Merah Tanda Cinta

iklan
Sindikasi lifestyle.okezone.com
KapanLagi.com: Woman
Merah Tanda Cinta
Nov 28th 2011, 02:16

DALAM filosofi warna, merah adalah warna energik yang bisa membangkitkan semangat dan gairah. Di sisi lain, merah juga bisa berarti agresif. Namun, bagi pasangan Ibas dan Aliya, merah adalah tanda cinta.
 
Hal itu terlihat dalam pemilihan merah sebagai warna busana pengantin keduanya pada saat resepsi di Jakarta Convention Center (JCC), Sabtu (26/11). Setelah menggunakan adat Palembang di acara akad nikah di Istana Cipanas, Edhi Baskoro Yudhoyono atau Ibas dan Siti Ruby Aliya Rajasa atau Aliya memilih adat Yogyakarta untuk resepsi dalam balutan warna merah menyala. Ibas mengenakan beskap dan Aliya memakai kebaya panjang dengan riasan paes ageng.
 
Merah tak hanya milik Ibas dan Aliya, tapi juga orangtua dan keluarga keduanya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Hatta Rajasa mengenakan surjan merah. Sementara Ani Yudhoyono dan Okke Rajasa mengenakan kebaya warna senada. Dalam kebudayaan Jawa, merah diasosiasikan dengan darah, keberanian, juga cinta. Karena itu, warna merah kerap digunakan dalam berbagai ritual budaya, termasuk pernikahan. Masyarakat Jawa kuno percaya merah adalah warna untuk cinta lahir maupun batin.
Tidak heran bila kemudian Ibas dan Aliya memilih merah untuk dikenakan pada hari bahagianya.
 
Merah tidak hanya terlihat pada pakaian, juga dekorasi interior di JCC yang sekaligus kental budaya Jawa. Ketika memasuki ruangan, para tamu langsung dihibur sajian gending Jawa, lengkap dengan para pemainnya yang mengenakan beskap kuning keemasan, serta hiasan air mancur setinggi 4 meter. Dipadu warna emas, filosofi warna yang dipilih keduanya seakan menggambarkan masa depan yang mereka harapkan. Emas identik dengan kemuliaan kehangatan, pencerahan, dan intelektual.

Namun, merah bukan hanya berarti tanda cinta kepada pasangan semata. Cinta yang dilambangkan merah juga bisa ditujukan kepada sesama, seperti yang diperlihatkan Sebastian Gunawan dan Yayasan Jantung Indonesia di Jakarta Fashion Week 2012. Acara tersebut sekaligus menyuarakan kampanye "Go Red For Women" guna meningkatkan kesadaran wanita terhadap risiko penyakit jantung dan pembuluh darah yang merupakan pembunuh nomor satu di dunia, termasuk di Indonesia.

Statistik menyebutkan bahwa kematian perempuan berusia di atas 50 tahun akibat penyakit jantung dan pembuluh darah, dan data terkini dari YJI menunjukkan angka kematian perempuan karena penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat 45 persen dibandingkan pria yang hanya meningkat 33 persen selama lima tahun terakhir.
 
"Selama ini kaum perempuan melupakan bahaya penyakit jantung dan pembuluh darah karena lebih mengkhawatirkan kanker payudara atau kanker serviks sebagai bahaya yang mengancam setiap saat. Itu anggapan yang salah karena ancaman penyakit jantung dan pembuluh darah justru 18 kali lebih besar dari kanker," ujar Duta Go Red For Women Susan Bachtiar, yang juga menyebutkan bahwa saat ini perbandingan risiko terkena penyakit jantung antara wanita dan pria adalah 1:1.
 
"Kami memahami wanita Indonesia kini memiliki kesadaran yang tinggi terhadap fashion, hadirnya YJI menyuarakan "Go Red For Women" untuk membangun kesadaran para wanita akan rentannya penyakit jantung dan pembuluh darah," sahut dr Dewi Andang Joesoef selaku Ketua UmumYJI.

Merah, yang diambil dari warna darah, sebagai simbol "awareness Go Red For Women", tampil feminin di tangan Seba. Gaun-gaun berwarna merah tidak lagi hadir provokatif, malah terlihat elegan dalam siluet gaun-gaun panjang khas Seba. Selain ragam busana berwarna merah yang dibawakan para perempuan yang aktif di kegiatan YJI dan duta YJI, Susan Bachtiar, Zivanna L Siregar, dan Seba juga menampilkan koleksi terbarunya dari label Sebastian's dalam tema "Charming Blend" yang mengambil inspirasi dari era 1920-an dan 1960-an.
 
"Ada kesamaan dari dua era tersebut. Keduanya sama-sama membebaskan wanita dalam bergaya. Tahun 1920-an membebaskan wanita dari korset dan tahun 1960-an memberi alternatif gaya bagi kaum hawa dari tampilan 'ladylike' yang meraja pada tahun 1950-an," sebut Seba yang menyuguhkan ragam terusan dengan potongan terbuka memberikan kesan seksi, namun tetap elegan.
 
Busana siap pakai rancangan Sebastian ini memberikan ragam pilihan gaya dengan detail motif bunga, garis, juga lace. Soal warna, Sebastian memang ingin memberikan lebih banyak pilihan sehingga catwalk pun diramaikan dengan palet netral, seperti hitam, abu, dan krem juga warna-warna cerah seperti biru, hijau, dan merah.

Tak Lekang Waktu
 
Dalam sejarah mode, seperti juga hitam,merah adalah warna yang tak lekang waktu. Kehadirannya terus terasa sepanjang musim, tak peduli warna apa yang tengah menjadi tren saat itu. Bahkan, merah adalah warna yang kerap dipilih untuk acara-acara formal. Sebut saja ajang "Red Carpet Oscar" atau "Venice Film Festival" yang tak pernah sepi dari gaun merah. Entah itu besutan Versace, Armani, atau Gucci.
 
Secara psikologis, warna merah memang melambangkan kekuatan, kemauan, eksentrik, aktif, dan agresif. Warna ini adalah simbol kasih sayang dan gairah.

Merah juga warna yang sarat emosi dan kekuatan. Warna merah memberikan efek dramatis yang sering dikaitkan dengan vitalitas, ambisi, juga hasrat. Karena itu, warna ini dikategorikan sebagai warna berani yang kerap digunakan untuk menunjukkan rasa percaya diri. Di lain pihak, penelitian menunjukkan warna merah memiliki pengaruh yang signifikan dalam hal menarik perhatian lawan jenis sehingga warna ini menjadi perlambang warna asmara— di dalam mode diterjemahkan menjadi sesuatu yang seksi.
 
"Secara psikologis, orang akan memilih warna merah jika ingin menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Tanpa perlu berkata apa-apa, seseorang yang memakai baju atau gaun merah seakan-akan dapat menjadi pusat perhatian," ujar konsultan warna dan mode Irma Hadisurya.
(tty)

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

0 comments:

Post a Comment