Miss Universe 2011, Sebuah Kontes Usung Rasis Semata?

iklan
Sindikasi lifestyle.okezone.com
KapanLagi.com: Woman
Miss Universe 2011, Sebuah Kontes Usung Rasis Semata?
Sep 13th 2011, 13:32

Lifestyle » Trend and Fashion » Miss Universe 2011, Sebuah Kontes Usung Rasis Semata?
Selasa, 13 September 2011 - 20:32 wib

Dwi Indah Nurcahyani - Okezone

Leila Lopes (Foto: dailymail)
Leila Lopes (Foto: dailymail)

SELAIN menguji kecerdasan intelektual, tak ditampik kontes Miss Universe mengandalkan fisik sebagai elemen utama penilaian. Tak heran, kontes ini menjadi impian banyak wanita dengan segala cara.

Kontes puteri sejagad besutan Donald Trump itu akhirnya menemukan sosok baru sebagai pemenangnya. Dialah Leila Lopes, kontestan asal Angola yang menggantikan Ximena Navarrete, Miss Universe 2010 asal Meksiko.

Membicarakan tentang pemenang kontes Miss Universe, tentu kita tak akan bisa mengelak persepsi yang berkembang bahwa pemenang Miss Universe memang banyak didominasi negara Latin. Namun, kemenangan Lopes sepertinya sedikit mengubah persepsi tersebut.

Pertama, selain negara asalnya yang bukan Latin, kemenangan Miss Angola 2011 pun membuktikan bahwa ada keberagaman dalam gelar Miss Universe. Bahwa ternyata tak hanya mereka yang berwajah Latin berhak menyandang gelar wanita tercantik sejagad, juga mereka yang berkulit hitam.

Kontes kecantikan memang tak dipungkiri menjadikan fisik sebagai penilaian utama. Meski tak mendominasi, setidaknya persepsi cantik yang tertanam di benak masyarakat, adalah cantik memiliki kulit putih dan mulus. Tak heran, ajang yang seharusnya bisa menunjukkan keberagaman justru terkesan seragam.

Buktinya, tidak semua wakil merupakan representasi wanita dari negara yang diwakilinya. Kontestan dari negara Asia, misalnya, justru banyak yang menonjolkan 'Western look' atau tampilan bergaya garat. Hal yang menyedihkan lagi, meski USA menjadi negara yang mengusung keberagaman budaya, hampir setiap wakilnya di Miss Universe adalah wanita lulusan atau masih kuliah di University of Texas. Demikian seperti dirilis IBTimes, Selasa (13/9/2011).

Bukti nyata terlihat pula pada wakil Malaysia, Deborah Priya Henry, yang memiliki keturunan Irlandia. Secara fisik, sosoknya memang cantik, tapi bukanlah tipikal wanita Melayu kebanyakan. Tren yang berkembang di Asia pun berubah di mana wanita semakin ingin menjadikan kulitnya terlihat lebih putih yang tentu bersebrangan dengan kekhasan wanita Asia dengan kulit cokelat ataupun mata kecil.

Pada akhirnya, kontes kecantikan seperti Miss Universe menjadi ajang bagi para kontestan untuk berlomba-lomba menampilkan 'cita rasa' kebarat-baratan untuk meraih tiket kemenangan. Di Korea Selatan, misalnya, hampir 15-30 persen wanita melakukan operasi plastik kelopak mata untuk mengurangi kesan Asia dengan mata sipit lalu menampilkan fitur ala Barat.

Padahal, bukankah ajang Miss Universe seharusnya menjadi sebuah perayaan keberagaman? Pasalnya, kontes ini memiliki kesempatan besar untuk menampilkan persepsi pada wanita, terutama usia muda, bahwa keindahan yang hadir bukan hanya dalam bentuk warna kulit dan fisik.

Miss Universe seharusnya bisa lebih dari sekedar ajang umbar sensasi fisik yang terkesan menjual mimpi. Seharusnya, para wanita dinilai berdasarkan kualitas yang lain, seperti kecerdasan, keanggunan, dan etika yang semuanya menjadi akumulasi penilaian.

Dan, dengan kemenangan Leila Lopes seharusnya persepsi tersebut mampu terhapus dan melahirkan persepsi baru bahwa Miss Universe merupakan keragaman dan tidak menonjolkan rasis semata.

(ftr)
mobile Nikmati berita terikini lewat ponsel Anda di m.okezone.com & bb.okezone.com untuk BlackBerry

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

0 comments:

Post a Comment