Asah Kreativitas Anak dengan Sains

iklan
Sindikasi lifestyle.okezone.com
KapanLagi.com: Woman
Asah Kreativitas Anak dengan Sains
Nov 27th 2011, 06:20

"MA, di dalam radio ada orangnya ya, kok bisa ngomong? Ma, kok susunya Adik jadi dingin tadi kan panas? Ma, kok bisa ada pelangi sih?"

Pertanyaan di atas memang wajar diajukan si kecil, karena rasa ingin tahunya sangat besar. Tapi yang membingungkan adalah mencari jawabannya. Betul, Moms? Jadi, tak ada salahnya loh mengajarkan sains kepada si kecil sejak dini.

Lewat Pengamatan

Mengenalkan sains untuk si prasekolah dapat dilakukan melalui kegiatan sehari-hari, permainan atau percobaan kecil, serta menggunakan benda-benda yang ada di sekitar si kecil.

"Segala sesuatu yang ada di sekitarnya dapat menjadi sumber pembelajaran sains. Hal paling mendasar yang perlu dilakukan seorang anak adalah mengamati," buka Dina Dwiartanti, MPSi, Psi.

Dari pengamatan, akan muncul pertanyaan dan anak dapat diarahkan untuk mencari jawaban atau penjelasannya. Namun dalam pembelajarannya, perhatikan tahap perkembangan dan kemampuan anak. Sesuaikan pula dengan kebutuhan dan minat anak.

Contoh, saat hujan turun. Ajaklah si kecil memerhatikan alam dan lingkungan sekitar. Apa yang terjadi ketika hujan turun, apa penyebab munculnya petir dan pelangi, bagaimana terjadinya siang dan malam, atau bagaimana perilaku hewan peliharaan di rumah.

Kemudian ketika ia sedang mandi atau bermain air, mulai kenalkan pada sifat-sifat air, atau konsep terapung dan tenggelam dengan meletakkan mainan yang ia miliki ke dalam bak mandi yang terisi air. Atau saat Moms sedang menyiapkan susu untuk si kecil, biarkan ia ikut memerhatikan bagaimana susu bubuk dapat larut ketika dicampur dengan air panas, dan bagaimana susu yang tadinya panas menjadi hangat atau dingin ketika dicampur dengan air biasa atau es.

Mudah Dimengerti

Dalam mengenalkan materi sains kepada si keci menurut Dina tidak ada batasan pasti apa yang boleh dan tidak boleh. Ini karena berhubungan dengan  rasa ingin tahunya yang sangat luas dan mencakup apa saja.

Ingat Moms, anak yang kritis biasanya sering bertanya. Dan sebaiknya, orangtua memberikan jawaban yang tepat atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan anak.

Gunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami saat memberi penjelasan kepada si kecil. Selain agar lebih mudah dicerna, daya pikirnya juga tidak terbebani. Jangan lupa sertakan contoh konkret – usia pra sekolah belum bisa berpikir secara abstrak - atau mencoba langsung agar anak dapat melihat prosesnya dan menemukan jawabannya.

Misal, ketika menjelaskan tentang sifat-sifat air, tidak perlu menyebutkan istilah 'kapilaritas'. Cukup sebutkan bahwa air dapat meresap atau masuk melalui lubang kecil, sambil menunjukkan bagaimana air dapat meresap dan membasahi sebagian besar kain walaupun hanya ujungnya yang terkena air.

Mulailah dengan hal-hal yang ia temui atau lihat sehari-hari. Ajak si kecil untuk melakukan eksplorasi terlebih dulu, hingga mereka terlatih untuk bertanya dan menduga sesuai dengan kemampuan berpikirnya. Bahkan dapat diarahkan untuk mencari jawaban atau penjelasannya sendiri. Namun, Dina mengingatkan, dalam pembelajarannya perhatikan tahap perkembangan dan kemampuan anak. Sesuaikan pula dengan kebutuhan dan minat anak.

Dengan memulai dari hal-hal yang familier atau sering ia temui dalam kehidupan sehari-hari, akan memudahkan nantinya dalam memberikan contoh atau pengalaman langsung. Hindari penggunaan materi berbahaya seperti api, zat berbahaya/beracun, atau benda tajam. Jika materi tersebut memang diperlukan, awasi benar penggunaannya agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Si kecil juga perlu diajari agar tidak menggunakan atau mencicipi sesuatu tanpa izin dari orangtua atau pengasuh.

Sebaiknya Orangtua...

Mengajari sains kepada si kecil intinya memperlihatkan secara langsung proses yang terjadi. Fokuskan kegiatan pada eksplorasi dengan melakukan percobaan berulang-ulang, bila perlu. Hindari pertanyaan 'mengapa', karena balita Anda belum mencapai tahap perkembangan berpikir sebab akibat yang muncul dari pertanyaan 'mengapa'. Sebaliknya, anak akan lebih mudah memberikan jawaban pada pertanyaan 'apa'.

Tugas orangtualah sebagai fasilitator untuk mendukung dan membantu anak. Oleh karena itu, jangan memaksakan anak untuk melakukan sesuatu yang tidak disukai atau tidak diinginkannya. Tunjukkan pula sikap menghargai lingkungan dan makhluk hidup ketika melakukan eksplorasi atau percobaan. Selain itu, orangtua tetap perlu waspada dan memperhatikan apa yang dilakukan anak, agar cepat tanggap dalam mengantisipasi bahaya yang mungkin muncul.  (Sumber: Tabloid Mom & Kiddie) (ftr)

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

0 comments:

Post a Comment