Browse »
Home » » askep-askeb-kita.blogspot.com: Test dan diagnosa Faringitis
askep-askeb-kita.blogspot.com pengertian penyebab etiologi patofisiologi pathway tanda gejala pemeriksaan penunjang penatalaksanaan penyakit tinjauan teoritis pengkajian masalah diagnosa rencana intervensi evaluasi GADAR materi kesehatan tips seks materi kamus medis karya tulis imliah makalah KTI skripsi D3 III S1 D IV kebidanan keperawatan kedokteran askeb askep download e-book gratis pdf powerpoint doc documents kuliah konsep dasar farmakologi farmasi sanitarian sanitasi ilmu baru new masyarakat situs web blog contoh
Test dan diagnosa Faringitis 18 May 2011, 8:54 am
Umunya faringitis ringan, sehingga tidak memerlukan penanganan serius; palagi jika tidak terjadi infeksi. Perhatikan tanda-tanda terjadi infeksi, seperti dahak yang berwarna kuning atau hijau. Hal ini diperlukan untuk mencegah pemberian antibiotic yang tidak perlu. Jika tidak parah, cukup diberi obat simptomatis. Untuk beberapa kasus ketika infeksi makin serius, perlu dilakukan kultur tenggorokan, untuk mengetahui penyebab faringitis. Sehingga dapat segera diambil tidakan tepat. Jika ternyata ditemukan kuman berbhaya seperti GABHS.
Kultur tenggorokan adalah metod konvensional untuk menegakan diagnois infeksi streptokok. Pada pasien faringitis streptokokal yang tidak diobati, kultur tenggorok (pengambilan sampel pada tonsil dan faringposterior) menunjukan hasil yang hamper selalu positif. Cara ini memiliki sensitifitas 90-95%. Sayangnya, kultur tidak dapat diandalkan untuk membedakan antara infeksi streptokokal akut dengan carrier streptokokal, yang juga terinfeksi pathogen lain. Infeksi streptokokal pada faringeal adalah temuan umum, kususnya pada anak usia sekolah.
Jumlah streptokok dalam jumlah sampel tenggorok tidak dapat digunakan untuk membedakan carrier dari infeksi, karena pertumbuhan kecil dapat diasosiasikan dengan infeksi sebenarnya. Hasil kultur tenggorok yang negative bias dijadikan acuan, untuk menghentikan terapi antibiotic pada sebagian besar pasien dengan radang tenggorokan. Kultur tenggorok sebaiknya dibaca dalam 24 jam. Jika negtif, jika negatife sebaiknya diinkubasi 24 jam berikutnya agar mendapatkan sensitifitas optimal guna mendeteksi GABHS.
Sementara jika terdapat pseudomembran dan terjadi pendarahan saat pengangkatan membrane, dapat dikatakan pasien menderita difteria. Abnormalitas neurologis seperti palatine palsy merupakan petunjuk penting untuk diteria, dalam kasus tanpa pseudomembrane. Sebaiknya lakukan smear dan kultur untuk corynebacterium diphtheria. (diambil dari Majalah ETHICAL DIGEST edisi 46)
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/ | You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed. | |
0 comments:
Post a Comment