BANYAK persamaan yang terlihat pada pasangan suami istri, tentu tidak berarti tanpa perbedaan. Perbedaan karakter ini bahkan bisa saling menulari.
Kita akan berusaha mencari sebanyak mungkin persamaan dengan orang yang akan kita nikahi, tanpa mengelak dari perbedaan yang ada. Ketika orang lain melihat Anda dan pasangan punya karakter berbeda, adalah tantangan tersendiri untuk saling melengkapi. Sebagai contoh, pasangan yang pendiam dan cerewet.
"Orang pendiam bisa memilih pasangan yang ramai, karena menurut dia, pasangannya bisa menjadi spokeperson isi hati atau pikirannya. Begitu juga sebaliknya, orang yang cerewet pikir dia butuh berada di samping orang pendiam yang dianggap bisa menenangkan," kata psikolog Anna Surti Ariani Psi ketika dihubungi okezone, Selasa (29/11/2011).
Dalam perjalanan pernikahan kemudian, dikatakan psikolog yang akrab disapa Nina ini, pasangan suami istri bisa saling menulari, si cerewet bisa berubah pendiam, dan sebaliknya. Perubahan bisa terjadi dalam banyak aspek, misalnya karakter, kecepatan bereaksi, cara kita berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya.
Menurut Nina, perubahan ini biasanya dilandasi berbagai sebab. Pertama, usia; semakin tua, bentuk dan kekuatan fisik berubah, juga perubahan emosi, kognitif, pertimbangan moral, dan sebagainya. Kedua, tuntutan hidup; keadaan kala masih berdua tentu akan berubah ketika pasangan suami istri telah dikaruniai anak. Dan ketiga, pengaruh orang lain di sekitar keluarga atau dengan siapapun kita berinteraksi.
"Peristiwa apapun dalam kehidupan bisa mengubah kita secara pribadi," tegasnya.
Menikah, ditambahkan Nina, merupakan proses bagi pasangan untuk kembali saling mengenal, selain masa pacaran yang sudah dilewati. Selama proses pernikahan, entah berapa puluh tahun, kita ditantang untuk mengenal pasangan karena seumur hidup kita bisa berubah. Misalnya, ketika kita menikah usia 20-35 tahun atau usia dewasa muda, isu yang kita alami akan berbeda di usia kita 35-50 tahun atau di atas 50 tahun. Mulai dari adanya perbedaan fisik, perubahan kognitif, dan sebagainya.
"Dari yang sebelumnya cepat mengerti kalau diajak bicara menjadi agak lemot, tapi bijak karena banyak pertimbangan yang dipikirkan. Memang manusia terus-menerus berubah, untuk pasangan juga diri sendiri. Ketika ada anak, kita juga mulai menekan ego, menjadi lebih sabar, kita mengubah diri," tutupnya.
(tty)
0 comments:
Post a Comment