Merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-66 bisa dilakukan dengan pelbagai cara. Seperti yang dilakukan oleh Yayasan Pondok Kasih (YPK).
KapanLagi.com - Yayasan sosial yang bermarkas di kawasan Kendangsari ini melakukan aksi sosial dengan memberikan layanan pemeriksaan kesehatan gratis pada penghuni Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos), Jalan Keputih, Surabaya, Selasa (16/8) siang. Mulai dari pelayanan kesehatan umum, gigi, kejiwaan sampai screening hipertensi.
Tak hanya itu, para penghuni Liponsos juga mendapatkan paket makan siang berupa kue dan susu kotak. Bahkan layanan potong rambut dan manicure (potong kuku) ala salon juga diberikan dalam aksi sosial ini.
Maisaroh misalnya. Perempuan yang biasa dipanggil Oom ini pasrah saat rambutnya dipotong oleh aktifis YPK. Bahkan perempuan yang mengalami gangguan psikotik dan mengaku dari Palembang ini diam saja saat kuku tangannya di manicure. "Aku sekarang sudah cantik," katanya usai mendapatkan perawatan ala salon. Bahkan perempuan yang sudah dua bulan ini menghuni Liponsos mengaku tidak mau pulang ke rumah karena terlanjur betah tinggal di tempat penampungan dari orang-orang yang notebene mengalami gangguan psikotik (kejiwaan), tunawisma, anak jalanan, pengemis dan Pekerja Seks Komersial (PSK) yang kena 'garuk' Satpol PP atau pihak kepolisian.
Sama halnya dengan Halila (11), anak jalanan yang kena razia dan baru dua hari menghuni Liponsos ini mengaku senang mendapatkan perawatan rambut dan kuku. Bahkan anak jalanan yang sepertinya mengalami gangguan psikotik ini juga pasrah saat rambut kriwulnya dipotong.
"Makasih ya, tante," katanya polos sembari tersenyum.
Menurut Hana Amalia Vandayani Ananda, ketua Yayasan Pondok Kasih (YPK) aksi sosial bertema "Ramadhan Berbagi" ini dilakukan selain untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-66, juga untuk berbagi kasih di bulan Ramadhan.
"Sebanyak 50 aktivis kami terjunkan dalam aksi sosial ini," kata Hana Ananda yang pernah mendapatkan penghargaan Satya Lancana (2004-2005) dan Dharma Karya Kancana (2006) dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Sementara itu, koordinator aksi dr. Michael Leksodimulyo MBA, M.Kes, yang juga Direktur Community Health YPK ini mengemukakan bahwa rata-rata dari penghuni Liponsos mengalami penyakit kulit yang disebut Scabies atau biasa dikenal dengan nama Gudiken. "Hal ini disebabkan karena faktor tempat tidur yang kotor, pakaian yang tidak pernah dicuci dan lingkungan yang kurang bersih," kata dokter Michael yang baru saja mendapatkan predikat "Sang Teladan", sebuah program penghargaan dalam bidang kesehatan yang baru-baru ini digelar oleh salah satu produk kesehatan ternama.
Sri Supatmi, Kepala Liponsos Keputih Surabaya mengaku sangat terbantu dengan aksi sosial yang dilakukan Yayasan Pondok Kasih.
"Mudah-mudahan bisa berlanjut seterusnya, dan bisa diikuti oleh lembaga atau yayasan sosial lainnya. Karena kami tidak bisa bekerja sendiri untuk menangani semua permasalahan disini tanpa ada keterlibatan pihak luar," kata Sri yang sudah 4 tahun ini berdinas di Liponsos.
Untuk diketahui, jumlah penghuni Liponsos sendiri saat ini sudah overload. Tercatat, sampai 16 Agustus 2011, sudah ada 915 jiwa. Dengan rincian, Psikotik (Pria=388, Wanita=295), Gelandangan dan Pengangguran (Pria=106, Wanita=78, Anak Jalanan (Pria=15, Wanita=1), PSK/Waria (13), Lansia (Pria=4, Wanita=15). "Sampai pertengahan Ramadhan sendiri, ada peningkatan jumlah sebanyak 200 jiwa yang kebanyakan didapat dari hasil razia Satpol PP, aparat kepolisian, dan aparat berwenang lainnya," jelas Sri yang mengaku banyak sukanya selama menjadi Kepala Liponsos Keputih. (wo/prl/bee)
0 comments:
Post a Comment