KOMPAS.com - Anda tentu ingin membesarkan anak-anak yang bahagia, tetapi juga ingin memiliki anak yang pandai, jujur, dan murah hati. Idealnya, sebagai orangtua kita akan mengajarkan semua hal itu pada anak. Namun, melakukan hal tersebut terbilang cukup sulit. Anak-anak memiliki pemikiran-pemikiran sendiri, dan mereka ingin melihat dan mencoba berbagai hal baru. Ketika mencoba berbagai hal baru, seringkali mereka melanggar aturan-aturan yang kita ciptakan. Sebagai orangtua, kita dituntut untuk mampu menjaga keseimbangan antara merawat dan mencintai anak, dan memberikan hukuman ketika mereka berbuat salah.
Sampai sekarang, masih banyak orangtua yang masih belum mampu menyeimbangkan kedua hal tersebut. Mereka lebih banyak memberikan hukuman pada anak-anak, baik secara fisik maupun verbal. Menurut beberapa penelitian yang pernah dilakukan, ketika anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan hukuman fisik dan verbal, mereka akan memiliki masalah perilaku ketika dewasa.
Sebuah studi berjudul Issue of Child Development yang dilakukan oleh Victoria Talwar dan Kang Lee pada bulan November 2011 lalu menjelaskan bahwa anak-anak usia 3-4 tahun yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan hukuman akan membuat mereka lebih sering berbohong. Studi disusun berdasarkan penelitian yang melibatkan murid sekolah di Afrika Barat, negara yang memiliki sejarah dimana para murid mengalami kekerasan dan hukuman fisik. Penelitian ini memilih sampel dari sekolah swasta yang masih menerapkan hukuman fisik, dan sekolah swasta lain yang tidak menggunakan hukuman fisik.
Untuk mengetahui teori kebohongan tersebut, anak-anak diberitahu mengenai mainan yang disembunyikan di sebuah ruangan. Mereka tidak boleh masuk ataupun mengintip ke ruangan tersebut. Situasi ini cukup menggoda, dan membuat kebanyakan anak-anak akhirnya berbalik masuk dan mengintip mainan tersebut. Hasilnya, di sekolah swasta yang menerapkan sistem hukuman fisik, sekitar 90 persen anak berbohong dan mengatakan bahwa mereka tidak melihat mainan tersebut. Sedangkan di sekolah yang tidak menggunakan hukuman fisik ini, hanya setengah dari mereka yang berbohong.
Pada penelitian ini, anak-anak juga diminta untuk menebak jenis mainan tersebut. Anak-anak yang tidak terbiasa berbohong akan menjelaskan ciri mainan tersebut, sedangkan anak-anak yang biasa berbohong karena takut dihukum tidak menjelaskan tipe dan ciri mainan tersebut. Dalam studi ini, 70 persen anak dari sekolah yang tidak menggunakan hukuman berat menjelaskan dengan tepat mainan yang lihat, dan hanya sekitar 30 persen dari siswa sekolah yang memberi hukuman yang menjelaskan ciri mainan dengan tepat.
Melalui penelitian ini terlihat bahwa anak-anak yang mendapatkan hukuman keras lebih cenderung untuk berbohong dibandingkan yang jarang mendapatkan hukuman keras. Hukuman yang sering diterima anak pada akhirnya akan membuat anak-anak belajar keterampilan untuk bertahan hidup. Dalam situasi di mana mereka sering dihukum berat, anak-anak belajar untuk menghindari hukuman tersebut. Mereka belajar bagaimana untuk berbohong dan bagaimana melakukannya dengan efektif.
Penelitian ini memberikan gagasan, sebaiknya seimbangkan antara hukuman dengan kasih sayang terhadap anak. Meskipun pada dasarnya hukuman diberikan dengan tujuan untuk mendidik anak, namun sebaiknya beri peringatan secara halus pada anak, dan bukannya hukuman fisik atau hukuman verbal berupa kata-kata kasar atau bentakan.
Sumber: Daily Mail
0 comments:
Post a Comment