Jaga Masa Emas Saat Serangan Jantung  

iklan
Tempointeraktif.com - Gaya Hidup
Tempointeraktif.com - Gaya Hidup
Jaga Masa Emas Saat Serangan Jantung  
Sep 14th 2011, 00:28

TEMPO Interaktif, Jakarta -Menteri Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar, 61, tahun, mengeluh sakit perut setelah menikmati makan sahur di rumah dinas di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, pertengahan Agustus lalu. Ternyata, sang menteri kelahiran Pidie Aceh itu kena serangan penyakit jantung. Memang penyakit jantung sering disalahartikan sebagai nyeri karena maag. Nyeri karena serangan jantung, yang disebut angina pectoris, biasanya berlangsung lebih dari 20 menit, berlokasi di dada, lalu menjalar ke rahang, punggung, atau lengan kiri. Pasien sering merasa seperti tertekan benda berat, sesak napas, seperti diremas-remas atau ditusuk-tusuk, serta biasanya disertai keringat dingin, mual, dan muntah. Kadangkala rasa nyeri ini dirasakan di daerah ulu hati.

Keluarga Mustafa langsung membawanya ke rumah sakit terdekat, yakni Rumah Sakit Metropolitan Medical Centre (MMC), Kuningan, Jakarta. Tapi apa lacur, tak ditangani dengan baik, dokternya malah datang terlambat. Pukul 10.00 dipindah ke rumah sakit lain. Nah, saat pindah itulah penyakitnya bertambah parah.

Serangan jantung memang membutuhkan penanganan sedini mungkin. Kecepatan penanganan merupakan kunci utama bagi kesembuhan pasien sehingga dikenal istilah "golden period", yaitu waktu yang sangat berharga untuk penanganan secara dini, yang berkisar selama 6-12 jam setelah serangan jantung. Sebab, otot jantung yang tidak mendapat aliran darah selama 6-12 jam akan rusak secara permanen, sehingga fungsi jantung akan menurun.

Tindakan yang harus dilakukan jika mendapat serangan jantung adalah segera mencari pertolongan medis, telepon ambulans, atau meminta tolong kepada orang lain untuk mengantar ke rumah sakit terdekat dan jangan mengendarai kendaraan sendiri. Semakin cepat penanganan serangan jantung, semakin kecil risiko penurunan fungsi jantung, yang berarti semakin memperkecil pula risiko kematian. Karena itu, penderita serangan jantung sama seperti stroke, seberapa kaya dan berkuasanya seseorang, tak boleh segera dibawa terbang ke tempat jauh sebelum ditangani dengan baik.

Penyakit jantung saat ini menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di Indonesia dan dunia. Risiko mendapat serangan jantung semakin meningkat dengan adanya penyakit diabetes, hipertensi, kolesterol yang tidak terkontrol, gemar merokok, serta pola hidup yang tidak sehat. Secara anatomis, jantung "dihidupkan" oleh tiga pembuluh darah koroner yang berfungsi memberi pasokan nutrisi dan oksigen pada otot jantung. Serangan jantung terjadi biasanya akibat adanya sumbatan total atau hampir total pada arteri koroner tersebut. Sumbatan ini sebagian besar disebabkan oleh sobeknya (ruptur) plak atherosclerosis yang sebelumnya sudah ada pada arteri koroner yang kemudian diikuti pembentukan bekuan darah (thrombus) di dalam arteri koroner (intralumen) sehingga aliran darah yang memasok nutrisi dan oksigen pada otot jantung berkurang, itulah yang dirasakan oleh pasien sebagai nyeri.

Beruntung Menteri Mustafa bisa melewati masa emas serangan jantung dan bisa lepas dari kematian mendadak. "Banyak penderita serangan jantung yang sebenarnya bisa tertolong, tetapi meninggal karena tidak tahu atau terlambat datang ke rumah sakit," ujar dokter spesialis jantung yang juga bekas Menteri Kesehatan, Fadilah Supari.

Menurut Fadilah, yang harus diwaspadai terutama laki-laki berusia di atas 40 tahun dan perokok. "Apalagi jika orang tersebut kegemukan, mempunyai tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, atau menderita diabetes. Hal-hal itu merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner," ucapnya. Pada perempuan, harus diwaspadai pada usia di atas 50 tahun atau pascamenopause.

Pada 30 Agustus, Menteri Mustafa Abubakar diterbangkan ke National University Hospital, Singapura. Menurut Sekretaris Pribadi Menteri BUMN, Faisal Halimi, Mustafa dibawa ke Negeri Singa Merlion agar mendapatkan perawatan lebih intensif. "Tentu setelah mendapat persetujuan dokter yang menanganinya di Jakarta," katanya pada Alwan Ridha Ramdani dari Tempo.

Bekas Kepala Bulog ini mendapatkan tindakan pemasangan kateter oleh tim dokter Medistra, yang dikepalai Prof Santoso. Menurut Faisal, sejak dirawat di Singapura, kondisi kesehatan Menteri secara keseluruhan semakin membaik. "Hasilnya positif karena di sini Bapak bisa benar-benar istirahat. Beda dengan di Indonesia. Walaupun pasien dirawat di ruang ICCU, masih saja sulit menolak kedatangan para tamu," ujarnya.

AHMAD TAUFIK | UTAMI WIDOWATI

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

0 comments:

Post a Comment