I Hate My Best Friend II

iklan
KapanLagi.com: Woman
KapanLagi.com: Woman
I Hate My Best Friend II
Dec 21st 2011, 00:05

KapanLagi.com - Artikel sebelumnya: I Hate My Best Friend

GUNCANGAN 2: "Semuanya Dia, Dia dan Dia...SELALU!"

Pundak sahabat selalu menjadi tempat tangis-tangisan Anda 'aman' bersarang. Tapi simak cerita Tasya, 26 tahun: "Setiap telepon, SMS dan BBM yang saya dapat dari sahabat hampir semuanya berisi tentang keluhan soal kerjaan barunya, soal kekasihnya yang posesif berlebihan. Okay, mendengar suaranya yang bergetar, deraian emoticon tangisan di setiap akhir BBM untuk keenam kalinya setiap hari, mengharuskan saya bertindak sebagai life coach-nya. Tapi keterlaluan deh. Semua saran yang saya kasih, tak pernah ia pedulikan. Saya juga punya cerita, tapi kapan giliran saya cerita soal kehidupan saya dong?"

Perasaan Anda: Masalahnya, Anda sudah berada di tahap 'terlalu baik', yang berarti telinga Anda sudah exhausted mendengar cerita yang sama berulang-ulang. Anda mulai berpikir kalau ia sahabat yang baik, seharusnya ia memperlakukan Anda sama baiknya, sama available-nya.

Friendship Saver: Artikel ini tidak akan menuntun Anda pada solusi: "Bye, bye friendship". Tanyakan ini pada diri sendiri, apakah dengan mengakhiri persahabatan bisa mendatangkan perasaan lega? Tidak, kan? Anda diberi dua pilihan. Pertama, persahabatan ini tetap berlangsung normal, tapi Anda memegang 'hak istimewa' untuk mengurangi intensitas komunikasi dengannya. Atau kedua, katakan padanya kalau Anda tidak merasa nyaman karena Anda punya kadar mendengar yang jauh lebih besar daripada didengarkan. Awalnya mungkin ia akan mengambil sikap defensive, tapi begitu ia berhadapan pada risiko akan kehilangan seorang sahabat terbaiknya, pasti ia akan mengambil sikap untuk BERUBAH.

GUNCANGAN 3: Saat Ia Mulai Annoying

Anda menyebut nama sahabat, tepat bersebelahan dengan kekasih, ketika menjawab pertanyaan the-most-important-person-in-the-world. Tapi namanya pun Anda sebut ketika diminta menyebutkan the-person-you-hated-in-the-world. Memang ada saat-saat Anda ingin sekali teriak kencang-kencang ketika melihat kelakuannya yang bikin pusing kepala. Yang benar saja, Anda telat satu jam ke bachelorette party teman baik hanya karena harus ikut-ikutan menguras otak memilihkan tatanan rambut paling gaya untuk sahabat. Duh!

Perasaan Anda: "It's okay, selama hal ini tidak selalu terjadi setiap waktu, atau (mungkin) Anda pernah melakukan hal serupa," Collins menuturkan. Tapi jika kelakuannya mulai semena-mena–membuat Anda menunggu berjam-jam di coffee shop, merebut pria yang dari tadi Anda incar saat berada di klub–wajar jika Anda disengat rasa benci.

Friendship Saver: Memutuskan untuk melempar kata-kata makian untuknya, sama saja dengan membuka pintu lebar-lebar untuk kehilangannya. Siapkah Anda kalau suatu hari tidak ada sahabat di samping Anda? Tak akan ada lagi orang yang siap memberi Anda dukungan moral (meski tahu sebenarnya Andalah yang salah)? Jika kata hati sebenarnya lantang berkata 'tidak siap', you have to live with it, seberapa menjengkelkannya itu. (Cosmo/wsw)

Artikel lanjutan: I Hate My Best Friend III

Source: Cosmopolitan Edisi November 2011, Halaman 210

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

0 comments:

Post a Comment