Rabu, 21 Desember 2011 | 16:26 WIB
TEMPO.CO, New York - Anda menerima undangan untuk menghadiri pesta, jamuan makan makan malam, atau mengikuti acara misa Natal. Ketika membaca undangan tersebut tertulis kode berbusananya adalah harus berpakaian seksi.
Menurut penyanyi kondang Mariah Carey, bukan sebuah keharusan merayakan Natal dengan busana seksi yang sepertinya akan mengundang decak kagum dan pujian di sana-sini. Mariah dengan jenaka namun lugas menyerukan berbusana untuk Natal tidak boleh dipaksakan pada satu kode tertentu saja.
"Saya selalu serukan Natal adalah keceriaan, perasaan penuh kegembiraan tanpa harus memaksakan diri pada satu hal saja. Tidak ada yang salah atau konyol ketika mengenakan busana Santa Claus, bertopi Sinter Class, misalnya. Silakan saja," kata pelantun lagu Hero, Vision of Love, Someday dan I Dont Wanna Cry ini.
Ucapan Mariah langsung diamini Charlotte, seorang pelajar di New York yang giat mengingatkan teman-teman sekolahnya untuk datang ke acara pesta Natal sekolah dengan berbusana kasual dilengkapi topi Sinterklas. "Semangat Natalnya tetap ada, tidak harus jaim dalam balutan busana seksi," kata Charlotte.
Bahkan dalam edisi barunya, beberapa majalah remaja dan gaya hidup di New York memerinci dan menuliskan alasan untuk tidak berbusana seksi merayakan Natal. Menurut salah satu majalah di sana, New York ingin memberlakukan asas be your self atau menjadi diri sendiri, to be honest atau jujur dalam berpenampilan tidak harus glamor atau bahkan mengundang perhatian dan pertanyaan sinis banyak orang.
Menurut psikolog Judi James, ada pergeseran penampilan di mana orang tidak lagi menampilkan diri pada saat Natal dengan busana seksi atau terkesan glamor. Memang diakui James di beberapa kalangan tertentu gaya ekslusif begini masih dilakukan, tapi secara umum kini masyarakat mulai menrayakan keriaan dan kegembiraan Natal dalam nuansa yang sederhana dan simpel.
"Di beberapa sekolah ada yang membuat kriteria atau kategori berbusana lucu, bukan esensi seksi atau glamor. Tapi busana keseharian. Yang paling penting adalah semangat berbagi dan perdamaiaan Natal sebagai esensinya, bukan glamoritas atau bungkus luar," James mengungkapkan.
Tak hanya di New York, London, dan beberapa negara di Eropa justru acara Natal sebagai puncak peringatannya sering berisikan acara sosial bukan dalam hingar-bingar pesta yang memaksakan atau menjebak seseorang harus tampil wah, seksi, dan luar biasa. "Seiring dengan kondisi krisis global mungkin ada semangat untuk orang lebih memaknai Natal secarai esensi bukan pada sikap jor-joran atau berlebihan dalam situasi seperti sekarang," pungkas James.
HADRIANI P/ PEOPLE/GUARDIAN
0 comments:
Post a Comment