Rabu, 15 Februari 2012 | 12:06 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kurang tidur bisa menyebabkan dampak buruk lebih dari sekedar rasa lelah, yaitu munculnya penyakit Alzheimer. Peneliti dari Fakultas Kedokteran Washington University, St. Louis, memonitor pola tidur 100 orang sehat berusia 45-80 tahun dengan setengah dari mereka memiliki keluarga dengan riwayat Alzheimer.
Hasilnya, peneliti menemukan mereka yang terbangun lebih dari lima kali dalam satu jam lebih mungkin memiliki akumulasi plak amiloid dibanding dengan orang-orang dengan lebih sedikit gangguan tidur.
Plak protein amiloid adalah ciri penyakit Alzheimer, sebuah kondisi yang mempengaruhi setidaknya 5,4 juta orang Amerika. Penyakit ini merampas daya ingat pasien dan kemampuan penalaran. Ciri-ciri ini dapat dideteksi dengan scan otak dan tes cairan tulang belakang serta dapat muncul sebelum gejala Alzheimer mulai.
Studi menunjukkan bahwa 25 persen partisipan memiliki indikator praklinis penyakit Alzheimer dan peneliti menemukan bahwa orang-orang yang tidur kurang efisien lebih cenderung memiliki indikator untuk tahap awal Alzheimer daripada mereka yang tidur tanpa gangguan.
Sementara rata-rata waktu yang dihabiskan di tempat tidur adalah sekitar delapan jam, waktu rata-rata tidur mereka cuma 6,5 jam karena terbangun di malam hari. Orang-orang yang menghabiskan kurang dari 85 persen dari waktu mereka di tempat tidur benar-benar lebih cenderung memiliki ciri-ciri Alzheimer.
"Kami awalnya melihat durasi tidur, tapi tampaknya kualitas tidur lebih penting untuk hubungan asosiasi ini (kualitas tidur dan Alzheimer)," kata Dr. Yo-El Ju, peneliti dan asisten profesor di bidang neurologi. "Kami tidak tahu apakah awal Alzheimer menyebabkan kurang tidur atau sebaliknya," lanjut dia. Hasil studi ini akan dipresentasikan pada pertemuan tahunan American Academy of Neurology pada April mendatang di New Orleans.
HEALTH DAY/AMIRULLAH
0 comments:
Post a Comment