Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Kemuliaan Profesi Dokter oleh Prof. Komaruddin Hidayat, MA 23 May 2011, 7:51 am
Amanah adalah memberikan rasa aman bagi orang yang memberikan kepercayaan, dapat dipercaya. Bahkan Muhammad SAW. diangkat menjadi nabi salah satunya adalah karena beliau amanah. Begitupun dengan profesi dokter, seorang dokter mutlak harus memiliki sifat amanah. Saat seorang pasien ketika ia datang pada seorang dokter mengeluhkan tentang sakit yang dideritanya, maka pada saat itu pula pasien akan mempercayakan nasibnya pada sang dokter. Bahkan bagi masyarakat sekuler, dokter merupakan titisan sang Dewa, karena dokter mampu untuk mematikan dan menghidupkan seseorang. Maka, semoga dokter, dosen, juga dekan dan pembantu dekan dapat memegang teguh amanah yang dipikulnya sehingga mampu membangun fakultas ini menjadi jauh lebih baik, memberikan banyak manfaaat bagi kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, segala sarana prasana untuk memfasilitasi suatu ibadah adalah wajib. Manusia wajib beribadah, beramal dan berkarya, dan untuk itu manusia harus sehat. Disinilah peran fakultas kedokteran, membangun fasilitas yang dibutuhkan untuk mencetak dokter-dokter yang amanah, sehingga mampu membangun masyarakat yang sehat agar mampu beribadah, beramal dan berkarya. Sudah seharusnya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi seorang dokter atas profesi yang dijalankan. Dalam forum ini Prof. Komarudin Hidayat menjelaskan bahwa sesungguhnya ada 5 sumber kebahagiaan yang hakiki bagi manusia, antara lain : - Merasa bahagia ketika kebutuhan fisik terpenuhi
Pemenuhan kebutuhan fisik merupakan kebutuhan hidup manusia yang paling dasar. Contohnya antara lain, makan, minum, olahraga, tidur, dan sebagainya termasuk pemenuhan kebutuhan ekonomi. Pada kenyataannya, ada beberapa diantara manusia yang senang ketika memiliki harta yang berlimpah, dan segala yang dibutuhkannya dapat terpenuhi. Ada juga diantaranya sangat memuji keindahan fisik, rela malakukan apapun demi mendapatkan keindahan fisik yang sempurna. Maka bagi tipe manusia yang seperti ini bersiaplah untuk kecewa dan kalah, karena pada akhirnya harta tidak akan mendatangkan kebahagiaan yang abadi, dan fisik yang diagungkan seiring bertambahnya usia maka tidak akan lagi terlihat indah. Mereka akan kalah oleh usia, kalah oleh sakit, kalah oleh maut. Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa kebahagiaan fisik yang hakiki adalah kesehatan. 2. Merasa bahagia ketika melakukan aktifitas intelektual Beruntunglah para dokter yang juga tergabung dalam dunia kependidikan. Anda akan merasakan bagaimana bahagianya saat mengajar, saat melakukan penelitian, membaca buku, mendengarkan caramah, dan lain sebagainya. Pemenuhan kebutuhan akal, yang akan mengantarkan kita manusia ke derajat yang lebih tinggi. Karena Allah mengatakan bahwa, "manusia ditinggikan derajatnya adalah karena keimanan dan pengetahuannya". Maka lihatlah para senior kita yang masih aktif dalam dunia pendidikan, sekalipun rambut telah memutih, fisik tak lagi tegap, namun masih saja terpancar diwajahnya rasa bangga dan percaya diri. Hal ini sesungguhnya adalah karena ilmu, semakin banyak ilmu yang didapatkan seseorang maka orang itu akan semakin percaya diri. 3. Merasa bahagia ketika mengapresiasi keindahan Keindahan melahirkan rasa nyaman. Apresiasi pada estetika sesungguhnya mencerminkan kepribadian seseorang, karena hal ini akan tercermin dalam cara bicara, pola pikir, dan perlaku seseorang. Semakin baik seseorang mengapresiasi keindahan maka semakin baik pula cara bicara, pola pikir, dan perilaku orang tersebut. Hal ini pula yang akan memunculkan rasa hormat orang lain pada diri kita. Seorang dokter mutlak memiliki jiwa estetik yang tinggi, karena dokter akan berhadapan dengan manusia yang juga perlu diperlakukan dengan baik. 4. Merasa bahagia ketika melakukan sesuatu dan bermanfaat bagi orang lain Pernahkah anda mendengar bahwa dunia ini bagaikan katalog, yang segalanya tersedia untuk kita? Ya, segala sesuatu yang kita inginkan sesungguhnya bisa kita dapatkan, karena Allah akan memberikan apa yang kita inginkan. Dan ingatkah kita pada ayat al-Qur'an yang menerangkan bahwa saat kita mencari kekayaan dunia, maka dunia pula yang akan kita dapatkan. Namun jika kita mencari kekayaan akhirat, maka dunia dan seisinya akan melayani kita. Tidakkah kita tergiur akan hal itu? Jangan pula kita berpikir bahwa kebahagiaan selalu berkolerasi dengan sesuatu yang bersifat ekomoni. Karena sesungguhnya ketika kita mampu membahagiakan orang lain, pada saat itu Allah telah membuka pintu-pintu kebahagiaan lain bagi kita yang tidak terduga. 5. Merasa bahagia ketika mengabdi pada Tuhan Disinilah tempatnya kebahagiaan yang hakiki, kekal hingga akhirat. Disini pula tempat adanya rasa syukur, ridlo, ikhlas. Kebahagiaan yang sebenarnya adalah dimana kita merasa cukup dengan apa yang ada, menerima apa yang sudah ditakdirkan Allah untuk kita. Berbahagilah saat kita masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk beribadah, beramal, dan berkarya. Karena sesungguhnya inilah tujuan utama diciptakannya jin dan manusia, adalah untuk ibadah dengan ikhlas pada Allah SWT. Resensitor; Intan Nurul Tanjung |
0 comments:
Post a Comment