Inilah 9 Bidan Inspirasional

iklan
KOMPASfemale
KOMPASfemale
Inilah 9 Bidan Inspirasional
Dec 27th 2011, 11:08

KOMPAS.com - Profesi bidan punya banyak tantangan. Tugasnya bukan sekadar membantu persalinan, namun juga menjadi mitra bagi perempuan, terutama di daerah, untuk lebih berdaya atas dirinya.

Bidan punya andil besar atas kesehatan juga kesejahteraan ibu hamil, terutama di pedesaan. Berbagai cara pun dilakukan bidan menjawab tantangan budaya masyarakat setempat, tantangan ekonomi, dan kesehatan. Minimnya akses kesehatan, tak adanya biaya jelang persalinan, serta budaya setempat yang berdampak pada kesehatan ibu menjadi sejumlah masalah sekaligus tantangan yang dijawab sembilan bidan inspirasional peraih penghargaan Srikandi Award 2011 ini.

Kategori Tantangan Budaya:
1. Bidan Meiriyastuti - Jambi
Meiriyastuti, perempuan berusia 32 tahun ini termasuk bidan muda di Desa Teriti, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Jambi. Meski masih muda, ia tak gentar berhadapan dengan masyarakat menjawab tantangan budaya setempat. Bukan perkara mudah bagi bidan muda untuk mengubah persepsi di masyarakat mengenai penanganan persalinan yang keliru, bahkan merugikan kesehatan ibu dan bayi.

Ritual pascapersalinan membudaya di masyarakat yang tinggal di tepian sungai Batanghari. Salah satunya ritual "Nyebur ke Ayek". Ritual ini mengharuskan bayi berusia tujuh hari untuk dimandikan air kembang di sungai Batanghari yang dingin. Sementara, pascamelahirkan, ibu hanya boleh mengonsumsi nasi putih dan kecap asin selama 40 hari. Ibu pantang makan sayuran dan ikan, karena dianggap akan mendatangkan penyakit pada bayi.

Meiriyastuti mendapatkan penghargaan Bidan Inspirasional Srikandi Award 2011, atas konsistensinya melakukan pendekatan kepada masyarakat selama 11 tahun untuk memodifikasi tradisi. Yakni, mengajak masyarakat memandikan bayi, tetap dengan bunga, namun berisi air hangat yang ditampung dalam baskom.

2. Bidan Sri Ariati - Majene, Sulawesi Barat

Lain lagi dengan bidan Sri Ariati yang mengabdi di Kelurahan Banggae, Majene, Sulawesi Barat. Kebiasaan masyarakat lokal yang menimbulkan risiko terhadap kesehatan ibu pascapersalinan berhasil diubahnya. Sebelumnya, masyarakat setempat taat pada adat yang mengharuskan ibu pascamelahirkan untuk mengangkat air dari sumur ke rumah.

Menggunakan bahasa Mandar, bidan Sri mengajak masyarakat Banggae untuk mulai meninggalkan tradisi ini. Ia berhasil melakukan pendekatan kepada dukun beranak atau disebut Sando, yang jumlahnya dua kali lipat dari jumlah bidan di daerah tersebut. Sosok bidan Sri tak asing di tengah masyarakat Banggae. Atas kontribusinya, ia pun dinilai layak menerima penghargaan Bidan Inspirasional Srikandi Award 2011.

3. Bidan Rosalinda Delin - Belu, Nusa Tenggara Timur

Desa Jenilu, Kecamatan Kakuluk Atapupu, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur berlokasi 12 kilometer dari perbatasan Timor Leste. Di desa ini, masyarakat setempat mengenal budaya panggang api pasca persalinan. Selama 40 hari pascapersalinan, ibu dan bayi di Jenilu harus melakukan ritual panggang api yang berisiko menimbulkan anemia pada ibu, dan mengganggu pernafasan bayi.

Adalah bidan Rosalinda Delin yang menggerakkan sosialisasi dari rumah ke rumah mengenai risiko ini. Perlahan, masyarakat mulai meninggalkan budaya panggang api. Atas perjuangannya, penghargaan Bidan Inspirasional Srikandi Award 2011 diberikan kepadanya.

Kategori Pemberdayaan Ekonomi:
1. Bidan Kesih - Bandung, Jawa Barat
Kemiskinan berdampak pada kesehatan ibu dan bayi. Inilah yang menjadi dasar perjuangan bidan Kesih (35) yang bertugas di Desa Mekarjaya, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung. Dari 1685 kepala keluarga yang berprogesi sebagai buruh tani di desa ini, 90 persennya tergolong miskin.

Bidan Kesih kemudian mengajak perempuan berdaya secara ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan kesehatan. Bidan Kesih memimpin koperasi Bunda pada 2006 dan melahirkan 69 kader darinya. Produk keripik opak menjadi sumber mata pencaharian perempuan di desa ini, yang dijual melalui koperasi. Bersama kader-kadernya, bidan Kesih juga membantu warga miskin dengan memfasilitasi dana sosial bersalin. Membangun kemandirian ekonomi perempuan yang menjadi perhatian bidan Kesih, membawanya ke Jakarta sebagai penerima penghargaan Bidan Inspirasional Srikandi Award 2011.

