Pasien Hemodialisa Butuh Dukungan Keluarga

iklan
Sindikasi lifestyle.okezone.com
KapanLagi.com: Woman
Pasien Hemodialisa Butuh Dukungan Keluarga
Nov 28th 2011, 03:22

DEPRESI sering kali menghantui pasien yang tengah menjalani proses cuci darah atau hemodialisa. Dukungan dari keluarga dan orang terdekat diperlukan untuk menumbuhkan semangat pasien dalam menjalani pengobatan.

Penderita penyakit apapun, apalagi yang sudah masuk dalam tahap lanjut, umumnya diliputi kemarahan dan depresi karena memikirkan kesakitan yang dideritanya. Karena itu, selain faktor penanganan medis dengan peralatan memadai yang digunakan para dokter, dukungan keluarga dan orang-orang terdekat sangat diperlukan dalam perawatan pasien tersebut.
 
Begitu juga dengan pasien yang harus menjalani cuci darah atau dikenal dengan istilah medis hemodialisa. Hemodialisa adalah proses pembersihan darah yang didasarkan pada pertukaran ion-ion dan partikel cairan darah melalui suatu membran dengan menggunakan fungsi ginjal buatan (alat dialisa) untuk mengeluarkan sampah dan racun hasil dari metabolisme tubuh. Tindakan hemodialisa ini dilakukan untuk menolong seseorang yang fungsi ginjalnya menurun hingga di bawah 15 persen.
 
Penurunan fungsi ginjal dapat menyebabkan pasien bergantung pada tindakan hemodialisa. Kenyataan tersebut sangat memengaruhi kesehatan fisik dan psikis pasien. Spesialis penyakit dalam dari RSPremier Jatinegara dr JF Mukidjam SpPD mengatakan, keluarga berperan penting dalam mendukung pasien hemodialisa.

"Karena keberhasilan tindakan hemodialisa secara langsung dipengaruhi oleh kualitas tenaga medis, peralatan medis yang memadai, dan kondisi pasien sendiri,"tuturnya dalam acara Gathering Pasien Hemodialisa di Auditorium RS Premier Jatinegara, Jakarta. Saat ini, ungkap dia, tidak sedikit pasien hemodialisa bahkan keluarganya yang kemudian membatasi komunikasi dengan orang lain saat mengetahui dirinya atau anggota keluarganya harus menjalani hemodialisa dan berusaha menanggung bebannya sendiri. Padahal, terjadinya komplikasi pada saat dilakukannya tindakan hemodialisa semakin besar ketika pasien mengalami penurunan kondisi fisik dan psikis.
 
Komplikasi seperti kram otot, hipotensi, hingga perdarahan yang umumnya terjadi saat tindakan hemodialisa disebabkan oleh salah satu atau kombinasi dari tiga hal, yaitu mesin, pasien, dan teknik dialisa yang dipakai.
 
"Pasien harus menjaga daya tahan tubuhnya dan mengurangi beban pikirannya karena sakit yang diderita. Pasien harus didukung untuk kreatif dan ceria.Hal ini mutlak mendapatkan dukungan dan kerja sama keluarga," kata alumnus Universitas Katolik Nijmegen, Belanda, ini. Faktor penyebab penderita melakukan hemodialisa, menurut Mukidjam, umumnya karena infeksi saluran kencing, infeksi ginjal, batu ginjal, gagal ginjal, dan ginjal bawaan.
 
"Pasien yang sering melakukan hemodialisa relatif lebih tua dari umurnya karena metabolisme dalam tubuh, fosfor, dan kalsiumnya terganggu. Dia pun mengalami pengapuran tulang atau osteoporosis," ungkap dia.
 
Mukidjam memaparkan, saat ini dikenal terdapat tiga alternatif untuk pengobatan gagal ginjal. Pertama, membeli ginjal baru untuk dicangkokkan. Namun, di Indonesia masih agak sulit untuk melakukan hal tersebut. Apalagi, sarana untuk transplantasi masih terbatas. Kedua, dengan CAPD (continuius ambulatory peritoneal dialysis). Ini adalah sejenis hemodialisa, tapi yang dibersihkan bukan darah, melainkan cairan dalam perut.

Adapun yang terakhir adalah hemodialisa. Seperti diketahui, menjalani perawatan dengan hemodialisa bagi penderita gagal ginjal merupakan suatu hal yang cukup menyesakkan dada, terutama dalam hal biaya. Sebab, satu kali hemodialisa, biayanya berkisar antara Rp900.000 hingga Rp1 juta. Biaya tersebut di luar obat-obatan yang dikonsumsinya. Pasien pun umumnya harus menjalani hemodialisa sekitar seminggu dua kali. Karena itu, Dr Handoyo Rahardjo, Direktur Utama RS Premier Jatinegara, mengakui, masih banyak masyarakat yang tidak mampu menjalankan pengobatan dengan hemodialisa.

Data terakhir Yayasan Peduli Ginjal (Yadugi) menunjukkan, saat ini terdapat 40.000 penderita gagal ginjal kronik (GGK) di Tanah Air. Dari jumlah itu, hanya sekitar 3.000 penderita yang mampu berobat dengan hemodialisa.
(tty)

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

0 comments:

Post a Comment