Selasa, 25 Oktober 2011, 13:41 WIB
Pipiet Tri Noorastuti, Lutfi Dwi Puji Astuti
Ilustrasi pria selingkuh (inmagine)
Tanya:
Sudah hampir empat tahun ini saya menjalani hubungan dengan seorang pria yang sudah berkeluarga dan memiiki anak. Saya sadar hubungan kami sangat terlarang. Hubungan kami sudah sangat jauh melibatkan fisik. Saya rela melakukan itu karena dia menjanjikan akan menikahi saya sebagai istri kedua dengan status nikah siri. Terlepas faktor salah, saya sangat mencintainya.
Hubungan bermula dari sekadar chatting di internet. Kemudian, berlanjut dengan pertemuan yang bergerak intens. Kami semakin dekat, terbuka, dan jujur. Hubungan berjalan harmonis hingga sampai pada suatu waktu secara tidak sengaja saya membaca emailnya yang berisi file dari seorang wanita. Saat saya meminta penjelasan, dia marah dan membentak dengan kata-kata kasar.
Sejak pertengkaran itu, komunikasi kami terputus. Saya merasa pengorbanan fisik dan harta sia-sia. Selama tiga bulan kami tak berkomunikasi, dia ternyata menjalin hubungan baru dengan wanita yang ada di email tadi.
Mulanya, dia mengelak dan menegaskan bahwa wanita itu hanya teman. Namun, setelah saya menunjukkan bukti dan argumen, dia akhirnya mengakui sedang menjalin hubungan serius dengan wanita itu. Dia semakin marah dan membatasi waktu komunikasi dengan saya. Saya sangat sakit dengan perlakuannya, apa yang harus saya lakukan?
DW
Jawab:
Mungkin Anda sedang mengalami apa yang disebut cinta buta. Menghadapi cinta buta, segalanya mungkin terasa baik, padahal kenyataannya sangat menyakitkan. Kalau Anda terus memaksakan hubungan yang muncul justru kondisi yang semakin kurang baik. Sebaiknya, Anda mulai untuk melepasnya dengan perlahan demi masa depan yang lebih baik.
Percayalah, akan ada seorang pria yang mampu mengobati luka Anda saat ini dan membawa Anda pada kehidupan yang jauh lebih baik. Yang terbaik saat ini adalah Anda harus bekerja keras untuk melupakan dia dan menutup hati Anda untuknya. Walau berat, tapi dengan begitu hidup Anda bisa lebih baik.
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }
0 comments:
Post a Comment