2. Bidan Sri Partiyah - Magetan, Jawa Timur
Inilah bidan di Desa Duwet Kecamatan Bendo, Magetan, Jawa Timur yang mau berurusan dengan sampah, dan mengolahnya menjadi berkah. Bidan Sri Partiyah mendirikan bank sampah untuk meningkatkan taraf ekonomi dan kesehatan masyarakat.

Ia mengajak warga mengumpulkan sampah, memilah dan memilih sampah sesuai jenisnya, lalu menimbangnya, menentukan harga, dan menjualnya ke pengepul. Hasil dari bank sampah ini dimanfaatkan untuk memberikan bantuan kepada balita gizi buruk serta pemeriksaan golongan darah gratis bagi ibu hamil di Magetan.

Ia juga mengajak warga memanfaatkan hasil penjualan sampah sebagai modal penanaman buah pepaya. Hasil tanaman pepaya selain dapat menambah penghasilan keluarga, juga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu hamil. Atas upayanya, Sri Partiyah menerima penghargaan Bidan Inspirasional Srikandi Award 2011.
 
3. Bidan Sri Puayah - Musi Rawas, Sumatera Selatan
Bersama 34 anggota koperasi yang dibinanya, bidan Sri Puayah, memproduksi abon dan berbagai makanan hasil olahan. Kaum perempuan anggota koperasi mampu mandiri secara ekonomi berkat upaya bidan Sri Puayah. Mereka berkontribusi meningkatkan penghasilan keluarga sehingga mampu memberikan asupan gizi untuk anak-anaknya.

Awalnya, Sri Puayah (34) bertugas sebagai bidan di Desa P1 Mardiharjo, Kecamatan Purwodadi, Musi Rawas, Sumatera Selatan sejak 1999. Namun menjadi bidan saja tak cukup baginya. Apalagi melihat kondisi kemiskinan warga yang tak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi. Pembedayaan ekonomi perempuan menjadi solusi, yang pada akhirnya, juga membantu bidan menjalankan fungsi utamanya, sebagai mitra perempuan saat menyiapkan kehamilan hingga melahirkan. Atas kepeduliannya, Sri dianugerahi penghargaan Bidan Inspirasional Srikandi Award 2011.

Kategori Promosi Kesehatan:

1. Bidan Dewi Susila - Deli Serdang, Medan
Bidan Dewi Susila (32), berkontribusi menggalakkan pencegahan HIV/AIDS usia dini melalui program "Kesan Pertama di Kecamatan Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera Utara. Tingginya angka kasus HIV/AIDS di Tanjung Morawa karena penyalahgunaan narkoba dan seks bebas melatari program ini. Kini, ada 180 pemuda yang bertugas sebagai agen penyebar informasi mengenai bahaya HIV/AIDS. Upaya bidan Dewi menciptakan generasi musa sehat di Tanah Deli memberikan inspirasi dan apresiasi, berupa penghargaan Bidan Inspirasional Srikandi Award 2011.

2. Bidan Ni Nyoman Rai Sudani - Badung, Bali

Pemakaian KB pada perempuan menimbulkan masalah. Inilah juga yang dialami masyarakat di Kecamatan Abiansemal, Badung, Bali. Bidan Rai Sudani (51), memberanikan diri menggagas program KB vasektomi bagi pria. Upaya ini bukan tanpa masalah, karena masih banyak masyarakat yang memercayai rumor bahwa KB vasektomi menimbulkan gangguan dan mengurangi kualitas hubungan seksual. Meski begitu, Bidan Rai Sudani tak gentar hingga akhirnya berhasil mengajak 42 akseptor untuk mengikuti KB vasektomi hingga Oktober 2011 lalu. Atas kegigihannya, bidan Rai Sudani menerima penghargaan Bidan Inspirasional Srikandi Award 2011.

3. Bidan Ponirah - Serang, Banten
Angka kematian ibu dan bayi menjadi masalah utama di pedesaan lantaran minimnya akses dan tenaga kesehatan. Bidan Ponirah (43), yang bertugas di Desa Waringin Kurung, Serang, Banten, berinisiatif mendirikan Bidan Praktek Swasta untuk memberikan solusi.

Cara yang dipilihnya di antaranya menggalakkan kegiatan senam ibu hamil, pemeriksaan kandungan, kunjungan nifas selama 40 hari untu mengawasi kesehatan ibu dan bayi, memberikan pelayanan gratis bagi keluarga tak mampu, juga menjalin hubungan dan kerjasama dengan dukun beranak. Upaya bidan Ponirah membuahkan hasil. Angka kematian ibu dan bayi di wilayahnya mencapai lima persen dari total kelahiran (data sebelum 2003). Namun kini, terjadi penurunan kematian ibu dan bayi mendekati nol persen pada 2011. Atas upayanya di bidang promosi kesehatan, bidan Ponirah layak menerima penghargaan Bidan Inspirasional Srikandi Award 2011.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

0 comments:

Post a Comment