Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik Ibu di Puskesmas

iklan
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak seorang wanita memasuki kehidupan berkeluarga, padanya harus sudah tertanam suatu keyakinan : Saya harus menyusui bayi saya, karena menyusui adalah realisasi dari tugas yang wajar dan mulia dari seorang ibu. Di Indonesia terutama, di kota-kota besar, terlihat adanya tendensi penurunan pemberian ASI, yang dikhawatirkan akan meluas ke pedesaan. Adanya kecenderungan dari masyarakat untuk meniru sesuatu yang di anggap modern yang datang dari negara yang telah maju atau yang datang dari kota besar (Soetjiningsih, 2002 : 16).
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang baik harus menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh sumber daya manusia yang baik (Depkes RI, 1999).
Beberapa penelitian menyebutkan, angka kejadian diare dan kematian pada bayi jauh lebih tinggi pada bayi yang mengkonsumsi susu formula atau makanan pengganti ASI lainnya terutama di negara - negara miskin dan berkembang (http://www.blogdokter.net).
Di Afrika, 30% bayi meninggal sebelum umur satu tahun karena pemberian susu dengan air tidak bersih dan pengenceran yang salah, menurut salah seorang dokter dan Konsultan Neonatology RSCM, Prof Rulina Suradi, SpA(K) IBCLC (Anton Baskoro, 2008).
Angka kematian bayi dan angka kejadian kurang gizi masih tinggi di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulanginya, antara lain dengan cara melaksanakan “Breast Feeding”. Dengan harapan para petugas kesehatan atau mereka yang terkait memperoleh pengetahuan yang memadai, sehingga tidak ragu-ragu lagi dalam menggalakkan penggunaan ASI di masyarakat. Lebih-lebih dengan gencarnya promosi susu formula, maka pengetahuan tentang ASI dan laktasi harus benar-benar dipahami. Dengan demikian kita tidak akan mudah untuk menggantikan ASI dengan susu kaleng tanpa memperhatikan indikasi yang jelas.
Kehamilan merupakan anugrah dari Tuhan yang Maha Esa sedangkan kelahiran bayi merupakan momen yang paling menggembirakan bagi orang tua manapun. Bayi yang sehat dan memiliki lingkungan emosi dan fisik, nutrisi memainkan peran terpenting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi (penelitian, 2007).
Mempersiapkan ibu selama hamil untuk pemberian ASI Eksklusif. Baik nutrisi ataupun pengetahuan sangat memegang peranan penting untuk pemberian ASI Eksklusif. Pengalaman dalam penggunaan ASI selama 15 tahun menunjukan bahwa hambatan utama penggunaan ASI ternyata adalah kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI dan menyusui pada Ibu (Utami Roesli, 2002).
Bayi yang diberi susu selain ASI mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI (Depkes RI, 2002 : 2).
Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak saja memberikan kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif, serta perkembangan sosial yang lebih baik (ASI Eksklusif seri I).
Data di Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten .......... pada bulan Maret sampai Mei 2009, sebesar ... % Ibu belum memberikan bayi ASI Eksklusif ( data kesga Kab. .........., 2009 ).
Bidan merupakan mata rantai yang sangat penting karena kedudukannya sebagai ujung tombak dalam upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia melalui kemampuannya untuk memberikan KIE terhadap masyarakat, sehingga mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dan memberikan pendidikan salah satunya tentang cara pemberian ASI eksklusif (Manuaba, 2001 : 32).
ASI selain memberikan keuntungan bagi ibu dan anak, juga memberikan keuntungan bagi ekonomi keluarga dan lingkungan. Dengan pemberian ASI Eksklusif, kita dapat menghemat pengeluaran untuk membeli susu formula yang sebenarnya tidak lebih baik dari ASI (Anton Baskoro, 2008 : 25).
Bidan diharapkan mampu menunjukan pengetahuan, sikap dan perilaku profesional dalam memberikan pelayanan kebidanan khususnya mengenai masalah ASI eksklusif ini dan mau menerapkan pada anak kesayangannya. Namun sebagus apapun upaya tenaga kesehatan dalam hal ini bidan tentu saja sangat dipengaruhi oleh pemahaman dan tingkat pengetahuan ibu sendiri mengenai ASI eksklusif.
Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten ..........”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut di atas maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten ..........?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten ...........
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran karakteristik ibu hamil di Puskesmas ........
b. Diketahui gambaran pengetahuan ibu hamil di Puskesmas ........
c. Diketahui gambaran pengetahuan ibu hamil berdasarkan umur di Puskesmas ........
d. Diketahui pengetahuan ibu hamil berdasarkan pendidikan di Puskesmas ........
e. Diketahui pengetahuan berdasarkan gravida di Puskesmas ........

D. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten .......... diharapkan memiliki manfaat, yaitu :
1. Secara Teoritis
- Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai gambaran pengetahuan tentang ASI eksklusif pada ibu hamil berdasarkan karakteristik.
- Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
2. Secara Praktis
Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan KIA, khususnya dalam memberikan informasi tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini tentang gambaran pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif berdasarkan Karakteristik, dimana ruang lingkup penelitian dibatasi hanya pendidikan, dan gravida. Obyek penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Puskesmas ........ Kecamatan ........ Kabupaten ...........
Desain penelitian secara diskriptif dengan pendekatan cross sectional. Data yang digunakan data primer, dengan instrumen bantu kuesioner. Lokasi penelitian di Puskesmas ........, mulai dari bulan Mei 2009.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI PUSKESMAS
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik Ibu di Puskesmas

Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas

iklan
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak seorang wanita memasuki kehidupan berkeluarga, padanya harus sudah tertanam suatu keyakinan : Saya harus menyusui bayi saya, karena menyusui adalah realisasi dari tugas yang wajar dan mulia dari seorang ibu. Di Indonesia terutama, di kota-kota besar, terlihat adanya tendensi penurunan pemberian ASI, yang dikhawatirkan akan meluas ke pedesaan. Adanya kecenderungan dari masyarakat untuk meniru sesuatu yang di anggap modern yang datang dari negara yang telah maju atau yang datang dari kota besar (Soetjiningsih, 2002 : 16).
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang baik harus menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh sumber daya manusia yang baik (Depkes RI, 1999).
Beberapa penelitian menyebutkan, angka kejadian diare dan kematian pada bayi jauh lebih tinggi pada bayi yang mengkonsumsi susu formula atau makanan pengganti ASI lainnya terutama di negara - negara miskin dan berkembang (www.askep-askeb-kita.blogspot.com).
Di Afrika, 30% bayi meninggal sebelum umur satu tahun karena pemberian susu dengan air tidak bersih dan pengenceran yang salah, menurut salah seorang dokter dan Konsultan Neonatology RSCM, Prof Rulina Suradi, SpA(K) IBCLC (Anton Baskoro, 2008).
Angka kematian bayi dan angka kejadian kurang gizi masih tinggi di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulanginya, antara lain dengan cara melaksanakan “Breast Feeding”. Dengan harapan para petugas kesehatan atau mereka yang terkait memperoleh pengetahuan yang memadai, sehingga tidak ragu-ragu lagi dalam menggalakkan penggunaan ASI di masyarakat. Lebih-lebih dengan gencarnya promosi susu formula, maka pengetahuan tentang ASI dan laktasi harus benar-benar dipahami. Dengan demikian kita tidak akan mudah untuk menggantikan ASI dengan susu kaleng tanpa memperhatikan indikasi yang jelas.
Kehamilan merupakan anugrah dari Tuhan yang Maha Esa sedangkan kelahiran bayi merupakan momen yang paling menggembirakan bagi orang tua manapun. Bayi yang sehat dan memiliki lingkungan emosi dan fisik, nutrisi memainkan peran terpenting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi (penelitian, 2007).
Mempersiapkan ibu selama hamil untuk pemberian ASI Eksklusif. Baik nutrisi ataupun pengetahuan sangat memegang peranan penting untuk pemberian ASI Eksklusif. Pengalaman dalam penggunaan ASI selama 15 tahun menunjukan bahwa hambatan utama penggunaan ASI ternyata adalah kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI dan menyusui pada Ibu (Utami Roesli, 2002).
Bayi yang diberi susu selain ASI mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan ASI (Depkes RI, 2002 : 2).
Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak saja memberikan kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif, serta perkembangan sosial yang lebih baik (ASI Eksklusif seri I).
Data di Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ......... pada bulan September sampai Oktober 2009, sebesar ... % Ibu belum memberikan bayi ASI Eksklusif ( data kesga Kab. ........., 2009 ).
Bidan merupakan mata rantai yang sangat penting karena kedudukannya sebagai ujung tombak dalam upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia melalui kemampuannya untuk memberikan KIE terhadap masyarakat, sehingga mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dan memberikan pendidikan salah satunya tentang cara pemberian ASI eksklusif (Manuaba, 2001 : 32).
ASI selain memberikan keuntungan bagi ibu dan anak, juga memberikan keuntungan bagi ekonomi keluarga dan lingkungan. Dengan pemberian ASI Eksklusif, kita dapat menghemat pengeluaran untuk membeli susu formula yang sebenarnya tidak lebih baik dari ASI (Anton Baskoro, 2008 : 25).
Bidan diharapkan mampu menunjukan pengetahuan, sikap dan perilaku profesional dalam memberikan pelayanan kebidanan khususnya mengenai masalah ASI eksklusif ini dan mau menerapkan pada anak kesayangannya. Namun sebagus apapun upaya tenaga kesehatan dalam hal ini bidan tentu saja sangat dipengaruhi oleh pemahaman dan tingkat pengetahuan ibu sendiri mengenai ASI eksklusif.
Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, “Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten .........”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut di atas maka penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimana Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten .........?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ..........
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran karakteristik ibu hamil di Puskesmas .......
b. Diketahui gambaran pengetahuan ibu hamil di Puskesmas .......
c. Diketahui gambaran pengetahuan ibu hamil berdasarkan umur di Puskesmas .......
d. Diketahui pengetahuan ibu hamil berdasarkan pendidikan di Puskesmas .......
e. Diketahui pengetahuan berdasarkan gravida di Puskesmas .......

D. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ......... diharapkan memiliki manfaat, yaitu :
1. Secara Teoritis
- Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai gambaran pengetahuan tentang ASI eksklusif pada ibu hamil berdasarkan karakteristik.
- Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
2. Secara Praktis
Dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan kualitas pelayanan KIA, khususnya dalam memberikan informasi tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi.

E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini tentang gambaran pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif berdasarkan Karakteristik, dimana ruang lingkup penelitian dibatasi hanya pendidikan, dan gravida. Obyek penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Puskesmas ....... Kecamatan ....... Kabupaten ..........
Desain penelitian secara diskriptif dengan pendekatan cross sectional. Data yang digunakan data primer, dengan instrumen bantu kuesioner. Lokasi penelitian di Puskesmas ......., mulai dari bulan September 2009.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI PUSKESMAS
(isi: Daftar Isi; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)
Baca Selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas

Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia dengan Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Zat Besi di Desa

iklan
KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEPATUHAN IBU HAMIL MEMINUM TABLET ZAT BESI DI DESA

Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Zat Besi
xiii + 51 halaman + 7 tabel + 2 gambar +10 lampiran

ABSTRAK

Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang umum karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat bes di BPS Alamanda ............ ............. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional
Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah ibu hamil di Desa ............ dengan jumlah 30 orang. Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah kuisioner. Analisis data menggunakan uji korelasi Kendal Tau.
Hasil penelitian didapatkan responden yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi tentang anemia sebesar 16 orang (53,3%), tingkat pengetahuan sedang sebesar 10 orang (33,3%) dan tingkat pengetahuan rendah sebesar 4 orang (13,3%). Responden yang patuh meminum tablet zat besi ada 21 orang (70,0%) dan tidak patuh meminum tablet zat besi ada 9 orang (30,0%). Adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan ibu hamil dalam meminum tablet zat besi (p value = 0,014  0,05).
Disarankan kepada ibu hamil hendaknya memperhatikan kesehatan dirinya dengan makan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi suplemen zat besi untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam tubuh serta ibu hamil diharapkan tidak mengkonsumsi kopi dan teh setelah dan atau bersamaan dengan minum tablet zat besi karena akan menghambat zat besi dalam tubuh.

Kata kunci : pengetahuan, kepatuhan meminum tablet zat besi
Daftar pustaka : 19 referensi (1998 – 2008)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang umum karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia hamil disebut ”Potensial danger of mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkaIt dalam pelayanan kesehatan pada hari terdepan (Manuaba, 1998). Menurut WHO 4% kematian para ibu di negara yang sedang berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia disebabkan oleh definisi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi (Sarwono, 2000).
Dari hasil pemeriksaan 640 ibu hamil terdapat 500 ibu hamil yang mengatakan tidak rutin meminum tablet zat besi, anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh yang kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun dalam nifas. Berbagai penyakit dapat timbul akibat anemia seperti abortus, partus prematur, partus lama, akibat insersi uteri, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi baik intra partum maupun post partum (Manuaba, 2001).
Dalam mengatasi masalah anemia pada ibu hamil dinas kesehatan propinsi Jawa Tengah mempunyai program suplementasi tablet tambah darah yang bisa didapatkan di Puskesmas daerah. Tablet tambah darah dapat menghindari anemia besi dan anemia asam folat. Pada ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi tablet zat besi minimal 90 tablet selama hamil. Pada beberapa ibu hamil, zat besi yang terkandung dalam vitamin kehamilan bisa menyebabkan sembelit atau diare.
Diseluruh dunia frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20% karena defisiensi makanan memegang peranan yang sangat penting dalam timbulnya anemia maka dapat difahami bahwa frekuensi itu lebih tinggi lagi di negara-negara yang sedang maju.
Di BPS Alamanda Ny. Heni parjiman, ibu hamil selalu diberikan tablet Fe setiap ANC namun sebagian besar dari mereka belum mengetahui pentingnya mengkonsumsi tablet Fe sehingga terjadi ketidakpatuhan ibu hamil untuk meminum tablet Fe.
Kebutuhan zat besi ibu selama kehamilan adalah 800 mg besi diantaranya 300 mg untuk janin plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu, untuk itulah ibu hamil membutuhkan 2-3 mg zat besi tiap hari (Manuaba, 2001).
Secara umum, ketidak patuhan dapat menyebabkan meningkatnya resiko berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk kesakitan yang sedang diderita. Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20% opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidakpatuhan pasien terhadap aturan pengobatan. Ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi dapat mencerminkan seberapa besar peluang untuk terkena anemia. Pemberian informasi tentang anemia akan bertambah. Pengetahuan mereka tentang anemia, karena pengetahuan memegang peranan yang sangat penting sehingga ibu hamil patuh meminum zat besi.
Menurut BKKBN (2001) pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan khususnya anemia akan berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil pada pelaksanaan program pencegahan anemia, sikap tersebut dapat berupa tanggapan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dibuat suatu rumusan permasalahan sebagai berikut ”Adakah hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi di BPS Alamanda langensasri .............
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil di BPS Alamanda.
b. Mengetahui kepatuhan ibu hamil dalam meminum tablet zat besi di BPS Alamanda .............
c. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan meminum tablet zat besi di BPS Alamanda .............
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi
Sebagai pedoman bagi mahasiswa dalam meningkatkan pembelajaran tentang anemia.
2. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan tentang metode penelitian yang telah diperoleh selama perkuliahan.
3. Bagi Bidan
a. Menambah infromasi tentang pentingnya pemberian tablet besi pada Ibu hamil.
b. Menambah informasi dan pengetahuan tentang cara mencegah terjadinya anemia.
c. Menambah pengetahuan tentang penyebab terjadinya ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi.
4. Bagi Ibu Hamil
Menambah informasi dan pengetahuan kepada para ibu hamil tentang resiko anemia sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet zat besi sesuai anjuran tenaga kesehatan, yaitu minimal dapat mencegah terjadinya kekurangan zat besi.
silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEPATUHAN IBU HAMIL MEMINUM TABLET ZAT BESI DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
Baca Selengkapnya - Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia dengan Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Zat Besi di Desa

Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan tentang Tanda Bahaya pada Kehamilan Trimester III di Puskesmas

iklan
KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN TRIMESTER III DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan ibu dan anak amat menentukan untuk tercapainya kualitas hidup yang baik pada keluarga dan masyarakat. Dewasa ini, kita dihadapkan pada masih tingginya angka kematian ibu dan kematian anak dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN yang menuntut tenaga kesehatan terutama di bidang kebidanan, agar mampu berkontribusi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan dalam siklus kehidupan seorang perempuan karena sepanjang masa kehamilannya dapat terjadi komplikasi yang tidak diharapkan . ( Salmah et al , 2006 ).
Kehamilan dan melahirkan menimbulkan risiko kesehatan yang besar, termasuk bagi perempuan yang tidak mempunyai masalah kesehatan sebelumnya. Kira-kira 40 % ibu hamil mengalami masalah kesehatan berkaitan dengan kehamilan dan 15 % dari semua ibu hamil menderita komplikasi jangka panjang yang mengancam jiwa bahkan sampai menimbulkan kematian. ( Wiknjosastro, 2002 ).
AKI sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang paling utama. Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di Negara berkembang. Di Negara miskin sekitar 25 % - 50 % kematian WUS ( Wanita Usia Subur ) disebabkan oleh hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan.
Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktifitasnya ( Saifudin et al, 2002 ; 2 )
Penyebab kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan , preeklampsi / eklampsi dan infeksi ( Wiknjosastro, 2002 ). Kematian ibu juga diwarnai oleh hal-hal nonteknis yang masuk kategori penyebab mendasar seperti rendahnya status wanita, ketidakberdayaannya dan taraf pendidikan rendah ( Saifudin et al 2002 ; 6 ). Nampaknya kondisi diatas dipengaruhi pula oleh kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai komplikasi / penyulit pada masa kehamilan ( Wiknjosastro , 2002 )
WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Di Asia selatan, wanita berkemungkinan 1:18 meninggal akibat kehamilan atau persalinan selama kehidupannya. Lebih dari 50 % kematian di Negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta biaya relatif rendah ( Saifudin et al ,2002 ; 3 )
Jumlah kematian ibu di Kabupaten ......... selama tahun 2008 adalah 65 orang dari 43.434 lahir hidup. Kematian ibu akibat perdarahan 16 orang, eklampsi 13 orang, infeksi 3 orang, lain- lain 33 orang ( Dinkes, 2008 ).
Pemerintah Indonesia sangat serius dalam menekan AKI dan AKB yang mempunyai target tahun 2010 menurunkan AKI menjadi 150/100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 15/ 1000 kelahiran hidup dengan menggunakan progam MPS ( Making Pregnancy Safe ) melalui tiga pesan kunci yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat dan setiap Wanita Usia Subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran ( Dirjen Binmas Depkes 2001)
Pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan sangat membantu menurunkan AKI, karena dengan mengetahui tanda bahaya pada kehamilan seorang ibu hamil akan lebih cepat mencari tempat pelayanan kesehatan sehingga risiko pada kehamilan akan dapat terdeteksi dan tertangani lebih dini. Di Puskesmas ............ sendiri pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya pada kehamilan masih kurang, sehingga risiko pada kehamilan tidak dapat terdeteksi dan tertangani lebih dini.
Berdasarkan studi pendahuluan, walaupun ibu hamil sudah mendapatkan buku KIA yang salah satu halamannya berisi pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan, namun pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya pada kehamilan masih kurang karena faktor pendidikan juga dianggap berpengaruh pada kemampuan ibu hamil untuk membaca dan memahami isi dari buku KIA. Dari 5 bidan yang ada di puskesmas ............, tidak semua bidan memberikan pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan dengan alasan jumlah ibu hamil yang periksa banyak dan memerlukan waktu yang lama sehingga tidak semua ibu hamil mendapatkan penjelasan dan mengetahui tentang tanda bahaya pada kehamilan
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil Dengan Pengetahuan Tentang Tanda Bahaya Pada Kehamilan Trimester III Di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ......... .

