TEMPO Interaktif, Jakarta - Mengkonsumsi satu kaleng minuman bersoda setiap hari, bisa berdampak pada perilaku yang lebih agresif. Riset terbaru pada anak-anak muda atau remaja itu menunjukkan secara signifikan bagaimana kebiasaan mengkonsumsi minuman bersoda itu berpengaruh pada kekerasan kebiasaan membawa senjata.
Menurut penelitian tersebut, mereka yang meminum lebih dari lima kaleng minuman bersoda seminggu, lebih cenderung untuk terlibat dalam tindakan kekerasan. Para peneliti dari Amerika ini mengaku tidak yakin apakah ada hubungan kausalitas (sebab-akibat), namun mereka tidak mengesampingkan kemungkinan tersebut. Dikatakan bahwa sangat mungkin jika faktor-faktor penyebab remaja menjadi agresif ternyata juga mempengaruhi kebiasaan makan mereka – di antaranya minuman bersoda – tetapi riset terdahulu menyatakan bahwa nutrisi yang rendah kemungkinan menjadi penyebab perilaku antisosial.
Temuan terbaru yang dilaporkan di journal Injury Prevention ini merupakan hasil dari survei terhadap 1.878 remaja berusia 14-18 tahun dari 22 sekolah negeri di Boston. Mereka ditanya mengenai jumlah konsumsi minuman bersoda non diet selama sepekan terakhir. Hingga empat kaleng dikatakan sebagai konsumsi 'rendah' sedangkan lima atau lebih diklasifikasikan sebagai konsumsi 'tinggi'. Satu dari tiga anak masuk dalam kategori 'tinggi' sedangkan yang lainnya mengkonsumsi lebih dari dua atau tiga kaleng per hari.
Selanjutnya para ilmuwan meneliti kemungkinan adanya hubungan antara konsumsi minuman bersoda itu dengan perilaku kekerasan. Para remaja itu ditanya apakah mereka terlibat tindak kekerasan dengan teman-teman mereka, saudara laki-laki atau perempuan, dan apakah mereka membawa senjata api atau pisau selama setahun terakhir. Secara umum diketahui bahwa, seringnya mengkonsumsi soft drink terkait dengan 9 hingga 15 persen terjadinya peningkatan keterlibatan dalam tindakan agresif.
Kekerasan dan membawa senjata adalah sesuatu yang sangat umum di kalangan remaja yang biasanya dilakukan oleh mereka dari kelompok etnis minoritas dengan latar belakang keluarga miskin. Dari kelompok itu, sebanyak 50 persen berkulit hitam atau multirasial. 33 persen Hispanik, sembilan persen berkulit putih dan 8 persen orang Asia.
Namun, riset ini menunjukkan bahwa perilaku kekerasan meningkat bersamaan dengan meningkatnya konsumsi minuman bersoda. Sekitar 23 persen remaja yang minum satu atau dua kaleng atau tidak meminumnya sama sekali selama sepekan, membawa senjata api atau pisau. Sedangkan yang meminum soda 14 kaleng atau lebih selama sepekan, sebanyak 43 persennya membawa senjata api atau pisau.
Untuk peningkatan yang sama dalam konsumsi minuman bersoda, proporsi mereka yang menunjukkan kekerasan terhadap pasangan kencannya meningkat dari 15 persen menjadi 27 persen. Tingkat kekerasan terhadap teman-temannya sendiri meningkat dari 35 persen menjadi lebih dari 58 persen dan terhadap saudara kandung dari 25 persen menjadi lebih dari 43 persen.
Para peneliti, yang diketuai oleh Dr. Sara Solnick dari University of Vermont mengatakan, "Ada hubungan yang kuat dan signifikan antara minuman bersoda dengan kekerasan."
"Mungkin ada hubungan langsung, atau hubungan sebab-akibat, kemungkinan dikarenakan oleh kadar gula atau kafein yang terdapat dalam soft drink. Atau mungkin karena faktor lain, yang tidak terhitung dalam analisis kami yang menyebabkan meningkatnya baik konsumsi soft drink maupun agresivitas," ungkap Dr. Solnick.
Penelitian sebelum di Inggris dan Belanda menemukan bahwa orang-orang muda yang mengkonsumsi junk food lebih cenderung untuk melanggar hukum. Dan memberikan vitamin dan makanan tambahan lain kepada narapidana ternyata bisa menurunkan kekerasan di dalam penjara hingga 47 persen.
Diperkirakan bahwa nutrisi yang tidak bergizi adalah pemicu terjadinya perilaku antisosial. Pasalnya hal tersebut diduga menjadi penyebab rendahnya kemampuan kimiawi otak yang mempengaruhi mood dan meningkatkan agresivitas.
Namun studi ini dikritik oleh seorang psikolog klinis di University of Liverpool, Profesor Peter Kinderman, yang mengatakan bahwa banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku kekerasan pada remaja. Studi ini, kata dia, menyederhanakan interpretasi dari peran soft drink.
Sedangkan Dr Seena Fazel, dosen senior di Oxford University, mengatakan, "Percobaan tentang penurunan konsumsi minuman bersoda bermanfaat di dalam populasi yang berisiko tinggi dan memberikan manfaat kesehatan lebih luas untuk menurunkan agresivitas."
DAILY MAIL I ARBA'IYAH SATRIANI
0 comments:
Post a Comment