Jangan Stres Hadapi Balita Aktif

iklan
Sindikasi lifestyle.okezone.com
KapanLagi.com: Woman
Jangan Stres Hadapi Balita Aktif
Feb 15th 2012, 03:35

MAKAN hati rasanya melihat kelakuan buah hati yang masih balita. Ada saja perangainya yang menguras kesabaran Anda. Jika ini yang Anda rasakan, apa solusinya?


Rasanya hampir habis kesabaran Erna. Kemarin buah hatinya, Andhara, mematahkan lipstik berharga ratusan ribu yang baru dibelinya. Sekarang dia memecahkan salah satu koleksi piring kesayangannya. Ibu rumah tangga ini nyaris tak berkutik menghadapi Andhara.
 
"Rasanya pengin dia kembali lagi jadi bayi," kata Erna tersenyum simpul.
 
Pada dasarnya, apa yang dirasakan Erna, besar kemungkinannya juga dialami oleh orangtua lain yang mempunyai anak berusia 3-5 tahun. Pada usianya tersebut, anak-anak merasa lebih mandiri, namun tetap bergantung pada perhatian dan kasih sayang dari orang sekitarnya.
 
Bahkan, Michele Borba EdD, penulis buku "The Big Book of Parenting Solutions", mengatakan, usia tersebut adalah saat paling aktif bagi anak, sekaligus membuat orangtua frustrasi. Dia mengatakan, ada sejumlah kesalahan yang dibuat orangtua dan cara penyelesaiannya.

Salah satu hal yang membuat si kecil menjadi rewel dan bertingkah adalah karena orangtua yang tidak membiasakan mereka pada keadaan rutinitas. Padahal, konsistensi adalah kunci untuk mengatasi sikap balita.
 
"Ketika orangtua tidak konsisten dengan kegiatan rutin si anak, mereka menjadi bingung, dan saat itulah mereka bertindak dengan melampiaskan kemarahannya," kata Tanya Remer Altmann MD, seorang dokter anak dan pengarang buku "Mommy Calls: Dr. Tanya Answers Parents' Top 101 Questions about Babies and Toddlers".
 
Menurut Tanya, jika Anda terkadang membiarkan anak melakukan sesuatu dan di lain waktu Anda melarangnya, maka anak akan menjadi bingung. Anak-anak mungkin juga ingin tahu mengapa ibu kemarin membolehkan saya bermain sehabis pulang sekolah, tapi hari ini malah disuruh tidur siang. Karena itu, Tanya menganjurkan para orang tua untuk selalu memegang teguh konsistensi, baik menyangkut disiplin, kebiasaan tidur, maupun rutinitas makan.

Kendati masih kanak-kanak, tidak ada salahnya bagi orang tua untuk menerapkan sistem reward and punishment atau penghargaan dan hukuman terhadap anak. Dengan begitu, anak akan merasa dihargai dan mereka pun taat pada aturan yang Anda berlakukan. Umpamanya, Anda boleh saja memarahinya karena tidak membereskan mainannya yang berserakan di lantai.
 
Namun, ketika Anda mendapati anak mampu meletakkan kembali barang-barang ke tempat semula, beri ia pelukan atau ciuman. Hal yang terkesan sederhana ini akan membuatnya mengingat apa saja yang Anda sukai dan berusaha melaksanakannya, dan sebaliknya menjauhi yang Anda tidak sukai.
 
Nah, kesalahan lain yang kerap dibuat orangtua adalah tidak mengindahkan tandatanda petunjuk dari si anak. Jadi, orangtua dengan santainya membawa anak berjalan ke pusat perbelanjaan menamaninya tanpa menghiraukan rasa kantuk si kecil.
Alhasil, si kecil menjadi mengamuk dan membuat orang tua berada dalam posisi yang sulit.
 
Michele mengajak orang tua untuk mengenali tanda-tanda "bahaya" ini. Sebelum tanda ini muncul, sebenarnya orangtua bisa mengantisipasinya. Namun, ketika anak sudah mulai marah-marah, Anda pun akan kehilangan kekuasaan.
 
"Kenali tanda kapan anak akan merasa lapar, lemas, atau bosan. Ada baiknya Anda menidurkannya sebelum mengajak pergi atau selalu siap dengan makanan kecil di tas Anda," ujar Michele.

Lebih jauh Michele juga menyarankan orangtua untuk mulai mengabaikan permintaan si kecil ketika akan melalukan sesuatu hal yang tidak disukainya. Ambil contoh saat Anda tengah menyiapkan makan untuknya, ia selalu saja mengutarakan alasan untuk bermain ke luar rumah. Jika dibiarkan, maka hal ini akan menjadi kebiasaan dan kegiatan makan pun menjadi terhambat.

"Ingat, ini adalah umur ketika anak-anak mulai mencoba memberontak, mereka mencari celah, apakah cara yang dilakukannya kepada Anda berhasil. Jika ya, dia akan mengulangnya kembali," kata Michele.
 
Untuk sikap yang tidak terlalu agresif ini, seperti merengek atau merajuk, sebaiknya tidak perlu direspons. Pada usia balita, orangtua ingin anaknya terlihat aktif dan sebaik mungkin mengembangkan kemampuan motoriknya. Caranya dengan mengikutsertakan sang anak kursus musik atau tari. Untuk itu, istirahat yang cukup diperlukan sebelum mengikuti les ini, sehabis pulang prasekolah. Namun, si anak malah tidak juga ingin beristirahat.

"Sebaiknya orangtua tidak memaksakan kehendak pada anaknya untuk mengikuti les atau semacamnya. Kegiatan di prasekolah saja yang hanya makan waktu beberapa jam, sudah membuatnya kelelahan," kata Tanya.
(tty)

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

0 comments:

Post a Comment