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas , maka penulis menemukan masalah sebagai berikut : Adakah Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil Dengan Pengetahuan Tentang Tanda Bahaya Pada Kehamilan Trimester III Di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ......... ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :
Untuk mengetahui hubungan karakteristik ibu hamil dengan pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ..........
2. Tujuan khusus :
a. Untuk mengetahui hubungan umur ibu hamil dengan pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ..........
b. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ..........
c. Untuk mengetahui hubungan paritas ibu dengan pengetahuan tentang tanda
bahaya pada kehamilan trimeseter III di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ..........

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis :
Sebagai bahan informasi yang dapat dimanfaatkan oleh Puskesmas untuk membantu program KIA dalam menurunkan AKI dengan mengenalkan tanda bahaya pada kehamilan sehingga risiko pada kehamilan dapat terdeteksi dan tertangani sedini mungkin.
2. Manfaat Teoritis :
a. Sebagai upaya memberikan pengalaman dalam menerapkan ilmu pengetahuan
b. Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang tanda bahaya pada
kehamilan trimester III.
c. Sebagai bahan perbandingan penelitian selanjutnya , dokumentasi dan sebagai
tambahan pustaka.

E. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan pada ibu hamil untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III karena tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III masih kurang dan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara karakteristik ibu hamil dengan pengetahuan tentang tanda bahaya pada kehamilan trimester III di Puskesmas ............ Kecamatan ........ Kabupaten ......... pada tanggal 30 Maret – 23 Mei 2009. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan Cross Sectional.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN TRIMESTER III DI PUSKESMAS
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)
Baca Selengkapnya - Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan tentang Tanda Bahaya pada Kehamilan Trimester III di Puskesmas

Hubungan Antara Persalinan Seksio Sesarea Dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

iklan
KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN SEKSIO SESAREA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pertolongan operasi persalinan merupakan tindakan dengan tujuan untuk menyelamatkan ibu maupun bayi. Bahaya persalinan operasi masih tetap mengancam sehingga perawatan setelah operasi memerlukan perhatian untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ( I.G.B. Manuaba, 1998 ).
Persalinan seksio sesarea dilakukan pada faktor kehamilan dengan risiko tinggi sehingga persalinan tersebut mengakibatkan gangguan pada janin atau bayi baru lahir, dan juga perlu di ingat tindakan seksio sesarea dilakukan baik untuk kepentingan ibu maupun anak, oleh sebab itu seksio sesarea tidak dilakukan kecuali dalam keadaan terpaksa.
Melakukan bedah caesar untuk persalinan merupakan fenomena yang saat ini meluas di kota-kota besar di Indonesia. Beragam alasan melatarbelakangi semakin banyaknya ibu yang memilih persalinan dengan bedah caesar. Dr. Andon Hestiantoro SpOG ( K ) dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM menjelaskan bahwa persalinan caesar di rumah sakit pemerintah saat ini sekitar 11 – 15 % sementara di rumah sakit swasta dapat mencapai 30 – 40 %. Mengingat hal tersebut maka dalam melakukan tindakan operasi diperhatikan pedoman “primum non norece “ yaitu artinya operasi tersebut tidak menambah beratnya penderitaan dan cacat baik bagi ibu maupun bayinya ( I.G.B, Manuaba, 1996 ).
Karena persalinan dengan bedah caesar sangat tinggi risikonya terhadap bayi baru lahir yaitu kematian bayi, risiko gangguan pernafasan bayi, risiko trauma bayi dan risiko gangguan otak. Risiko yang dialami bayi baru lahir terkait persalinan dengan caesar adalah 3,5 kali lebih besar dibandingkan dengan persalinan normal ( Dr. Andon Hestiantoro SpOG ( K ) dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM
Menurut Anne Hansen dari Aarhus University Hospital, Denmark, mengatakan bahwa bayi yang lahir dengan seksio sesarea memiliki risiko lebih tinggi pada sistem pernafasan kemungkinan berkaitan dengan perubahan fisiologi akibat proses kelahiran. Proses kelahiran dengan seksio sesarea memicu pengeluaran hormon stres pada ibu yang diperkirakan menjadi kunci pematangan paru-paru bayi yang terisi air sehingga bayi lahir mengalami asfiksia. Asfiksia sendiri adalah kegagalan bayi untuk bernafas dan mempertahankannya. Selain dapat menimbulkan kematian, jika terlambat ditangani asfiksia bisa mengakibatkan cacat seumur hidup seperti buta, tuli, dan cacat oatak.
Menurut dr. Wayan Retayasa, SpA (K) dari RS Wangaya Bali,Angka Kematian Bayi akibat asfiksia di tingkat nasional berkisar 3 % dari 100 juta bayi yang lahir di negara berkembang sehingga perlu penanganan yang benar agar tidak menimbulkan kecacatan bayi dan gangguan pada tumbuh kembangnya di kemudian hari. Sementara sekitar 900.000 bayi di Indonesia lahir dengan asfiksia dan merupakan penyebab nomor dua kematian bayi. Sedangkan berdasarkan presentasi dari tim DTPS-KIBBLA kota .......... tertera gambaran singkat mengenai AKB, dimana AKB terdapat 32 kasus yaitu 16 kasus dikarenakan asfiksia, 1 kasus karena tetanus neonatorum, 2 kasus infeksi dan 13 kasus sisanya karena berbagai macam faktor. Menurut Helen Varney 2007, kejadian asfiksia pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya adalah dari faktor persalinan dengan tindakan yaitu persalinan dengan seksio sesarea. Hansen dan koleganya mempublikasikan British Medical Journal Online 11 desember 2007, yang meneliti lebih dari 34.000 kelahiran di Denmark. Mereka menemukan hampir 4 kali peningkatan risiko kesulitan bernafas pada bayi-bayi yang dilahirkan secara seksio sesarea. Sedangkan menurut Helen Varney 2007, neonatus yang dilahirkan dengan seksio sesarea, terutama jika tidak ada tanda persalinan, tidak mendapatkan manfaat dari pengeluaran cairan paru dan penekanan pada toraks sehingga mengalami gangguan pernafasan yang lebih persistan. Kompresi toraks janin pada persalinan kala II mendorong cairan untuk keluar dari saluran pernafasan. Sander 1978 menemukan bahwa tekanan yang agak besar seiring dengan ditimbulkan oleh kompresi dada pada kelahiran pervaginam dan di perkirakan bahwa cairan paru-paru yang didorong setara dengan seperempat kapasitas residual fungsional. Jadi, pada bayi yang lahir dengan seksio sesarea mengandung cairan lebih banyak dan udara lebih sedikit di dalam parunya selama 6 jam pertama setelah lahir ( Milner dkk, 1978 ). Kompresi toraks yang menyertai kelahiran pervagainam dan ekspansi yang mengikuti kelahiran, mungkin merupakan suatu faktor penyokong pada inisiasi respirasi ( Obstetri Williams edisi 21, 2005 ).
Dari studi pendahuluan Di Rumah Sakit ................. pada tahun 2005 terdapat 741 bayi yang dilahirkan dengan persalinan seksio sesarea. Dari persalinan seksio sesarea terdapat 39 bayi yang mengalami asfiksia. Sedangkan periode bulan Agustus sampai September 2009 terdapat 184 kelahiran, dimana kelahiran seksio sesarea sebanyak 130 kelahiran dan 52 kelahiran normal sedangkan sisanya kelahiran dengan tindakan vacum. Dari 130 kelahiran dengan cara seksio sesarea terdapat 8 bayi yang mengalami gangguan pernafasan sedangkan pada 52 kelahiran normal terdapat 2 bayi yang mengalami gangguan sistem pernafasan.
Bila dilihat dari angka kejadian diatas, asfiksia pada bayi baru lahir masih cukup tinggi, dimana kejadian asfiksia tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor persalinan dengan tindakan yaitu dengan seksio sesarea. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persalinan seksio sesarea dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah “ Adakah hubungan antara kelahiran seksio sesarea dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir ?”.

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara kelahiran seksio sesarea dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di Rumah Sakit ..................
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi kejadian persalinan seksio sesarea di RS. .................
1.3.2.2 Mengidentifikasi kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RS. .................
1.3.2.3 Menganalisa hubungan antara persalinan seksio sesarea dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RS. .................

