita di Indonesia adalah yang tertinggi. Depkes menargetkan pada tahun 2009 AKI menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 26 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2005).
Dalam upaya untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita, angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera, pelaksanaannya tidak saja melalui program-program kesehatan, melainkan berhubungan erat dengan program KB. Upaya menggerakkan masyarakat dalam keterpaduan ini digunakan pendekatan melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa, yang pelaksanaanya secara operasional dibentuklah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu ini merupakan wadah titik temu antara pelayanan professional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat terutama dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan angka kelahiran nasional (Digitized by USU Digital Library, 2003).
Data Kabupaten ................. pada tahun 2007 cakupan penimbangan balita yaitu yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) mencapai 81,99%, untuk cakupan balita yang mengalami kenaikan berat badan dibagi jumlah sasaran (N/D) yaitu pada balita mencapai 97,56%. Kabupaten ................. menargetkan cakupan penimbangan balita di posyandu mencapai 90% (Dinkes Kabupaten ................., 2007).
Data Puskesmas .............. Kecamatan .............. pada tahun 2007, cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) mencapai 76%. Untuk cakupan balita yang mengalami kenaikan berat badan dibagi jumlah sasaran (N/D) yaitu pada balita mencapai 86%. Puskesmas .............. Kecamatan .............. menargetkan penimbangan balita di posyandu mencapai 100% (Puskesmas .............. Kec. .............., 2007).
Di Kecamatan .............. Kabupaten ................. ada 6 desa yaitu desa Adirejo, Sidodadi, Gondangrejo, Siraman, .............., dan Tulus Rejo. Di desa Adirejo cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) mencapai 86% di desa Sidodadi mencapai 78%, di desa Gondangrejo mencapai 83%, di desa Siraman mencapai 40%, di desa mencapai 66% dan di desa Tulusrejo mencapai 79%. Dari keenam desa tersebut desa Siraman yang cakupan penimbangan balita di posyandu yang paling rendah. Desa Siraman Kecamatan .............. menargetkan penimbangan di Posyandu mencapai 70%.
Di desa Siraman terdapat empat posyandu yang tersebar di empat lingkungan yaitu Posyandu Nusa Indah, Ngudi Bahagia, ................., dan Eko Purnomo. Jumlah bidan ada 1 orang dan jumlah kader 22 orang, di setiap posyandu terdapat 5 kader. Berdasarkan survey di lokasi diperoleh data dari tiga tahun terakhir (2005-2007) yaitu pada tahun 2005: cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran D/S di Posyandu Nusa Indah mencapai 49%, Posyandu Ngudi Bahagia mencapai 57%, Posyandu ................. mencapai 29%, dan di Posyandu Eko Purnomo mencapai 44%, pada tahun 2006: cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran D/S di Posyandu Nusa Indah mencapai 50%, Posyandu Ngudi Bahagia mencapai 47%, Posyandu ................. mencapai 32%, dan di Posyandu Eko Purnomo mencapai 42%, dan pada tahun 2007: cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran D/S di Posyandu Nusa Indah mencapai 49%, Posyandu Ngudi Bahagia mencapai 51%, Posyandu ................. mencapai 30%, dan di Posyandu Eko Purnomo mencapai 39%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa dari keempat posyandu tersebut cakupan penimbangan balita yang paling rendah terdapat pada Posyandu ..................
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Posyandu ................................. Kecamatan .............. untuk mengetahui gambaran rendahnya cakupan penimbangan balita.

B. Rumusan Masalah
Dari data yang ada, maka masalah dalam penelitian ini adalah “Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu ................. di Desa Siraman Kec. ..............?”.

C. Ruang Lingkup
1. Sifat Penelitian : Deskriptif
2. Objek Penelitian : Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu ................................. Kecamatan ...............
3. Subjek Penelitian : Semua ibu yang mempunyai balita untuk ditimbang di wilayah kerja Posyandu ................................. Kecamatan .............. ..................
4. Lokasi Penelitian : Di Posyandu ................................. Kecamatan .............. Kabupaten ..................
5. Waktu Penelitian : Bulan Mei 2008.
6. Alasan Penelitian : Rendahnya cakupan penimbangan balita di Posyandu ................................. Kecamatan .............. Kabupaten ..................

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui gambaran rendahnya cakupan penimbangan balita di Posyandu ................................. Kecamatan .............. Kabupaten ..................
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran ibu yang tidak membawa balitanya untuk ditimbang di Posyandu berdasarkan karakteristik ibu (umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, dan ekonomi).
b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang tidak membawa balitanya untuk ditimbang di Posyandu.

