BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan perbandingan rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk memberikan pelayanan kesehatan. Indonesia di lingkungan ASEAN merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal tertinggi yang berarti kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh yaitu 334 / 100.000 persalinan hidup (SDKI, 1998).
Diperkirakan persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa. Angka kematian ibu sebesar 19.500 – 20.000 setiap tahunnya atau setiap 26-27 menit 1 yang meninggal. Penyebab kematian ibu adalah pendarahan 30,5 %, infeksi 22,5 %, gestosis % dan anestesia 2,0 % (Manuaba, 1998).
Salah satu faktor penting dalam tingginya tingkat kematian maternal terutama di negara-negara berkembang adalah faktor-faktor pelayanan kesehatan, penanganan yang tepat atau kurang memadai oleh petugas kesehatan yang dilaporkan merupakan faktor yang ikut berperan dalam 11-47 % kejadian kematian maternal dinegara berkembang (Hakimi, 1996). Untuk itu diperlukan peningkatan pendidikan dan keterampilan seperti perawatan ibu selama hamil, bersalin, nifas, ataupun pelayanan bedah kebidanan. Pelayanan bedah kebidanan yang dilakukan untuk menyelesaikan persalinan yang dapat dilakukan melalui dua cara yaitu pervaginaan atau perabdominal. Pengetahuhan, keterampilan dan persiapan prabedah obstetri operatif pervaginaan tidak banyak berbeda dengan persalinan biasa, sedangkan untuk keterampilan dan persiapan obstetri operatif per abdominal memerlukan persiapan khusus, operatif per abdominal dalam lingkup kebidanan adalah Seksio Sesaria.
Seksio sesaria adalah suatu tindakan pembedahan guna melahirkan anak dengan insisi/sayatan pada dinding abdomen dan uterus. Sebelum keputusan untuk melakukan seksio sesaria diambil, pertimbangkan secara teliti indikasi dengan resiko yang mungkin terjadi (pendarahan, cedera saluran kemih/usus, dan infeksi). Pertimbangan tersebut harus berdasarkan penilaian pembedahan secara lengkap, mengacu pada syarat-syarat pembedahan dan pembiusan. Di negara-negara maju frekuensi seksio sesaria berkisar antara 1,5 % dan 7 % dari semua persalinan (Sarwono P. 1992).
Menurut statistik tentang 3.509 kasus yang disusun oleh Peel dan Chamberlain (1968) indikasi SC karena : (Sarwono P. 1992).
1. Disproponsi sefalo pelvik 21 %
2. Gawat janin 14 %
3. Placenta previa 11 %
4. Pernah seksio sesaria 11 %
5. Kelainan letak 10 %
6. Pre eklamsi 7 %
Persalinan yang terjadi di ruang Obstetri RSU Pringsewu dari bulan Januari sampai April tahun 2004 ± berjumlah 139 orang dengan berbagai jenis persalinan diantaranya secara spontan, ekstraksi vakum, letak sungsang, KPD, preeklamsi dan seksio sesaria. Perawatan luka post seksio sesaria, memerlukan perhatian khusus agar terhindar dari infeksi, karena infeksi merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu, yaitu sekitar 20 % - 25 % (Manuaba, 1998).
Pada tahun 2002 pasien seksio sesaria di RKB RSU Pringsewu sebanyak 168 orang, yang terinfeksi ada 5 orang. Sedangkan untuk tahun 2004 ini dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei kejadian infeksi ada 4 porang dari 78 orang jumlah pasien yang dilakukan tindakan seksio sesaria (MR. RSU Pringsewu, 2004). Menurut Sarwono (1992), idealnya luka akan sembuh dengan baik bila dilakukan perawatan dan pengobatan yang sesuai dengan program. Akan tetapi ada beberapa faktor mempengaruhi penyembuhan luka, faktor-faktor tersebut secara umum adalah usia, paritas, gizi, perawatan terhadap luka pembedahan, penyakit berat, tehnik bedah yang tidak halus dan baik, kondisi mental ibu, terkontaminasinya sayatan dan pelaksanaan operasi. (Perawatan Penyakit Dalam dan Bedah, Pusdiklat Depkes RI)
Jika dalam masa perawatan post operatif per abdominal tidak terdapat proses infeksi, dengan demikian dari perawatan bisa diperpendek atau sesuai dengan waktu, sehingga klien bisa melakukan aktifitas lebih cepat tanpa gangguan yang banyak dan biaya perawatan dapat ditekan sekecil mungkin, dan pembedahan yang direncanakan akan lebih berhasil dari pada tindakan yang terpaksa dilakukan dalam keadaan darurat (Sarwono, 2001).
Atas dasar berbagai uraian tersebut di atas, maka penulis mencoba untuk memaparkan suatu penelitian dengan harapan hasilnya dapat merupakan masukan untuk perbaikan agar penyembuhan luka dapat diperpendek, dan infeksi dari luka bedah sayat SC dapat ditekan sekecil mungkin
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan “Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pada Pasien SC di RKB RSU Pringsewu pada bulan Mei 2004?”
C. Ruang Lingkup Penelitian
Di dalam penelitian ini yang menjadi ruang lingkup dari penelitian faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka bedah sayat pada pasien SC adalah sebagai berikut :
1. Subyek Penelitian : Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
pada pasien SC.
2. Obyek Penelitian : Pasien Post SC di Ruang Kebidanan RSU Pringsewu
3. Tempat Penelitian : Ruang Kebidanan RSU Pringsewu
4. Waktu Penelitian : Setelah proposal KTI ini disetujui.
D. Tujuan Penelitan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien SC di Ruang Kebidanan RSU Pringsewu.
2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya gambaram faktor usia yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien SC.
b. Diperolehnya gambaran faktor paritas yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien SC.
c. Diperolehnya gambaran faktor gizi yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien SC.
d. Diperolehnya gambaran faktor perawatan luka yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien SC.
e. Diperolehnya gambaran faktor penyakit yang diderita mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien SC.
f. Diperolehnya gambaran faktor jenis jahitan yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien SC.
g. Diperolehnya gambaran faktor indikasi SC yang mempengaruhi penyembuhan luka.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi tampat penelitan
Hasil penelitan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan yang bertugas diruang kebidanan RSU Pringsewu, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang perawatan pasien Post SC.
2. Manfaat bagi institusi pendidikan kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau masukan untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien SC.
3. Manfaat bagi peneliti
Sebagai penerapan dari perkuliahan metode penelitian yang didapat di Politeknik Kesehatan Program Study Kebidanan Metro.
0 comments:
Post a Comment