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat
dan berkepentingan.
1.4.1 Bagi Peneliti
Untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan mutu pelayanan dalam penanganan bayi risiko tinggi, terutama penanganan asfiksia yang disebabkan karena persalinan dengan seksio sesarea yang merupakan penerapan ilmu dari materi kuliah yang sudah didapatkan serta merupakan pengalaman pertama dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
1.4.2 Bagi Profesi
Untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan mutu pelayanan dalam penanganan bayi risiko tinggi, terutama penanganan asfiksia yang disebabkan karena persalinan seksio sesarea.
1.4.3 Bagi IPTEK
Menambah kajian dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak khususnya Neonatologi serta memacu untuk penemuan tehnik penanganan dan perawatan pada bayi yang lahir yang lebih efektif dan efisien.
1.4.4 Bagi Masyarakat
Diharapkan dengan adanya penelitian ini masyarakat bisa memahami tentang bahaya dari asfiksia pada bayi baru lahir serta memahami proses masa transisi bayi setelah proses persalinan khususnya persalinan dengan seksio sesarea.

1.5 Sistematika Penulisan
Bab 1 : Menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan
Bab 2 : Menguraikan tentang tinjauan pustaka, konsep dasar seksio sesarea dan konsep dasar asfiksia pada bayi baru lahir
Bab 3 : Menguraikan tentang kerangka konseptual dan hipotesis
Bab 4 : Menguraikan tentang jenis dan rancang bangun penelitian, kerangka kerja, lokasi penelitian, waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian.
Bab 5 : Menguraikan tentang hasil penelitian, analisis hasil penelitian dan pembahasan
Bab 6 : Menguraikan tentang simpulan dan saran
Daftar Puataka

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN SEKSIO SESAREA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)
Baca Selengkapnya - Hubungan Antara Persalinan Seksio Sesarea Dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan Manfaat Tablet Zat Besi di Wilayah UPT Puskesmas

iklan
KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN MANFAAT TABLET ZAT BESI DI WILAYAH UPTD PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 Bab III Pasal 3 :66).
Visi Indonesia sehat 2010 adalah bahwa masyarakat bangsa dan negara ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, salah satu indikator derajat kesehatan tersebut adalah angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Kondisi derajat kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini masih memprihatinkan, antara lain ditandai dengan masih tingginya AKI dan AKB. Berdasarkan SDKI Tahun 2002, AKI di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara-negara maju yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup, demikian dengan AKB menunjukkan angka yang masih tinggi yaitu 35 per 1.000 kelahiran hidup, angka tersebut masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Depertemen Kesehatan RI, 2004).
Menurut hasil perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat Tahun 2005, Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Barat masih tinggi yaitu sebesar 321,15 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka kematian Bayi (AKB) sebesar 43,83 per 1000 kelahiran hidup (Depertemen Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2004). Di Kabupaten ............ jumlah kematian ibu tahun 2006 sebesar 28 orang dan kematian bayi sebesar 470 orang, salah satu penyebab atau faktor tidak langsung kematian ibu tersebut adalah karena anemia pada ibu hamil.
Menurut WHO kejadian anemia dalam kehamilan berkisar antara 20% sampai 89%, bila mengacu pada definisi WHO (1972) dengan menetapkan Hb 11 gr% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan sebagaian besar karena kekurangan zat besi.
Pengaruh anemia pada kehamilan bisa mengakibatkan terjadinya abortus, partus prematurus dan jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 6 gram% bisa terjadi dekompensasi kordis, dalam persalinan bisa terjadi partus lama karena inersia uteri, dalam nifas bisa terjadi perdarahan post partum karena atonia uteri, syok dan infeksi (Manuaba, 2001).
Kebutuhan zat besi ibu selama kehamilan adalah 800 mg, diantaranya 300 mg untuk janin, plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu, dengan demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg zat besi per hari (Prawirohardjo, 2002). Melihat besarnya manfaat zat besi untuk mencegah anemia pada kehamilan dimana bila terjadi anemia bisa berdampak buruk bagi ibu serta janin yang dikandungnya, maka semua ibu hamil perlu pengetahuan yang memadai tentang manfaat zat besi ini.
Menurut laporan kesehatan ibu dan anak pada bulan Januari-April Tahun 2007 di UPTD Puskesmas .......... jumlah ibu hamil 202, sedangkan ibu hamil yang anemia berjumlah 26 orang. Dari 10 ibu hamil yang anemia yang dilakukan wawancara terdapat 3 ibu hamil yang mengatakan tidak rutin meminum tablet zat besi dan belum mengetahui manfaat dari tablet zat besi.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam penelitian tentang “Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan Manfaat Tablet Zat Besi di Wilayah UPTD Puskesmas .......... Tahun 2007.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah “Belum diketahuinya hubungan karakteristik ibu dengan pengetahuan manfaat tablet zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007”.
Dalam rumusan masalah tersebut maka pertanyaan penelitian adalah “Apakah ada hubungan karakteristik ibu dengan pengetahuan manfaat zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007”.

1.3 Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada hubungan karakteristik ibu dengan pengetahuan manfaat zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian adalah untuk diketahuinya hubungan karakteristik ibu dengan pengetahuan manfaat tablet zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007.

1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang manfaat tablet zat besi bagi kehamilan berdasarkan umur, pekerjaan,dan pendidikan.
1.4.2.2 Diketahuinya hubungan umur dengan pengetahuan manfaat tablet zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007.
1.4.2.3 Diketahuinya hubungan pendidikan dengan pengetahuan manfaat tablet zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007.
1.4.2.4 Diketahuinya hubungan pekerjaan dengan pengetahuan manfaat tablet zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan sejauh mana ibu hamil memanfaatkan tablet zat besi dan memberikan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat ke dalam kondisi nyata di lapangan.
1.5.2 Bagi Institusi
Dapat meningkatkan pelayanan penyuluhan dan motivasi pada ibu hamil tentang pentingnya mengkonsumsi tablet zat besi dan sebagai dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian sejenis.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Meningkatkan pemahaman masyarakat khususnya ibu hamil dalam pentingnya mengkonsumsi tablet zat besi selama kehamilan.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN MANFAAT TABLET ZAT BESI DI WILAYAH UPTD PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
Baca Selengkapnya - Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan Manfaat Tablet Zat Besi di Wilayah UPT Puskesmas

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi

iklan
KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN
PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Program KB di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1965 yang disponsori oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
(Majalah Bidan, 2004).
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Dengan melakukan konseling yang berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Disamping itu dapat membuat klien merasa lebih puas. Konseling yang baik juga akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB.
( Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2003 )
Keluarga berencana ( KB ) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Untuk optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Peningkatan dan perluasaan pelayanan KB merupakan salah satu usaha untuk kehamilan yang dialami oleh wanita.
( http : // www.puslitbang.com / situasi 10 juli 2007 )
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi. Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada.
( Ilmu Kandungan, 2005 )
Gerakan KB Nasional Indonesia telah berumur panjang sejak tahun 1970 dan masyarakat dunia telah menganggap Indonesia telah berhasil menurunkan angka kelahiran dengan bermakna.
(Manuaba , 1998).
KB menurut WHO dalam Hartanto 2004 adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Metode suntikan KB telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai suntikan KB oleh karena aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pada pasca persalinan (Manuaba, 1998).
Prevalensi KB menurut alat atau cara KB berdasarkan hasil mini survey peserta aktif tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi KB di Indonesia adalah 66,2%. Alat atau cara KB yang dominan dipakai adalah suntikan (34%), pil (17%) IUD (7%), implan (4%), MOW (2,6%), MOP (0,3%) Kondom (0,6 %)
http://www.google.com ( situasi 12 juli 2007).
Prevalensi kesertaan ber-KB di Gresik, Jawa Timur, masih tinggi (77,11%). Alat kontrasepsi yang dominan digunakan adalah suntik 101.931 akseptor, pada tahun 2006 jumlah akseptor KB suntik di kabupaten Gresik mencapai 28.655 akseptor. Ini berarti sekitar 110,43 % dari pencapaian perkiraan permintaan masyarakat.
http://www.google.com (situasi 5 Agustus 2008 )

I.2 Identifikasi Masalah
BPS Ny. Nurul Azizah, Amd.Keb. Jl. Kupang Krajan no.33 ............. di BPS ini melayani ANC, KB, Persalinan, Imunisasi, Anak Sakit. BPS ini didirikan pada tahun 1997. Dimana masyarakatnya mayoritas berpendidikan SD, SMP, SMA dan sebagian ada yang PT, dan mayoritas bekerja sebagai pengrajin, buruh, dan sebagian sebagai PNS, masyarakatnya 100% beragama Islam, pendidikan yang rendah berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan terutama pengetahuan yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi.
Dari data di BPS. Ny. Nurul Azizah,Amd.Keb. Jl. Kupang Krajan no.33 ............ dari bulan Desember – Januari tahun 2009 terdapat 203 akseptor KB suntik dengan jumlah pemakaian alat kontrasepsi suntik KB 1 bulan 98 (48,27%) akseptor dan suntik KB 3 bulan 105 (51,72%) akseptor.
Dari survey awal yang dilakukan terhadap 10 responden terdapat 7 (70%) responden yang berpengetahuan kurang dan 3 (30%) responden yang berpengetahuan cukup tentang pemilihan alat kontrasepsi, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

1.3 Pembatasan dan Rumusan Masalah
1.3.1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, dan banyaknya alat atau cara pemilihan alat kontrasepsi. Karena mengingat adanya keterbatasan waktu, maka peneliti membatasi penelitian pada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi.
1.3.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas maka peneliti menetapkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)

Baca Selengkapnya - Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Risiko Persalinan Dg Sikap Ibu Hamil Memilih Persalinan Secara Sectio Caesaria

iklan
KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RISIKO PERSALINAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL MEMILIH PERSALINAN SECARA SECTIO CAESAREA

