Secsio Caesarea atas Indikasi Ketuban Pecah Dini

iklan
Secsio Caesarea atas Indikasi Ketuban Pecah Dini
BAB I
PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. ( Rustam Muchtar, 1998 )
Dalam persalinan dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. kala I dinamakan pula dengan kala pembukaan. Kala II disebut pula kala pengeluaran, oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin di dorong ke luar sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri plasenta terlepas dari dinding uterur dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam. Dalam kala itu di amati apakah tidak terjadi perdarahan post partum. ( Sarwono Prawirohardjo, 2005 )
Pada kala I, mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan multigravida. Pada yang pertama, ostium uteri internum akan membuka lebi dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Daru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit membuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hamper atau telah lengkakp. Tidak jarang ketuban harus di pecahkan ketika pembukaan hamper lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban tela pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm, disebut dengan ketuban pecah dini. ( Sarwono Prawirohardjo, 2005 )
  1. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
- Untuk memenuhi tugas yang di berikan di OK IGD
- Sebagai bahan pelajaran bagi mahasiswa agar lebih memahami tentang Seksio Sesarea yang berkaitan dengan kasus Ketuban Pecah Dini
- Sebagai bahan pemahaman bagi pembaca agar dapat lebih mengetahui tentang Seksio Sesarea yang berhubungan dengan Ketuban Pecah Dini
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. KETUBAN PECAH DINI ( Spontaneus/ early/ Premature of the Membrane )
Pengertian
Adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. ( Sarwono Prawirohardjo, 2005 )
Prinsip dasar
  • Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung
  • Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric berkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khoriokarsinoma sampai sepsis, yang meningkatkaan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
  • Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intrauterine atau oleh kedua faktjor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
  • Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan. ( Sarwono Prawirohardjo, 2002 )
Etiologi
Penyebab dari PROM tidak / belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali usaha menekan infeksi.
Patogenesis
TAYLOR menyelidiki bahwa ada hubungan dengan hal-hal berikut :
Ø Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, sevisitis dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan hipermotilitas rahim ini.
Ø Selaput ketuban terlalu tipis ( kelainan ketuban )
Ø Infeksi ( amnionitis atau korioamnionitis )
Ø Factor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah : multipara, malposisi, disproporsi, cervix incompetent dan lain-lain.
Ø Ketuban pecah dini artificial ( amniotomi ), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.
Kadang-kadang agak sulit atau meragukan kita apakah ketuban benar sudah pecah atau belum, apalagi bila pembukaan kanalis servikalis belum ada atau kecil. Cara menentukannya adalah :
Ø Memeriksa cairan yang berisi mekonium, verniks kaseosa, rambut lanugo atau bila telah terinfeksi berbau
Ø Inspekulo : lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servikalis dan apakah ada bagian yang sudah pecah
Ø Gunakan kertas lakmus ( litmus )
Bila menjadi biru ( basa ) = air ketuban
Bila menjadi merah ( asam ) = air kemih ( urin )
Ø Pemeriksaan pH forniks posterior pada PROM pH adalah basa ( air ketuban )
Ø Pemeriksaan histopatologi air ( ketuban )
Ø Aborization dan sitologi air ketuban
Penilaian kllinik
o Tentukan pecahnya selaput ketuban
o Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG
o Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi : bila suhu ibu > 38 ˚C, air ketuban yang keruh dan berbau. Pemeriksaan air ketuban dengan tes LEA
( Lekosit Esterase ) Lekosit darah > 15.000 / mm3. janin yang mengalami takhikardi, mungkin infeksi intrauterine.
o Tentukan tanda-tanda in partu, tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif ( terminasi kehamilan ) antara lain untuk menilai untuk menilai skor pelvic.
Pengaruh PROM
a. Terhadap janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterine terlebih dahulu terjadi ( amniotomi, vaskulitis ) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi, akan meninggikan mortallitas dan morbiditas perinatal.
b. Terhadap ibu
Karena jalan lahir telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering periksa dalam. Selain itu juga daapt dijumpai infeksi puerpuralis ( nifas ), peritonitis dan septicemia, serta dry-labor.
Ibu akan merasa lelah karena berbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejal infeksi.
Prognosis
Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul serta umur dari kehamilan.
