Nyamuk anopheles yang membawa malaria (medindia.net)
VIVAnews - Malaria membunuh lebih dari 1,2 juta orang di dunia setiap tahunnya. Jumlah ini hampir dua kali lipat dari jumlah yang diperkirakan sebelumnya.
Menurut penelitian yang diumumkan pada Jumat pekan lalu, ada banyak asumsi yang kurang tepat seputar penyakit yang ditularkan oleh nyamuk ini. Penelitian baru yang dipublikasikan dalam jurnal medis, The Lancet, menemukan bahwa 42 persen kematian yang diakibatkan oleh penyakit malaria sebenarnya menyerang anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa.
Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di Amerika Serikat mengatakan penelitian baru ini berarti telah mematahkan studi
terdahulu yang telah salah menduga hanya ratusan ribu manusia meninggal dunia akibat penyakit malaria. Studi itu sempat menyatakan bahwa bayi atau balita cenderung lebih rentan terhadap penyakit tersebut.
Meningkatnya jumlah korban akibat penyakit ini membuat para peneliti berpendapat bahwa pemerintah harus meningkatkan jumlah alokasi dana untuk memerangi malaria. Bahkan, ketika pemerintah sedang di bawah tekanan untuk memotong anggaran bantuan mereka di tengah krisis ekonomi global.
"Anda belajar di sekolah kedokteran bahwa orang yang terkena malaria seperti anak-anak mampu mengembangkan kekebalan tubuhnya dan jarang ditemukan meninggal dunia akibat malaria jika dibandingkan dengan orang dewasa," kata Christopher Murray, Direktur IHME yang memimpin penelitian ini, seperti dilansir kantor berita Reuters, Sabtu, 4 Februari 2012. "Apa yang kami temukan dalam catatan rumah sakit, catatan kematian, survei dan sumber menunjukkan bahwa ini tidak terjadi."
Dalam studi mereka, yang menggunakan data baru dan model komputer untuk membangun database historis untuk malaria antara tahun 1980 sampai dengan 2010, mereka menemukan bahwa lebih dari 78.000 anak usia 5 sampai 14 tahun, dan lebih dari 445.000 orang berusia di atas 15 tahun meninggal karena malaria di 2010. Ini berarti lebih dari empat dari 10 orang yang meninggal akibat malaria adalah orang yang berusia di atas 15 tahun.
Secara keseluruhan, kematian malaria di seluruh dunia meningkat dari 995.000 jiwa pada tahun 1980 menjadi 1,8 juta jiwa pada puncaknya di tahun 2004, sebelum akhirnya jatuh lagi menjadi 1,2 juta jiwa pada tahun 2010, setelah studi ini ditemukan.
Lembaga kesehatan PBB, World Health Organisation (WHO) dalam laporan terbarunya secara global menyatakan perkiraan jumlah kematian akibat malaria turun hingga menjadi 655.000 jiwa pada tahun 2010. Jumlah ini hampir setengah dari jumlah yang diumumkan oleh IHME.
WHO pun mengatakan bahwa banyak data yang digunakan dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal medis, The Lancet, hanya berdasarkan lisan, kesaksian dari kerabat, bukan pada diagnosis laboratorium sampel.
"Jadi kami akan mengatakan bahwa sebagian besar kematian akibat malaria akan terjadi pada anak balita dan kami berpegang pada perkiraan kami," ujar juru bicara WHO, Gregory Hartl, dalam jumpa pers di Jenewa.
Kedua studi tersebut menunjukkan tren penurunan kematian dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar berkat penggunaan obat anti-malaria dan kelambu. (kd)
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
Kirim Komentar
Anda harus Login untuk mengirimkan komentar
0 comments:
Post a Comment