ABSTRAK

Masa lalu, melahirkan secara sectio caesaria menjadi hal yang menakutkan karena berisiko kematian. Saat ini proses melahirkan secara sectio caesaria di duga bukan karena indikasi medis, namun dipicu oleh faktor non medis. Angka kesakitan dan kematian lebih tinggi pada persalinan sectio caesaria dibanding persalinan normal, karena ada peningkatan risiko yang berhubungan dengan proses persalinan sampai pada keputusan dilakukannya sectio caesaria.
Penelitian dilakukan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan sikap ibu hamil memilih persalinan secara sectio caesaria di RS Bunda .............
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional, berdasarkan waktunya penelitian ini dikelompokkan dalam penelitian cross sectional, sedangkan menurut analisa data penelitian ini merupakan deskriptif analitik yaitu mendiskripsikan / menggambarkan ada atau tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang risiko persalinan dengan keputusan memilih persalinan secara sectio caesaria .sampel yang digunakan ada 30 sampel ibu hamil yang diambil dengan menggunakan metode simple random sampling.
Dari analisa data didapatkan sebagian besar ibu hamil pengetahuannya baik( 66,7 % ) dan sebagian besar ibu hamil yang berpengetahuan baik lebih memlih persalinan normal ( 63,3 % ) bila dibandingkan dengan persalinan sectio caesaria. Dan ternyata didapatkan adanya hubungan yang bermakna antar pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan dengan sukap ibu hamil memilih persalinan secara sectio caesaria.
Kesimpulan yang dapat ditarik pengetahuan ibu hamil sangat penting untuk dapat menentukan proses persalinan yang tepat, karena semakin baik pengetahuan ibu tentang risiko persalinan semakin besar pula sikap ibu untuk memilih persalinan normal yang risikonya lebih rendah dari persalinan sectio caesaria
Kata Kunci : Pengetahuan, Risiko Persalinan, Sikap Ibu Hamil

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Melahirkan merupakan puncak peristiwa dari serangkaian proses kehamilan. Oleh karena itu, banyak wanita hamil merasa khawatir, cemas dan gelisah menanti saat kelahiran tiba. Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi yang sempurna. Seperti yang telah diketahui, ada dua cara persalinan yaitu persalinan pervaginam yang lebih dikenal dengan persalinan normal atau alami dan persalinan dengan operasi Caesar dapat disebut juga dengan bedah sesar atau sectio caesaria, yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut ( kasdu, 2003 )
Pada masa lalu, melahirkan dengan sectio caesaria menjadi hal yang menakutkan karena berisiko kematian. Oleh karena itu, pembedahan hanya dilakukan jika persalinan normal dapat membahayakan ibu dan janinnya. Seiring dengan berjalannya waktu serta berkembangnya kecanggihan bidang ilmu kedokteran kebidanan, pandangan tersebut kemudian bergeser. Kini sectio caesaria kadang menjadi alternatif persalinan tanpa pertimbangan medis. Bahkan bagi sekelompok orang, sectio caesaria dianggap sebagai alternatif persalinan yang mudah dan nyaman. Anggapan ini membuat mereka memilih persalinan secara sectio caesaria daripada persalinan alamiah, meskipun tanpa indikasi medis. ( kasdu, 2003)
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang sesuatu hal, maka ia akan cenderung mengambil keputusan yang lebih tepat berkaitan dengan masalah tersebut dibandingkan dengan mereka yang pengetahuannya rendah ( permata, 2002 ). Ibu hamil dalam merencanakan proses persalinannya memerlukan suatu informasi yang benar, sehingga ibu mempunyai gambaran tentang kehamilan serta proses persalinan. Dari informasi dan gambran tersebut, diharapkan ibu lebih siap dalam menghadapi proses persalinan manapun. Pengetahuan ibu tentang keadaan kehamilan dan persalinan yang akan dilakukan, memungkinkan untuk mempersiapkan fisik dan mental, sehingga ibu dapat memilih proses persalinan yang tepat dan aman.
Saat ini persalinan dengan sectio caesaria bukan hal yang baru lagi bagi para ibu dan golongan ekonomi menengah keatas. Hal ini terbukti meningkatnya angka persalinan dengan sectio caesaria di Indonesia dari 5% menjadi 20% dalam 20 tahun terakhir. Dan tercatat dari 17.665 angka kelahiran terdapat 35.7% - 55.3% ibu melahirkan dengan proses sectio caesaria (kasdu, 2003). Peningkatan persalinan dengan sectio caesaria ini disebabkan karena berkembangnya indikasi dan makin kecilnya risiko dan mortalitas pada sectio caesaria yang didukung dengan teknik operasi anastesi serta ampuhnya anti biotika (mochtar, 1998).
Dampak dan risiko kesehatan pasca sectio caesaria ini cukup berarti seperti infeksi, perdarahan, luka pada organ, komplikasi dari obat bius dan kematian ( www. Human Medicine. Com, 2009 ). Lebih dari 85 % sectio caesaria disebabkan karena adanya riwayat sectio caesaria sebelumnya, distosia persalinan, gawat janin dan presentasi bokong. Angka mortalitas ibu pada sectio caesaria elektif adalah 2,8 % sedangkan untuk sectio caesaria emergensi mencapai 30 % ( pangastuti, 2003 )
Menurut Bensons dan Pernolls cit. Adjie ( 2005 ) angka kematian secara sectio caesaria adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan resiko 25 kali lebih besar dibanding persalinan pervaginam. Malahan untuk kasus karena infeksi mempunyai angka 80 kali lebih tinggi dibandingkan persalinan pervaginam. Komplikasi tindakan anestesi sekitar 10 % dari seluruh angka kematian ibu. Frigeletto 1980 melaporkan, di Boston Hospital for women angka kematian ibu nol pada 10.231 kasus. Tetapi mereka juga mengemukakan bahwa angka kesakitan dan kematian lebih tinggi pada persalinan dengan sectio caesaria dibandingkan persalinan pervaginam, karena ada peningkatan resiko yang berhubungan dengan proses persalinan sampai pada keputusan dilakukan sectio caesaria ( www.infoibu.com, 2009 )

I.2. Identifikasi Masalah
Penelitian ini akan dilakukan di RS Bunda yang terletak di kec. Benowo kel. Sememi ........... barat tepatnya di jalan raya kandangan 23-24. fasilitasnya terdiri dari ruang UGD 24 jam, poli spesialis anak, poli spesialis penyakit dalam, poli spesialis bedah, poli kebidanan dan kandungan, poli spesialis mata, poli spesialis jantung, radiologi, poli ortopedi, poli THT, dan poli syaraf. Di lihat dari letak geografisnya RSU Bunda ........... berada di daerah industri yang mana sebagian besar penduduknya adalah pekerja pabrik dan pedagang. Kehidupan sosial budaya masyarakat mayoritas beragama islam, ditinjau dari segi perekonomian pasien yang berkunjung ke RSU Bunda ........... dari kelas ekonomi bawah, menengah dan atas.
Berdasarkan data survey awal yang didapatkan dari laporan persalinan VK RS Bunda ........... pada bulan Januari - Juni 2009 didapatkan angka persalinan sectio caesaria sebesar 298 kasus ( 55 %), persalinan sectio caesaria karena KPD 80 kasus ( 26 %), persalinan sectio caesaria tanpa indikasi medis 30 kasus ( 10 % ) dari 540 total persalinan. Dan dari 3 ibu hamil yang kebetulan memeriksakan diri ke RS Bunda saat pengumpulan data didapatkan 2 orang ibu hamil ( 6,6 % ) yang tahu banyak tentang risiko persalinan sectio caesaria lebih memilih persalinan normal, sedangkan 1 orang ibu hamil ( 3,4 % ) dengan pengetahuan yang kurang tentang risiko persalinan sectio caesaria. lebih memilih persalinan sectio caesaria dengan pertimbangan tertentu, maka berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan pengetahuan ibu hamil tentang risiko persalinan sectio caesaria dengan sikap ibu hamil memilih persalinan secara sectio caesaria.

I.3. Rumusan Masalah
Apakah Ada Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Risiko Persalinan Dengan Sikap Ibu Hamil Memilih Persalinan Secara Sectio Caesaria di RS Bunda ...........?