Pimpinan persalinan
Ada beberapa macam pendapat mengenai penatalaksanaan dan pimpinan persalinan dalam menghadapi PROM :
a) Bila anak belum viable ( kurang dari 36 minggu ), penderita dianjurkan untuk beristirahat di tempat tidur dan berikan obat-obat antibiotic profilaksis, spasmolitika dan roboransia dengan tujuan untuk mengundur waktu sampai anak viable.
b) Bila anak sudah viable ( lebih dari 36 minggu ) lakukan induksi partus 6-12 jam setelah lag phase dan berikan antibiotika profilaksis. Pada kasus-kasus tertentu dimanaa induksi partus dengan PGE2 dan atau drips sintosinon gagal, maka lakukan tindakan operatif.
Jadi pada PROM penyelesaian persalinan bisa :
§ Partus spontan
§ Ekstraksi vakum
§ Ekstraksi forsep
§ Embriotomi bila anak sudah meninggal
§ Seksiosesarea bila ada indikasi obstetric
Komplikasi
  • Pada anak
IUFD dan IPFD, asfiksia dan prematuritas
  • Pada ibu
Partus lama dan infeksi, atonia uteri, perdarahan postpartum atau infeksi nifas.
Penanganan
  1. Konservatif
· Rawat di RS
· Berikan antibiotika ( ampisilin 4 x 500 mg atau eritomisin bila tak tahan ampisilin ) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
· Jika umur kehamilan <>
· Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum in partu, tidak ada infeksi, tes busa negative : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejateraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
· Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi , berikam tokolitik ( salbutamol ), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
· Jika usia kehamilan 32-37, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi.
· Nilai tanda-tanda infeksi ( suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi interauterin ).
· Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingiomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametaon IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
,b. Aktif
· Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
· Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan diakhiri :
Ø Bila skor pelvic <>
Ø Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan
2. SEKSIO SESAREA
Istilah seksio sesarea berasal dari perkataan latin caedere yang artinya memotong. Pengertian ini semula dijumpai dalam Roman Law ( Lex regia ) dan Emperor’s law ( Lex Caesarea ) yaitu undang-undang yang menghendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu yang meninggal harus di keluarkan dari dalam rahim. Jacob nufer tercatat pertama kali melakukan seksio sesarea pada istrinya, dia adalah seorang pemotong babi.
Definisi
Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut atau vagina ( suatu histerotomia untuk melahirkan janin dalam rahim ).
Istilah
v Seksio sesarea primer ( efektif )
Dari semula telah direncankan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit ( CV kecil dari 8 cm )
v Seksio sesarea sekunder
Mencoba menunggu kelahiran biasa ( partus percobaan ), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan seksio sesarea.
v Seksio sesarea ulang ( repeat caecarean section )
Ibu yang pada kehamilan lalu mengalami seksio sesarea ( previous caesarean section ) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang.
v Seksio sesarea histerektomi ( caecarean section hysterectomy )
Suatu operasi dimana setela dilahirkan dengan seksio sesarea, langsung dilakukan histerektomi oleh karena sesuatu indikasi.
v Operasi Porro ( Porro operation )
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri 9 tentunya janin sudah mati ) dan langsung dilakukan histerektomi, misalnnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.
v Seksio sesarea postmortem ( postmortem caesarean section ) adalah seksio sesarea segera pada ibu hamil cukukp bulan yang meninggal tiba-tiba sedangkan janin masih hidup.
Indikasi
  1. Ibu
    • Disproporsi kepala panggul ( CPD/ FPD )
    • Disfungsi uterus
    • Distosia jaringan lunak
    • Plasenta previa
    • Rupture uteri mangancam
    • Partus lama ( prolonged labor )
    • Partus tak maju ( obstructed labor )
    • Pre-eklamsi dan hipertensi
  2. Janin
    • Janin besar
    • Gawat janin
    • Malpresentasi janin
a) Letak lintang
Greenhill dan Eastman sama-sama sepemdapat :
o Bila ada kesempitan panggul, maka seksio sesarea adalah cara yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa.
o Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan seksio sesarea, walau tidak ada perkiraan panggul sempit.
o Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara-cara lain.
b) Letak bokong
Seksio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada :
o Panggul sempit
o Primigravida
o Janin besar dan berharga
c) Presentasi dahi dan muka ( letak defleksi ) bila reposisi dan cara-cara lain tidak berhasil.
d) Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil
e) Gemeli, menurut EASTMAN seksio sesarea dianjurkan :
o Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu ( shoulder presentation )
o Bila terjadi interlock ( locking of the twins )
o Distosia oleh karena tumor
o Gawat janin
Jenis-jenis operasi seksio sesarea
  1. Abdomen ( Seksio Sesarea Abdominalis )
    • Seksio sesarea transperitonealis :
o Seksio sesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri
o Seksio sesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim.