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dalam penelitian serta sebagai bahan untuk penerapan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan.
2. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan tentang cakupan kunjungan posyandu balita, partisipasi masyarakat terhadap kunjungan ke posyandu dan sebagai masukan untuk perencanaan kegiatan dimasa mendatang.
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian di tempat lain.
4. Bagi Ibu yang Mempunyai Balita
Menambah pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu dan sebagai masukan dan evaluasi peran serta ibu dalam kegiatan pelayanan posyandu.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN RENDAHNYA CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Gambaran Rendahnya Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu

Gambaran Penyapihan Anak Kurang Dari 2 Tahun di Desa

iklan
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENYAPIHAN ANAK KURANG DARI 2 TAHUN DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Seperti kita ketahui bahwa alam telah menyediakan makanan yang paling sesuai untuk bayi, yaitu ASI. Bagi anak, menerima ASI merupakan sebuah kebutuhan yang tak boleh terputus. Sebagaimana tercantum dalam Konvensi Hak-hak Anak tahun 1990 antara lain menegaskan bahwa tumbuh kembang secara optimal merupakan salah satu hak anak. Yang berarti selain ASI merupakan kebutuhan, juga merupakan hak asasi bayi yang harus dipenuhi oleh orang tuanya (Sastroasmoro,. 2007).

Modal dasar pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sejak usia dini, terutama pemberian ASI eksklusif (Sofyan, 2005).

Asi ekslusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur 2 tahun (Purwanti, 2004).

Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 223 juga secara eksplisit dianjurkan agar para ibu memberi ASI sampai bayi berusia 2 tahun.Dan sudah sejak lama juga organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan pemberian ASI eksklusif, yakni ASI saja tanpa tambahan apapun, selama 6 bulan (Pujiarto, 2005).

Berbagai kepustakaan menginformasikan bahwa pada waktu dilahirkan, jumlah sel otak bayi telah mencapai 66% dan beratnya 25% dari ukuran otak orang dewasa, priode pertumbuhan otak yang paling kritis dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun, jadi apabila pada masa tersebut seorang anak menderita gizi dapat berpengaruh negatif terhadap jumlah dan ukuran sel otaknya, dalam hal ini pemberian ASI hingga 2 tahun sangat dianjurkan (Krisnatuti & Yenrina, 2000).

Analisis gizi telah memperlihatkan bahwa Asi mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya. Yaitu : kalori, protein, lemak, air, mineral, vitamin dan lain-lainnya terdapat dalam jumlah yang cukup dengan komposisi yang seimbang (Sastroasmoro, 2007).

Selain mengandung banyak gizi, ASI juga mudah dicerna bayi dan bersifat steril (tidak mengandung kuman). Pemberian ASI juga mempunyai efek emosional luar biasa yang mempengaruhi hubungan batin ibu dan anak serta perkembangan jiwa anak.

Bayi yang tidak mendapat ASI beresiko kekurangan gizi, lantaran selain tidak dilengkapi oleh zat kekebalan, susu formula dibuat dengan takaran yang belum tentu seluruhnya sesuai dengan kebutuhan bayi (Nadesul, 2007).

Keputusan berhenti menyusui adalah pilihan masing-masing ibu. Usia menyapih biasanya 2 tahun, namun ada juga yang sampai 4 tahun atau lebih. Menurut beberapa penelitian komposisi ASI terus berubah hingga anak usia 2 tahun dan masih tetap mengandung nutrisi penting yang berguna untuk membangun system kekebalan tubuh anak.

Gencaran promosi susu formula menjadi penyebab menurunnya jumlah bayi yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif.

Hasil penelitian yang dilakukan di Biro Konsultan Anak di Rumah Sakit UGM Yogyakarta tahun 1976 menunjukkan bahwa anak yang disusui sampai dengan satu tahun 50,6%. Sedangkan data dari Survey Demokrasi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1991 bahwa ibu, yang memberi ASI pada bayi 0-3 bulan yaitu 47% di perkotaan dan 55% di pedesaan (Depkes 1992) dari laporan SDKI tahun 1994 menunjukkan bahwa ibu-ibu yang memberikan ASI ekslusif kepada bayinya mencapai 47% sedangkan pada repelita VI ditargetkan 80% (Arifin Siregar, 2004).

Berdasarkan profil kesehatan di Puskesmas .............. tahun 2007 yang memberi ASI ekslusif sebesar 547 orang atau 38,6% dari 1468 ibu menyusui (Dinkes Kab. Lam-tim, 2007).