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RISIKO PERSALINAN DG SIKAP IBU HAMIL MEMILIH PERSALINAN SECARA SECTIO CAESARIA
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)
PLUS PRESENTASI DAN PROPOSAL+PRESENTASI PROPOSAL
Baca Selengkapnya - Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Risiko Persalinan Dg Sikap Ibu Hamil Memilih Persalinan Secara Sectio Caesaria

Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI di UPT Puskesmas

iklan
KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI TERHADAP
PEMBERIAN ASI DI UPT PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
“............. Kabupaten Agribisnis termaju di Jawa Barat Tahun 2010 berbasis masyarakat agamis dan partisipatif” itulah visi Kabupaten .............. untuk menunjang visi Kabupaten ............. tersebut dibutuhkan masyarakat yang sehat dan memiliki kemampuan serta akses terhadap semua program pembangunan termasuk pembangunan kesehatan yang diformulasikan dalam visi “............. Sehat 2008”.
Pembangunan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian yang lebih baik agar mampu membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Salah satu bagian penting dari pembangunan Sumber Daya Manusia adalah bidang kesehatan. Kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan salah satu sumber daya manusia yang berkualitas tersebut adalah ASI eksklusif. Banyak penelitian sudah membuktikan, ASI membuat bayi jauh lebih sehat, kekebalan tubuh yang tinggi, kecerdasan emosional dan spiritual yang baik.
Periode awal merupakan saat-saat terpenting dalam perkembangan anak dan menjadi pondasi bagi periode berikutnya. Kabupaten ............. baru ada 18% ibu yang memberikan ASI eksklusif dari target 65% yang ditetapkan. Sedangkan di wilayah kerja Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. baru 2,27% ibu yang memberikan ASI ekslusif dari target 65% yang ditetapkan.
Dengan demikian hampir 62,73% bayi telah mendapatkan makanan pendamping ASI di bawah usia 6 bulan. Hal ini merupakan masalah karena pemberian makanan pendamping ASI dibawah usia 6 bulan akan menyebabkan buruknya pertumbuhan anak, dapat menimbulkan diare, juga dapat menimbulkan kelebihan atau kekurangan gizi (Sunita, 2003 : 103).
Pakar kesehatan anak memperkirakan bahwa sebagian besar kematian bayi dan anak di seluruh dunia adalah akibat tidak baiknya mutu makanan mereka. Sehingga pertumbuhan anak-anak terhambat dan daya tahan tubuh mereka terhadap serangan penyakit infeksi menjadi sangat lemah (Sjahmin, 2000 : 97).
Oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian makanan pendamping ASI baik melalui penyuluhan maupun media lain yang bisa dimanfaatkan untuk merubah sikap dan perilaku yang lebih positif dalam hal pemberian makanan pendamping ASI.
Dengan memperhatikan betapa pentingnya pemberian makanan pendamping ASI, maka penulis tertarik untuk mengetahui karakteristik ibu menyusui terhadap pemberian makanan pendamping ASI di Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ..............

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka penulis ingin mengetahui sejauh mana Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada karakteristik ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan yang mencakup umur, pendidikan, paritas, pekerjaan dan pengetahuan ibu di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara karakteristik ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya distribusi frekuensi ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.2 Diketahuinya distribusi frekuensi umur ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.3 Diketahuinya distribusi frekuensi pendidikan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.4 Diketahuinya distribusi frekuensi paritas ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.5 Diketahuinya distribusi frekuensi pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.6 Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.7 Diketahuinya hubungan antara umur ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.8 Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.9 Diketahuinya hubungan antara paritas ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.10 Diketahuinya hubungan antara pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.11 Diketahuinya hubungan antara pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-12 bulan di UPTD di Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan media pembelajaran untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang kebidanan yang didapat di bangku kuliah serta bisa menambah wawasan dan kepekaan penelitaian terhadap kondisi-kondisi nyata di masyarakat berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan yang sedang ditekuni, khususnya dalam hal pemberian makanan pendamping ASI.
1.5.2 Bagi Lembaga Pendidikan
Penelitian ini dijadikan bahan referensi untuk pengembangan lembaga baik secara keilmuan (Akademis) dimana hasil penelitan ini bisa dijadikan bahan penelitian lebih lanjut dalam hal pemberian makanan pendamping ASI.
1.5.3 Bagi Instansi Terkait
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi yang bisa dijadikan referensi bagi instansi terkait (Dinas Kesehatan Kabupaten ............., Puskesmas, BPS) dalam pengembangan program-program kesehatan masyarakat, khususnya dalam hal pemberian makanan pendamping ASI.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI UPT PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
Baca Selengkapnya - Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI di UPT Puskesmas

Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan Asupan Makanan Bergizi di Desa

iklan
KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN
ASUPAN MAKANAN BERGIZI DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perbaikan gizi diselenggarakan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan gizi. Perbaikan gizi meliputi upaya peningkatan status dan mutu gizi, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan akibat gizi salah. (Undang-undang RI No. 29 Tahun 2004).
Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi sekarang kata gizi mempunyai pengertian lebih luas disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja (Almatsier, 2001).
Sejak zaman purba manusia telah menyadari pentingnya makanan untuk kelangsungan hidupnya. Pada tahun 400 sebelum Masehi, Hipocrates Bapak Ilmu Kedokteran mengibaratkan makanan sebagai panas yang dibutuhkan oleh setiap manusia. (Almatsier, 2001).
Antonie Lavoisier (1743-1794) seorang ahli kimia dari Prancis yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Gizi merupakan orang pertama yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan energi makanan yang meliputi proses pernapasan, oksidasi dan kalorimetri.Magandie seorang ahli kimia Prancis pada awal abad ke-19 untuk pertama kali dapat membedakan antara berbagai macam zat gizi dalam bahan makanan, yaitu karbohidrat, lemak, dan protein. Pada awal abad ke-19 dikembangkan cara-cara penentuan karbon, hidrogen, dan nitrogen di dalam ikatan-ikatan organik. Liebig (1803-1873) seorang ahli kimia dari Jerman menemukan bahwa karbohidrat, lemak dan protein dioksidasi dalam tubuh dan menghasilkan panas atau energi. Ia menghitung nilai energi beberapa bahan makanan dan menyimpulkan bahwa makanan seimbang harus mengandung protein, karbohidrat dan lemak. Pada abad ke-20 banyaknya penelitian yang dilakukan tentang pertukaran energi dan sifat-sifat bahan makanan pokok, komposisi karbohidrat, lemak, protein serat, air dan abu. (Almatsier, 2001).
Banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil maka WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 kkal sehari pada trimester 1, 35 kkal sehari pada trimester 2 dan 3, sedangkan di Kanada penambahan trimester 1 sebesar 100 kkal dan 300 kkal untuk trimester 2 dan 3. Sementara di Indonesia berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 ditentukan angka 2.300 kkal/hari selama kehamilan angka ini tentunya tidak termasuk penambahan akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik dan pertumbuhan, patokan ini berlaku bagi mereka yang tidak menambah kegiatan fisik selama hamil. Sejak abad ke-16 telah diketahui bahwa janin dalam kandungan membutuhkan zat-zat gizi dan hanya ibu yang dapat memberikannya oleh sebab itu makanan ibu hamil harus cukup untuk berdua, yaitu untuk ibu dan anak yang dalam kandungannya. Makanan yang cukup mengandung zat-zat gizi selama hamil sangat penting artinya. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila jumlah makanannya dikurangi maka berat bayi yang akan dilahirkan menjadi lebih kecil. Gizi yang adequat selama hamil akan mengurangi resiko dan komplikasi pada ibu menjamin pertumbuhan jaringan sehingga bayi baru lahir memiliki berat badan optimal. (Departemen Kesehatan RI, 1992).
Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh Kurang Energi Protein (KEP), Anemia, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), kurang vitamin A dan obesitas.
Menurut Soetjiningsih (1998) status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan dalam kandungan, apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), disamping itu akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak janin pada BBLR. Bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus,dan sebagainya. (Suparyasa dkk, 2001).
Untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, yaitu dengan meningkatkan pendidikan gizi, meningkatkan surveilens gizi, penanggulangan gizi lebih, menanggulangi KEP, anemia, GAKY, kurang vitamin A dan pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi. (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Zat-zat gizi terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, air, mineral, vitamin, dan serat.(Oenzil, 1995). Ibu hamil status gizinya pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandungnya. Seorang ibu yang sedang hamil mengalami kenaikan Berat Badan (BB) sebanyak 10-12 kg. Pada trimester 1 kenaikan itu hanya kurang dari 1 kg, trimester 2 +3 kg, sedangkan trimester 3 kira-kira 6 kg. Kenaikan tersebut meliputi kenaikan komponen janin yaitu pertumbuhan janin, plasenta, dan cairan amnion. (Paath dkk, 2004).
Berdasarkan data yang didapat dari profil kesehatan Kabupaten ............ tahun 2006 jumlah ibu hamil di Kabupaten ............ sebanyak 23.478 orang dengan ibu hamil beresiko sebanyak 1.678 orang (7,15%). Desa ......... merupakan salah satu desa yang ada di wilayah kecamatan ............ dengan jumlah ibu hamil sebanyak 32 orang dengan ibu hamil beresiko sebanyak 4 orang (12,5%), sedangkan di Kecamatan ............ sendiri jumlah ibu hamil sebanyak 844 orang dengan resiko kekurangan gizi sebanyak 168 orang ( 19,91%).
Ukuran lingkar lengan atas (LILA) <>
silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN ASUPAN MAKANAN BERGIZI DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)

Baca Selengkapnya - Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan Asupan Makanan Bergizi di Desa

Pengetahuan Ibu Tentang Kemampuan Berbicara Pada Anak Usia 12 – 15 Bulan di Dusun Desa

iklan
KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU TENTANG KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK
USIA 12 – 15 BULAN DI DUSUN DESA .... KEC.....KABUPATEN
ABSTRAK

