KOMPAS.com - Berapa kali dalam sepekan, Anda mengunjungi kedai kopi di mal ternama Jakarta? Menikmati secangkir kopi sambil kumpul bareng teman atau bertemu relasi mungkin saja sudah menjadi gaya hidup masyarakat urban. Termasuk saat Anda memilih mendatangi jaringan kedai kopi dari Amerika yang memiliki gerai di sejumlah mal ternama di Jakarta.
Saat mengunjungi kedai kopi bernuansa hijau ini, perhatikan sekeliling Anda. Jika Anda singgah di salah satu mal premium di selatan Jakarta, kedai ini menyediakan ruang untuk menyimpan kotak kardus besar yang siap menampung buku bacaan. Tak ada salahnya menengok sejenak, membaca poster atau brosur yang diletakkan di dekatnya, sekadar menunjukkan bahwa Anda peduli.
Kemudian, jika esok hari Anda kembali memenuhi kebutuhan minum kopi di kedai yang sama, Anda bisa ambil bagian dengan membawa satu atau lebih buku bacaan dari rumah, untuk dimasukkan ke dalam kardus buku tadi. Melalui gerakan sederhana ini, Anda telah menjadi sukarelawan. Kepedulian dan keputusan Anda untuk berkontribusi membawa dampak besar bagi anak-anak daerah, mereka yang tinggal jauh dari hiruk pikuk ibukota.
Mengusik rasa peduli masyarakat perkotaan, dengan berbagi buku bekas untuk dijual kembali, merupakan bagian dari gerakan sosial Drive Books, Not Cars. Misi utamanya adalah mendukung komunitas anak di Jakarta dan Flores, melalui donasi buku dan dana untuk pengembangan program sosial mereka. Menggalang dana Untuk kali kedua di 2011 gerakan Drive Books, Not Cars dilaksanakan. Gerakan sosial ini mengumpulkan buku layak baca, dalam jangka waktu tertentu, untuk dijual kembali di sela kegiatan car free day di pusat kota Jakarta.
Gerakan ini untuk kali pertama dimulai pada bulan Ramadhan. Lebih dari 40 kardus buku disebar di sekitar Jakarta pada 26 Juli-1 September 2011 lalu. Momen Ramadhan sengaja dipilih untuk mengenalkan gerakan kepedulian ini kepada warga Jakarta. Alhasil, lebih dari 5.000 buku terkumpul.
"Dari gerakan awal lalu, kami berhasil mengumpulkan 2.500 buku novel berbahasa Inggris, lalu menjualnya kembali di sela car free day, dan berhasil menggalang dana darinya senilai total Rp 31 juta. Sementara, sekitar 2.600 buku berbahasa Indonesia langsung kami distribusikan kepada komunitas anak di Flores," kata Zack Petersen, salah satu penggagas Drive Books, Not Cars, kepada Kompas Female melalui surat elektronik.
Petersen mengatakan, penggalangan dana dari gerakan ini menyasar pada dua komunitas anak-anak, yakni Sahabat Anak di Jakarta and Taman Bacaan Pelangi di Flores. Buku melimpah dari Senayan dan Kemang Dari gerakan perdana lalu, Drive Books, Not Cars rata-rata menerima 10-300 buku di setiap drop box. Buku yang terkumpul dari drop box di Senayan City melimpah, kata Petersen. Sementara pengumpulan buku di Kemang, tiga kali lebih banyak jumlahnya.
"Menakjubkan melihat begitu banyak orang yang menyumbangkan bukunya, meski mereka tak mengenal dekat siapa Sahabat Anak dan Taman Bacaan Pelangi, namun mereka mau berbagi," ungkapnya.
Khusus untuk gerakan kedua ini, Drive Books, Not Cars berencana menjual buku bekas layak baca tersebut di area terbuka di depan eX Plaza Indonesia pada 29 Januari 2012, pukul 08:00 - 17:00. Pengumpulan buku tahap kedua ini berakhir pada 27 Januari 2012.
"Kami berharap semakin banyak orang yang berpartisipasi di gerakan ini. Baik mendonasikan buku melalui Starbucks atau datang dan membeli buku-buku yang kami jual pada 29 Januari nanti. Kalau ada yang berminat menjadi sukarelawan di Sahabat Anak atau Taman Bacaan Pelangi, itu lebih baik lagi. Kami ingin mengajak orang lain untuk menjadi sukarelawan dan melakukan sesuatu untuk membuat perubahan bagi kehidupan anak-anak," jelas Petersen yang aktif menjadi sukarelawan di Sahabat Anak sejak dua tahun terakhir.
Untuk menjadi sukarelawan, Anda bisa mengajar apa pun mesti tak berprofesi sebagai guru. Mengajar anak-anak dengan apa pun keahlian yang Anda miliki, merupakan bentuk kerelawanan yang dibutuhkan.
Dukungan Gerakan sosial yang berawal pada kepedulian atas masa depan anak-anak ini nyatanya mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk media sosial. Kardus buku tersebar di Jakarta seperti di Starbucks, Blitzmegaplex, kantor redaksi Jakarta Globe, dan kedutaan Australia, sebut Petersen.
"Starbucks punya peran besar dengan memberikan kami tempat untuk meletakkan drop box," ungkapnya.
Ia menambahkan, ide awal gerakan Drive Books, Not Cars ini lahir dari pemikiran Scott Hanna, Ketua Young Professionals Commitee dari American Chamber of Commerce. Menciptakan perpustakaan lebih besar dan memberikan beasiswa lebih banyak untuk anak-anak di Sahabat Anak menjadi tujuan awalnya.
Saat ini ada sekitar 100 anak penerima beasiswa di Sahabat Anak. Dana beasiswa tak hanya berasal dari Drive Books, Not Cars. Gerakan ini hanya salah satu caranya untuk memenuhi kebutuhan beasiswa tersebut, jelas Petersen. "Kami tidak mencari uang melalui kegiatan ini, tetapi murni untuk meningkatkan kepedulian terhadap anak-anak. Kami membutuhkan buku bekas dari Anda. Kami juga ingin Anda bergabung pada 29 Januari nanti, dan membeli buku-buku sumbangan. Kami juga berharap Anda mau menjadi sukarelawan. Itulah harapan sekaligus hal yang paling membahagiakan bagi kami," tandasnya.
Anda tergerak ambil bagian di gerakan sosial untuk anak Indonesia ini? Mudah saja caranya. Jika berencana ke kedai kopi esok hari, jangan lupa bawa buku bekas Anda, masukkan sebanyak-banyaknya ke dalam drop box. Jika masih belum puas berbagi, kunjungi Drive Books, Not Cars di area car free day 29 Januari, untuk membeli buku yang dibanderol Rp 35.000-50.000. Satu lagi cara sederhana untuk berbagi, dan rasanya bisa dilakukan siapa saja, termasuk Anda.
0 comments:
Post a Comment