Desa Gondang Rejo merupakan bagian dari 6 kelurahan yang berada di kecamatan .............., Berdasarkan data presurvei di desa ...................... ditemukan jumlah ibu yang memiliki anak berusia <>
silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENYAPIHAN ANAK KURANG DARI 2 TAHUN DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Gambaran Penyapihan Anak Kurang Dari 2 Tahun di Desa

Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Kelas II Tentang Diet Seimbang di SMA Negeri

iklan
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS II
TENTANG DIET SEIMBANG DI SMA NEGERI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan seseorang mengalami masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, pada masa ini seseorang terus berkembang baik fisik, sosial dan psikologis (Khomsan, 2002). Selama pertumbuhan pesat masa remaja terjadi perubahan fisik penting diantaranya adalah perubahan ukuran tubuh baik tinggi maupun berat badan, perubahan proporsi tubuh ditandai dengan daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya kecil menjadi besar karena kematangan tercapai lebih cepat dari daerah-daerah tubuh yang lain, organ seks mencapai ukuran yang matang dan ciri-ciri seks sekunder berada pada tingkat perkembangan yang matang pada akhir masa remaja (Hurlock,1997).
Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial, untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru, yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, karena remaja lebih banyak berada diluar rumah maka dapat dimengerti bahwa pengaruh teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar dari pada pengaruh keluarga (Hurlock, 1997). Salah satu contoh keterpengaruhan ini adalah dalam hal pemilihan makanan. Kegemaran yang tidak lazim, seperti pilihan untuk menjadi vegetarian atau food fadism (Arisman, 2004).
Supaya Pertumbuhan dan perkembangan berjalan optimal tubuh memerlukan nutrisi yang memadai, kecukupan energi, protein, lemak dan suplai semua nutrien esensial yang menjadi basis pertumbuhan. Asupan energi mempengaruhi pertumbuhan tubuh dan bila asupan tidak adekuat, menyebabkan seluruh unit fungsional remaja ikut menderita, antara lain adalah derajat metabolisme, tingkat aktifitas, tampilan fisik dan maturasi seksual (Soetjiningsih, 2004).
Kecemasan akan bentuk tubuh yang tidak ideal membuat remaja sengaja tidak makan, kesibukan menyebabkan mereka memilih makan di luar, atau hanya menyantap kudapan. Kebiasaan ini di pengaruhi oleh teman, media terutama iklan di televisi, atau bahkan dari keluarga. Teman sebaya berpengaruh besar pada remaja, dalam hal memilih jenis makanan. Makanan siap saji (junk food) kini semakin di gemari oleh remaja, baik hanya sebagai kudapan maupun makanan besar. Makanan ini mudah di peroleh, di samping lebih dikenal karena terpengaruh iklan. Bahan makanan jenis ini sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali kandungan kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan C, sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol dan natrium tinggi. Mengkonsumsi makanan jenis ini secara berlebihan dapat berakibat kegemukan dan kekurangan zat gizi lain (Arisman,2004).
Kebiasaan makan yang di peroleh semasa remaja akan berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya, setelah dewasa dan berusia lanjut. Kekurangan zat besi misalnya, dapat menimbulkan anemia dan keletihan, terutama remaja wanita yang membutuhkan zat besi lebih tinggi untuk mengganti besi yang hilang bersama darah haid. Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas yang muncul pada usia remaja cenderung berlanjut hingga kedewasa dan lansia. Sementara obesitas itu sendiri merupakan salah satu faktor resiko penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler, diabetes melitus, artritis, penyakit kantung empedu, beberapa jenis kanker, gangguan fungsi pernafasan, dan berbagai gangguan kulit (Arisman, 2004).
Berdasarkan data berat badan dan tinggi badan sebagai hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 28 April 2009, diperoleh hasil penghitungan sebagai berikut : dari seluruh remaja wanita kelas II ............... yang berjumlah 193 orang ,30 orang diantaranya (15,54%) memiliki berat badan ideal,137 orang (70,98%) memiliki berat badan kurang dari berat badan ideal dan 26 orang (13,47%) memiliki berat badan lebih dari berat badan ideal, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di ................

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka penulis membuat rumusan masalah dalam penelitian yaitu “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di ...............?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di ................
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk :
a. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang pengertian diet seimbang di ................
b. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang konsumsi makanan sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang (PUGS) di ................
c. Mengetahui gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang pengaruh gizi pada proses tubuh di ................

D. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi ruang lingkup dari penelitian mengenai gambaran pengetahuan remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di ............... adalah :
1. Sifat Penelitian : Deskriptif
2. Subyek Penelitian : Remaja Wanita Kelas II ...............
3. Objek penelitian : Pengetahuan remaja wanita kelas II tentang diet seimbang di ................
4. Lokasi penelitian : Sesuai dengan latar belakang penelitian ini maka penulis menetapkan lokasi untuk melakukan penelitian di Madrasah Aliyah Negeri 2 ................
5. Waktu Penelitian : April – Mei 2009

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Remaja Wanita
Sebagai informasi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan remaja wanita tentang diet seimbang
2. Bagi Insitusi yang diteliti
Sebagai sumber informasi yang dapat digunakan untuk menambah pengetahuan seluruh siswa tentang diet seimbang
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai referensi atau bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan diet seimbang

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS
II TENTANG DIET SEIMBANG DI SMA NEGERI

(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Kelas II Tentang Diet Seimbang di SMA Negeri