Kemampuan berbicara merupakan sarana berkomunikasi untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain. semua individu harus dapat menguasai dua fungsi yang berbeda yaitu kemampuan menangkap yang di inginkan di kemunikasikan oleh orang lain dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain sedemikian rupa sehinga dapat dimengerti. Peranan orang tua (ibu) sebagai orang yang lebih dekat dengan anak dituntut peranannya secara maksimal dalam memberikan stimulasi perkembangan terhadap anak. Adapun tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengetahuan ibu tentang kemampuan berbicara pada anak usia 12-15 bulan di dusun ........ desa ........ kecamatan ........ kabupaten ...........
Jenis penelitian ini adalah observasional, data diolah secara deskriptif dengan populasi semua ibu yang mempunyai anak usia 12-15 bulan di Dusun ........ desa ........ kecamatan ........ Kebupaten .......... sejumlah 35 responden dengan pengambilan sampel dengan cara semua ibu yang mempunyai anak usia 12-15 bulan yaitu 35 responden di ambil secara keseluruhan.
Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan ibu tentang kemampuan berbicara pada anak 12-15 bulan sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup yaitu 57,1% (20 responden), berdasarkan usia sebagian besar mempunyai pengetahuan baik mempunyai umur > 35 tahun sebesar 100% (3 responden), berdasarkan pendidikan Akademi/PT sebagian besar mempunyai pengetahuan baik sebesar 80% (4 responden) berdasarkan pekerjaan sebagian besar mempunyai pengetahuan baik didapatkan responden yang bekerja sebagai PNS sebesar 100% (2 responden), berdasarkan paritas sebagian besar mempunyai pengetahuan baik didapatkan responden yang memiliki 2-5 anak sebesar 75% (6 responden).
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan agar ibu yang mempunyai anak usia 12-15 bulan di dusun ........ desa ........ kecamatan ........ kabupaten .......... mendapatkan informasi yang lebih tentang perkembangan berbicara pada anak usia 12-15 bulan.
Kata Kunci : Pengetahuan, Kemampuan Berbicara

BAB 1
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Berbicara merupakan sarana berkomunikasi, untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain, semua individu harus dapat menguasai dua fungsi yang berbeda, kemampuan menangkap maksud yang ingin dikomunikasikan oleh orang lain dan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti. Kemampuan berbicara memenuhi kebutuhan penting lainnya dalam kehidupan anak, yakni kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Walaupun dengan cara yang lain mereka mungkin mampu berkomunikasi dengan anggota kelompok sosial, sebelum mereka mampu berbicara dengan anggota kelompok, peran mereka dalam kelompok tersebut akan sangat kecil.
Seperti halnya dengan permasalahan yang lainnya masalah perkembangan berbicara anak memerlukan penanganan yang cukup serius, dalam hal ini peranan orang tua (ibu) sebagai orang yang lebih dekat dengan anak dituntut peranannya secara maksimal dalam memberikan stimulasi perkembangan terhadap anak. Jika anak telah lahir, maka rangsangan harus disesuaikan dengan usianya, yang paling baik adalah dengan menimang bayi meskipun bayi belum bisa apa-apa rangsangan harus tetap diteruskan, adanya rangsangan secara kontinue akan merangsang otak anak untuk menerima informasi dari lingkungan sekitarnya. Bayi yang baru lahir mampu melokalisir suara dengan menoleh ke kanan dan kiri ke arah asal suara. Adapun dampak yang akan ditimbulkan jika perkembangan berbicara anak terhambat yaitu hubungan sosial anak akan terhambat juga dan hal yang ini berpengaruh pula terhadap penyesuaian sosial anak, dan jenis penyesuaian sosial anak akan mempengaruhi terhadap penyesuaian pribadi anak (Hurlock, 1996).
Berdasarkan survey bulan Juni 2009 yang ada di POSYANDU yang ada di dusun ......... Desa ......... kecamatan ......... kabupaten ......... yang didapat selama satu minggu, bahwa jumlah ibu yang mempunyai anak usia 12 – 15 bulan sebanyak 25 orang dan yang mengalami keterlambatan bicara sebanyak 11 anak. Kesulitan berkomunikasi dan berbicara pada anak merupakan masalah yang banyak dikeluhkan oleh para orang tua. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya peran aktif keluarga dalam memberi rangsangan kata-kata, kekurangan rangsangan inilah yang jarang disadari oleh orang tua.
I.2. Identifikasi Masalah
Penelitiuan ini dilakukan di Dusun ......... Desa ......... RT: 06 / RW: 02 Desa ......... kecamatan ......... kabupaten .......... Dusun ......... Desa ......... Kecamatan ......... terletak disebelah barat kota ........., yang berjarak sekitar 35 Km dari kota ..........
Dilihat dari letak geografisnya dusun ......... merupakan Dusun agraris, dimana masyarakatnya mayoritas petani, meski ada sebagian yang berdagang tetapi untuk sehari – harinya tetap bercocok tanam, dan ada sebagian yang merantau kekota lain. Kehidupan sosial budaya masyarakat dusun ......... hampir seratus persen beragama Islam.
Ditinjau dari segi perekonomian masyarakat yang sebagian petani, dapat dikatakan golongan ekonomi yang rata – rata menengah kebawah. Sehingga sangat berpengaruh terhadap tingkat pendidikan. Pendidikan yang kurang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan masyarakat, terutama pengetahuan ibu dalam kemampuan berbicara pada anak usia 12 – 15 bulan, dilihat dari catatan yang diperoleh pada waktu POSYANDU didusun ......... desa ......... Kecamatan ......... kabupaten ......... ada anak yang mengalami keterlambatan dan gangguan dalam berbicara sejumlah 11 anak.
I.3. Rumusan Masalah
”Bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang kemampuan berbicara pada anak usia 12 – 15 bulan yang ada didusun ......... desa ......... kecamatan ......... kabupaten ......... ?

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU TENTANG KEMAMPUAN BERBICARA PADA ANAK USIA 12 – 15 BULAN DI DUSUN DESA .... KEC.....KABUPATEN
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)
Baca Selengkapnya - Pengetahuan Ibu Tentang Kemampuan Berbicara Pada Anak Usia 12 – 15 Bulan di Dusun Desa

Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kontak Pertama Kali dengan Tenaga Kesehatan (K1) di BPS

iklan
KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KONTAK PERTAMA KALI DENGAN TENAGA KESEHATAN (K1) DI BPS

ABSTRAK

Angka kematian maternal dan neonatal di indonesia masih tinggi sekitar 248 per 100.000 kelahiran hidup. Maka dicanangkan making pregnancy safer (MPS) dan meningkatkan pelayanan dalam pemeriksaan kehamilan. Pemeriksaan kehamilan sangat penting untuk memantau kehamilan dan mendeteksi secara dini adanya resiko dalam kehamilan, sehingga diharapkan adanya pengetahuan dalam pemeriksaan kehamilan bagi kehamilan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... Kabupaten ...............
Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan populasi semua ibu hamil di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... Kabupaten .............. dan jumlah sampel 30 responden. Dengan menggunakan teknik Probability Sampling dengan Simple Random Sampling dan data dikumpulkan melalui data primer.
Hasil penelitian dari 30 responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan (K1) sebanyak (56,7%) dan yang melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai usia kehamilan sebanyak (86,7%).
Kesimpulan pada penelitian ini adalah meskipun responden memiliki pengetahuan kurang, tetapi melakukan pemeriksan kehamilan sesuai usia kehamilan. Untuk menyempurnakan lebih lanjut disarankan agar lebih meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan kepada masyarakat.
Kata Kunci : Pengetahuan, Ibu Hamil, K1