    • Seksio sesarea ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.
b. Vagina ( Seksio Sesarea vaginalis )
Menurut arah sayatan pada rahim, seksio sesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Sayatan memanjang ( longitudinal ) menurut Kronig
2. Sayatan melintang ( Transversal ) menurut kerr
3. Sayatan huruf T ( T- incision )
v Seksio sesarea Klasik ( Korporal )
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm.
Kelebihan
o Mengeluarkan janin lebih cepat
o Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
o Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan
o Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang baik
o Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan
v Seksio sesarea Ismika (Profunda )
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen bawah rahim ( low cervical transversal ) kira-kira 10 cm.
Kelebihan
o Penjahitan luka lebih mudah
o Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
o Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk Manahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
o Perdarahan kurang
o Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan rupture uteri spontan kurang/lebih kecil.
Kekurangan
o Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah, sehingga dapat menyebabkan a. uterine putus sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak
o Keluhan paa kandung kemih postoperative tinggi.
komplikasi
    • Infeksi puerpuralis
      • Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
      • Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung.
      • Berat, dengan peritonitis,sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
Penanganannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan antibiotic yang adekuat dan tepat.
    • Perdarahan
Disebabkan karena :
o Banyak pembuluh daah terputus dan terbuka
o Atonia uteri
o Perdarahan pada placental bed
    • Luka kandung kemih, emboliu paru dan keluhan kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi.
    • Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mandating
Prognosis
Dulu angka morbiditas dan moortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada madda sekarang, oleh karena kemajuan yang pesat daam teknik operasi, anastesi, penyediaan cairan dan darah, indikasi dan antibiotic angka ini sangat menurun.
Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga-tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000.
Nasib janin yang dittolong secara seksio sesarea sangat tergantung dari keadaan janin sebelum dilakukan operasi.
Nasehat pasca operasi
- Dianjurkan jangan hamil selama kurang 1 tahun, dengan memakai kontrasepsi
- Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik
- Dianjurkan untuk bersalin di RS yang besar
- Apakah untuk persalinan berikutnya harus dengan seksio sesarea bergantung dari indikasi seksio sesarea dan keadaan pada kehamilan berikutnya
- Hampir di seluruh institute di Indonesia tidak di anut dictum “ once a cesarean always a cesarean “
- Yang dianut adalah “ once a cesarean not always a cesarean “ kecuali pada panggul sempit atau disproporsi sefalo-pelvik.
BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
o Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, yaitu bila pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm
o Penyebab dari PROM tidak / belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali usaha menekan infeksi.
o Adapun pengaruh dari ketuban pecah dini baik pada ibu maupun bayinya yaitu dapat menimbulkan infeksi.
o Jadi pada PROM penyelesaian persalinan bisa : Partus spontan, Ekstraksi vakum, Ekstraksi forsep, Embriotomi bila anak sudah meninggal, Seksiosesarea bila ada indikasi obstetric.
o Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut atau vagina ( suatu histerotomia untuk melahirkan janin dalam rahim ).
o Ada bebearapa indikasi dari seksio sesarea : Disproporsi kepala panggul ( CPD/ FPD ), Disfungsi uterus, Distosia jaringan lunak, Plasenta previa, Rupture uteri mangancam, Partus lama ( prolonged labor ), Partus tak maju ( obstructed labor ), Pre-eklamsi dan hipertensi.
o Jenis-jenis dari operasi seksio sesarea : SC transperitonealis ( SC klasik dan SC ismika ) dan SC ekstraperitonealis
2. Saran
Bagi pembaca di sarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan seksio sesarea dengan indikasi ketuban pecah dini. Sehingga dapat di lakukan upaya-upaya yang bermanfaat untuk meghindari kasus diatas.

DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer,arif.dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri . Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta : FKUI
Manuaba, Ida Bagus Gde.1998. “Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan”. Jakarta : EGC
Straight, Barbara R.2005.” keperawatan ibu bayi baru lahir “.Jakarta : EGC
Tiran, denise. 2006. “Kamus saku bidan”. Jakarta : EGC
http://askep-askeb-kita.blogspot.com/

0 comments:

Post a Comment