Lifestyle » Fit and Beauty » Saat Ibu Hamil Menderita Hepatitis
Minggu, 30 Oktober 2011 - 10:26 wib
Saat sakit (Foto: Google)
SEORANG wanita menderita hepatitis dan saat ini sedang mengandung anak pertama dengan usia kehamilan 7 bulan. Dia khawatir anaknya nanti akan tertular. Bagaimana caranya agar itu tidak terjadi? Dan sebaiknya dia melahirkan dengan cara normal atau caesar?
Menurut dr Riyana Kadarsari SpOG dari RSB Permata Sarana Husada, Pamulang, Tangerang Selatan, bahwa prinsipnya bayi yang dilahirkan dari ibu penderita hepatitis akan tertular virus yang sama, bergantung jenis hepatitis yang diderita sang ibu.
Macam dan Cara Penularan Hepatitis A dan E, termasuk kelompok virus hepatitis akut. Umumnya ditularkan melalui transmisi
fecal-oral (kotoran dan makanan yang terkontaminasi), pada sanitasi dan
higiene yang buruk. Gejalanya demam dan diikuti gejala kuning pada mata dan kulit. Biasanya dapat sembuh dengan sendirinya, namun pada kondisi berat dapat menyebabkan gagal hati yang berakibat kematian.
Penularan pada janin hampir tidak ada, karena terdapat antibodi yang masuk ke plasenta untuk melindungi janin dari infeksi tersebut. Jadi, tidak ada terapi khusus saat penderita hamil. Namun jika bumil terinfeksi pada trimester tiga dapat mengakibatkan komplikasi seperti persalinan prematur, infeksi berat pada janin yang dapat berakibat kematian. Untuk itu, sebaiknya bumil menghindari infeksi dengan cara menjaga
higiene dan sanitasi yang bersih, hindari bepergian ke daerah endemis. Beberapa ahli merekomendasikan untuk melakukan imunisasi hepatitis A atau pemberian imunoglobulin pada ibu yang terkena infeksi dan janin dalam waktu 48 jam.
Hepatitis virus B, C dan G adalah kelompok virus hepatitis kronik. Diantara kelompok ini yang paling banyak adalah hepatitis B. Penularannya melalui sekret (cairan) tubuh, darah, kontak seksual. Sementara pada BuMil yang terinfeksi dapat menulari janinnya melalui proses persalinan atau pada prosedur amniosentesis. Dan jika janin yang terinfeksi hepatitis B dan tidak mendapat profilaksis (pencegahan) imunoglobulin, 90 persen akan menjadi penderita hepatitis B kronik dengan risiko komplikasi jangka panjang kematian akibat sirosis hepatis, kanker hepatoseluler sebesar 15-25 persen.
Pada bumil yang pemeriksaan laboratoriumnya menunjukan hasil seropositif HbsAg jika tidak diberikan pencegahan, sebesar 10-20 persen akan menularkan infeksi pada janinnya. Sementara pada ibu yang pemeriksaan laboratoriumnya menunjukan seropositif HbsAg dan HbeAg, 90 persen akan menularkan infeksi pada janinnya. Penularan pada trimester pertama sebesar 10 persen dan 80-90 persen terjadi pada trimester ketiga.
Sementara pada penderita hepatitis C infeksi berkaitan dengan jumlah virus (viral load >100.000 copy) dan apakah ibu menderita HIV atau tidak. Angka penularan berkisar 4-7 persen dari ibu ke janin jika terjadi viremia (virus dalam darah). Hepatitis D sering berkaitan dengan terjadinya hepatitis B, seseorang akan terinfeksi hepatitis D jika ia terinfeksi hepatitis B, sedangkan hepatitis G sering ditemukan pada penderita hepatitis C.
Normal atau Caesar? Menurut ACOG (American College Obstetry and Gynecology) dan CDC (Centre for Disease Control and prevention), persalinan secara cesar akan mengurangi perpindahan virus dari ibu ke janin. Namun hal ini masih diperdebatkan. Untuk menurunkan angka infeksi dari ibu ke janin sebaiknya diberikan profilaksis imunoglobulin.
Upaya Pencegahan Sebaiknya bumil penderita hepatitis B, selama kehamilan mendapatkan vaksinasi, stop minum alkohol dan obat-obatan yang dapat merusak fungsi liver, tidak melakukan donor, tidak berbagi barang pribadi yang dapat menularkan seperti sikat gigi, alat cukur, menginformasikan kepada tenaga kesehatan, dokter anak, dokter kandungan bahwa dia adalah pembawa virus hepatitis B, pastikan bayinya menerima vaksinasi hepatitis B pada saat lahir, usia satu bulan dan usia enam bulan dan pemberian imunoglobulin hepatitis B (HB-IG) pada saat lahir tidak boleh lebih dari 12 jam. Melakukan pemeriksaan secara berkala fungsi liver dan diskusikan tentang risiko penularan pada pasangan dan keluarga lainnya. Dan bila bayi telah menerima imunoglobulin boleh diberikan ASI. (Sumber: Mom & Kiddie)
(//tty)
0 comments:
Post a Comment