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan saat yang menyenangkan dan dinanti-nanti, tetapi juga dapat menjadi kegelisahan dan keprihatinan. Pembicaran secara efektif kepada ibu dan keluarganya dapat membantu membangun kepercayaan kepada petugas kesehatan.
Didalam kehamilan diperlukan pengawasan atau pemeriksaan secara teratur atau yang lebih dikenal dengan Antenatal Care (ANC). ANC merupakan bagian terpentig dari kehamilan. Dengan memeriksakan secara teratur diharapkan dapat mendeteksi lebih dini keadaan-keadaan yang mengandung risiko kehamilan dan atau persalinan, baik bagi ibu maupun janin ( Prawirohardjo S, 2002 ).
Pemeriksaan kehamilan dapat dilaksanakan dengan kunjungan ibu hamil. Kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkn pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan, tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan dirumahnya atau diposyandu. Kunjungan baru ibu hamil ( K1 ) Adalah Kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dengan standart 7T. Sedangkan kunjungan ibu hamil yang keempat ( K4 ) Adalah Kontak ibu yang keempat atau lebihdengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.
Hubungan K1 dan K4 secara langsung adalah jika ibu memeriksakan kehamilannya yang pertama kali dan kontak ibu yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan hubungannya adalah dapat memantau kemajuan kehamilan, mangenali sejak dini adanya ketidak normalan atau komplikasi pada ibu dan janin.
Tujuan K1 Adalah Untuk menfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan jalan menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, Mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, Mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan itu penting untuk menjamin bahwa proses alamiah dari kelahiran berjalan normal dan tetap demikian seterusnya ( JHPIEGO, 2001 ).
Agar tujuan tersebut tercapai, pemeriksaan kehamilan harus segera dilaksanakan begitu terjadi kehamilan yaitu ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. Dan dilaksanakan terus secara berkala selama kehamilan. Ibu harus melaksanakan pemeriksaan antenatal paling sedikit 4x. Satu kali kunjungan pada trimester I, Satu kali kunjungan pada trimester II dan dua kali kunjungan pada trimester III ( Prawirohardjo S, 2002 )
Kebanyakan mereka harus menyadari bahwa mereka sedang hamil sewaktu kehamilan mereka sudah berusia 1 sampai 2 bulan. Dan disaat mereka memeriksakan diri ke dokter biasanya kehamilannya sudah berusia 2 atau 3 bulan, 3 bulan pertama kehamilan adalah masa yang sangat penting. Banyak hal-hal penting terjadi sebelum anda menyadari bahwa anda hamil atau sebelum anda pergi ke dokter.
Pada tahun lalu angka kematian maternal dan neonatal di Indonesia masih tinggi sekitar 248 per 100.000 kelahiran hidup ( SDKI, 2007 ) . Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian tersebut, pemerintah mencanangk target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2015 adalah angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, dan pemerintah mencanangkan making pregnancy safer yang pada dasarnya menekankan pada penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang efektif. Selain itu upaya intervensi strategis dalam pendekatan safe motherhood yang terdiri dari 4 pilar yaitu :
a. KB ( Keluarga Berencana )
b. Pelayanan Antenatal
Untuk mencegah adanya komplikasi obstetri dan memastikan bahwa komplikasi di deteksi sedini mungkin.
c. Persalinan yang aman
d. Pelayanan Obstetri esensial
Memastikan bahwa pelayanan obstetric untuk resiko tinggi dan komplikasi tersedi bagi ibu hamil yang membutuhkan. ( Prawirohardjo S, 2007 )
Pelayanan antenatal sebagai pilar ke-2 merupakan asuhan yang memberikan untuk ibu sebelum kelahiran. Pengawasan sebelum lahir terbukti mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik, sehingga dapat mentoleransi respon baik selama kelahiran.
Angka kematian ibu merupakan barometer pelayanan kesehatan ibu di suatu Negara. Bila angka kematian ibu masih tinggi berarti pelayanan kesehatan ibu belum baik, Sebaliknya bila angka kematian ibu rendah berarti pelayanan kesehatan ibu menunjukkan ada peningkatan.
Menurut data dari BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... .............. kunjungan pemeriksaan ibu hamil ( K1 ) Dilihat dari cakupan K1 sebesar 23% Dari target 65%.Karena kunjungan pemeriksaan ibu hamil trimester I tahun 2008 masih kurang teratur, Dilihat dari cakupan K1 sebesar 23% dari target 65% sehingga terdapat kesenjangan 42%. Karena factor ekonomi ibu tidak melakukan ANC (Laporan kohort ibu ).
Pengetahuan dapat mempengaruhi seseorang secara ilmiah dan mendasari dalam mengambil keputusan rasional dan efektif dalam menerima perilaku baru yang akan menghasilkan persepsi yang positif dan negative. ( Nursalam, 2001 ). Dengan banyak pengetahuan tentang pemeriksaan kehamilan ibu menjadi banyak tahu tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan.
Ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan dipengaruhi oleh beberapa factor penyebab antara lain : faktor pengetahuan, factor pendidikan, factor usia, dan factor ekonomi ( Nursalam, 2001 ) Bila ibu hamil tidak tidak melakukan pemeriksaan kehamilan dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut : Tidak terdeteksi secara dini adanya komplikasi selama kehamilan, ibu tidak mengetahui kondisi pertumbuhan dan perkembangan bayi, dan ibu tidak mengetahui tafsiran persalinannya ( Syaifuddin, 2000 )
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan ( K1 ).
B. Batasan Masalah
Karena banyaknya faktor yang mempengaruhi kesadaran ibu hamil dalam pemeriksaan ANC khususnya kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan ( K1 ) peneliti membatasi penelitian dari faktor tingkat pengetahuan ibu hamil saja di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... ...............
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : " Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan ( K1 ) ?"
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan ( K1 ) Di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... ...............
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil terhadap kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan (K1) di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... ...............
b. Mengidentifikasi kontak pertama kali ibu hamil dengan tenaga kesehatan di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... ...............
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dengan penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan trimester I sehingga mampu melakukan intervensi dengan memberikan penyuluhan tentang pentingnya kunjungan trimester I secara efektif.
2. Bagi STIKES
Sebagai informasi tambahan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemeriksaan antenatal pada ibu hamil dan Mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan kebidanan dan kesehatan.
3. Bagi Masyarakat Desa ...... Kecamatan ...... ..............
Sebagai informasi kesehatan yang benar serta meningkatkan kemauan dalam pemeriksaan antenatal.
4. Bagi BPS ... .........
Sebagai informasi dan solusi untuk mengatasi adanya keterkaitan antara pengetahuan ibu hamil tentang ANC dengan pemeriksaan kehamilan trimester I, sehingga diharapkan dapat meningkatkan cakupan kunjungan pemeriksan kehamilan trimester I Di BPS ... ......... Desa ...... Kecamatan ...... ...............

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KONTAK PERTAMA KALI DENGAN TENAGA KESEHATAN (K1) DI BPS
(isi: Daftar Isi; Abstrak; Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka, Kuesioner)

Baca Selengkapnya - Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kontak Pertama Kali dengan Tenaga Kesehatan (K1) di BPS

Hubungan Karakteristik Ibu Balita dengan Tumbuh Kembang Balita Di Rw.02

iklan
KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BALITA DENGAN
TUMBUH KEMBANG BALITA DI RW.02 DESA ......

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 Bab III Pasal 3).
Visi Indonesia sehat 2010 adalah bahwa masyarakat bangsa dan negara ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Salah satu indikator derajat kesehatan tersebut adalah angka kematian ibu dan angka kematian bayi (Profil Kesehatan Indonesia Sehat, 2010).
Visi kabupaten ............. adalah “............. Kabupaten Agribisnis Termaju di Jawa Barat Tahun 2010 Berbasis Masyarakat Agamis dan Partisipatif”. Untuk menunjang pencapaian visi daerah tersebut dibutuhkan masyarakat yang sehat dan memiliki kemampuan serta akses terhadap semua program pembangunan termasuk pembangunan dalam visi “............. SEHAT TAHUN 2008” (Profil Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2006 Kabupaten .............).
Proses tumbuh kembang dapat berlangsung normal atau tidak, artinya perubahan fisik dan mental yang dapat membentuk anak menjadi individu yang sempurna atau sebaliknya. Sempurna tidaknya tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh peranan orang tua dalam hal ini perhatian dan kasih sayang merupakan kondisi yang mendukung dan diperlukan anak. (Denis, 2002 : 8).
Asupan gizi adalah indikator utama dalam tumbuh kembang anak, ditinjau dari sudut tumbuh kembang anak masa bayi merupakan kurun waktu pertumbuhan paling pesat khususnya pertumbuhan dan perkembangan otak, oleh karena itu pemberian nutrisi yang adekuat yang diberikan ibu memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kebutuhan gizi sangat terkait dengan tumbuh kembang anak, karena gizi dibutuhkan sejak di dalam kandungan. “Kebutuhan gizi sudah dimulai dari janin dan sudah ada pembuktian bahwa gizi yang baik akan menjadi modal besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut sampai masa dewasanya kelak” (Latief, 2006).
Anak Indonesia berusia 2 tahun berat badannya 2 kilogram lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak di negara lain, demikian pula dengan tinggi badannya lebih pendek 5 cm (UNICEF : 2000).
Sekitar 40% dari total anak Indonesia, kira-kira 10 juta anak dinyatakan kekurangan baik dalam fisik maupun mental, proses tumbuh kembang anak akan menjadi terhambat karena proses tumbuh kembang juga ditentukan oleh pemenuhan gizi yang optimal. (UNICEF : 2000).
Dari total kabupaten yang ada di Indonesia terdapat 75 % Kabupaten yang mempunyai masalah gizi kurang dengan indikator berat badan dan tinggi badan kurang dari 70%-80% pada anak balita. Indikator ini mencapai 20% (SUSENAS, 2000).
Jumlah penduduk di Kabupaten ............. pada tahun 2006 sebanyak 1.176.136 jiwa, terdiri atas laki-laki brejumlah 582.474 jiwa dan perempuan sebanyak 596.662 jiwa atau meningkat sebesar 7.114 jiwa atau 0,84% (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten ............., 2006).
Kecamatan ............ terdiri dari 13 desa dengan jumlah penduduk di Desa ........... sebanyak 3.733 jiwa dengan jumlah balita sebanyak 367 balita di RW.01 Desa ........... sebanyak 115 balita. Di RW.02 Desa ........... sebanyak 124 balita. Di RW.03 Desa ........... sebanyak 35 balita. Di RW.04 Desa ........... sebanyak 93 balita. Dengan perincian balita usia 0-5 bulan sebanyak 32 balita, usia 6-11 bulan sebanyak 42 balita, usia 12-59 bulan sebanyak 293 balita. Dengan jumlah posyandu di Desa ........... sebanyak 4 posyandu.
Posyandu merupakan sarana yang tepat untuk ibu balita agar mengetahui tumbuh kembang balitanya tetapi di RW.02 Desa ........... ibu balita tidak banyak yang mengetahui bahwa tumbuh kembang balita penting untuk diperhatikan. Ini terbukti pada saat pelaksanan posyandu ibu balita yang datang membawa balitanya untuk mengetahui tumbuh kembang balitanya hanya 30 orang atau sekitar 24,1 % dari yang ditargetkan 100%.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dikemukakan perumusan masalahnya adalah “Belum diketahuinya hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007”.
Dari rumusan masalah tersebut maka pertanyaan penelitiannya adalah “Apakah ada hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007”.

1.3 Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya distribusi frekuensi tumbuh kembang balita di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.2 Diketahuinya distribusi frekuensi pekerjaan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.3 Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.4 Diketahuinya distribusi frekuensi perilaku responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.5 Diketahuinya distribusi frekuensi pendidikan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007
1.4.2.6 Diketahuinya hubungan pekerjaan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.7 Diketahuinya hubungan pengetahuan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.8 Diketahuinya hubungan perilaku responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.9 Diketahuinya hubungan pendidikan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Institusi
Sebagai tambahan kepustakaan dan sebagai bahan perbandingan mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita.
1.5.2 Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan tentang hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat memperoleh tambahan pengetahuan kesehatan tentang tumbuh kembang balita untuk meningkatkan status kesehatan.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BALITA DENGAN TUMBUH KEMBANG BALITA DI RW.02 DESA ......
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
Baca Selengkapnya - Hubungan Karakteristik Ibu Balita dengan Tumbuh Kembang Balita Di Rw.02