Servisitis dan Adnexitis

iklan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Servisitis dan Adnexitis “ sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah Asuhan Kebidanan IV tahun ajaran 2008/2009.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan kendala dan hambatan baik dalam memperoleh sumber yang relevan maupun dari segi penulisan. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih pada :
1. ibu Elda Yusefni, M.Keb sebagai dosen pembimnbing mata kuliah Askeb IV
2. Teman-teman dan berbagai pihak yang ikut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam makalah ini banyak terdapat kekurangan. Untuk itu , penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan dimasa mendatang.
Penulis berharap agar makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bacaan dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Padang , November 2008
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Serviks uteri adalah penghalang penting bagi masuknya kuman-kuman kedalam genitalia interna, dalam hubungan ini seorang nullipara dalam keadaan normal kanalis servikalis bebas kuman. Pada multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas keatas dari daerah bebas kuman ialah ostium uteri internum sehingga lebih rentan terjadinya infeksi oleh berbagai kuman yang masuk dari luar ataupun oleh kuman endogen itu sendiri. Jika serviks sudah terinfeksi maka akan mempermudah pula tetjadinya infeksi pada alat genitalia yang lebih tinggi lagi seperti, uterus, tuba atau bahkan sampai ke ovarium dan karena itu fungsi genitalia sebagai alat reproduksi bisa terganggu atau bahkan tidak bisa difungsikan.
Begitu juga adnexitis, yaitu peradangan pada tuba dan ovarium secara bersamaan. Dimana jika itu terjadi fungsi ovarium untuk menghasilkan sel telur dan tuba sebagai saluran untuk lewatnya sel telur bisa terganggu sehingga fungsi wanita untuk melanjutkan keturunan pun bisa terganggu.
Oleh karena itu diharapkan mahasiswa AKBID Poltekkes mampu memahami apa itu peradangan pada alat genitalia wanita. Dan pada makalah ini penulis membahas mengenai servisitis dan adnexitis.
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Adapun tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Askeb IV dan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai peradangan pada genitalia wanita pada umumnya dan servisitis atau adnexitis pada khususnya.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mahasiswa dapat memahami apa itu yang dimaksud servisitis dan adnexitis
2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami apa itu penyebab servisitis dan adnexitis
3. Mahasiswa mampu mengetahui gejala servisitis maupun adnexitis
4. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari servisitis dan adnexitis
5. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami bagaimana cara mengenali servisitis maupun adnexitis
6. mahasiswa mengetahui dan mampu mengaplikasikan bagaimana penatalaksanaan maupun rencana asuhan yang dapat diberikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SERVICITIS
Serviks uteri adalah penghalang penting bagi masuknya kuman-kuman kedalam genitalia interna, dalam hubungan ini seorang nullipara dalam keadaan normal kanalis servikalis bebas kuman. Pada multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas keatas dari daerah bebas kuman ialah ostium uteri internum.
Radang pada serviks uteri bisa terdapt pada portio uteri diluar ostium uteri eksternum dan atau pada endoserviks uteri.
Pada beberapa penyakit kelamin, seperti gonoroe, sifilis, ulkus mole, dan granuloma inguinale serta pada tuberculosis dapat ditemukan radang pada serviks.
1. DEFENISI
Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis. karena epitel selaput lendir kanalis servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel selindris sehingga lebih mudah terinfeksi disbanding selaput lendir vagina. ( gynekologi . FK UNPAD, 1998 ). Juga merupakan :
§ Infeksi non spesifik dari serviks
§ Erosi ringan ( permukaan licin ), erosi kapiler ( permukaan kasar ), erosi folikuler ( kistik )
§ Biasanya terjadi pada serviks bagian posterior
2. ETIOLOGI
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis, kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus . kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kromik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma.
Dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seprti dilatasi, dan lain-lain.
3. GEJALA KLINIS
§ Flour hebat, biasanya kental atau purulent dan biasanya berbau
§ Sering menimbulkan erusio ( erythroplaki ) pada portio yang tampak seperti daerah merah menyala.
§ Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat dilihat flour yang purulent keluar dari kanalis servikalis. Kalau portio normal tidak ada ectropion, maka harus diingat kemungkinan gonorroe
§ Sekunder dapat terjadi kolpitis dan vulvitis
§ Pada servisitis kroniks kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput lendir yang merah karena infeksi. Bintik-bintik ini disebabkan oleh ovulonobothi dan akibat retensi kelenjer-kelenjer serviks karena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka serviks atau karena peradangan.
§ Gejala-gejala non spesifik seperti dispareuni, nyeri punggung, dan gangguan kemih
§ Perdarahan saat melakukan hubungan seks
4. KLASIFIKASI
a) Servisitis Akuta
Infeksi yang diawali di endoserviks dan ditemukan pada gonorroe, infeksi postabortum, postpartum, yang disebakan oleh streptococcus, sthapilococus, dan lain-lain. Dalam hal ini streptococcus merah dan membengkak dan mengeluarkan cairan mukopurulent, akan tetapi gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak ditengah-tengah gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.
Pengobatan diberikan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau dapat menjadi kronika.
b) Servisitis Kronika
Penyakit ini dijumpai pada sebagisn wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada servik karena partus atau abortus memudahkan masuknya kuman-kuman kedalam endoserviks serta keleenjer-kelenjernya sehingga menyebabkan infeksi menahun.
Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
1) Serviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Servicitis ini menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning.
2) Di sini ada portio uteri disekitar ostium uteri eksternum, tampak daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel porsio disekitarnya, secret yang dikeluarkan terdiri atas mucus bercampur nanah.
3) Sobeknya pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endoserviks lebih kelihatan dari luar (ekstropion). Mukosa dalam keadaan demikian mudah terkena infeksi dari vagina. Karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertropis dan mengeras, secret mukopurulent bertambah banyak.
5. DIAGNOSA BANDING
§ Karsinoma
§ Lesi tuberculosis
§ Herpes progenitalis
6. PEMERIKSAAN KHUSUS:
1) Pemeriksaan dengan speculum
2) Sediaan hapus untuk biakan dan tes kepekaan
3) Pap smear
4) Biakan damedia
5) Biopsy
7. PENATALAKSANAAN
2) Antibiotika terutama kalau dapat ditemukan gonococcus dalam secret
3) Kalau cervicitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam AgNO3 10 % dan irigasi.
4) Cervicis yang tak mau sembuh ditolong operatif dengan melakukan konisasi, kalau sebabnya ekstropion dapat dilakukan lastik atau amputasi.
5) Erosion dapat disembuhkan dengan obat keras seperti, AgNO3 10 % atau Albothyl yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak
6) Servisitis kronika pengobatannya lebih baik dilakukan dengan jalan kauterisasi-radial dengan termokauter atau dengan krioterapi.
8. PROGNOSIS:
§ Biasanya baik
§ Dapat kambuh
B. ADNEXITIS ( SALPINGO-OOPORITIS )
1. DEFENISI
Adnexitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya terjadi bersamaan. Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus, walaupun infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau menjalar dari jaringan sekitarnya.
2. ETIOLOGI
Sebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi gonorroe dan infeksi puerperal dan postabortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang adnexa sebagai akibat tindakan kerokan, laparotomi, pemasangan IUD serta perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.
3. KLASIFIKASI
Adnexa atau salpingo-ooporitis tebagi atas :
a. Salpingo ooporitis akuta
Salpingo ooporitis akuta yang disebabkan oleh gonorroe sampai ke tuba dari uterus sampai ke mukosa. Pada gonoroe ada kecendrungan perlekatan fimbria pada ostium tuba abdominalis yang menyebabkan penutupan ostium itu. Nanah yang terkumpul dalam tuba menyebabkan terjadi piosalping.
Pada salpingitis gonoroika ada kecendrungan bahwa gonokokus menghilang dalam waktu yang singkat, biasanya 10 hari sehingga pembiakan negative.
Salpingitis akut banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada abortus septic ada juga disebabkan oleh berbagai tierti kerokan. Infeksi dapat disebabkan oleh bermacam kuman seperti streptokokus ( aerobic dan ana aerobic ), stafilokokus, e. choli, clostridium wechii, dan lain-lain.
Infeksi ini menjalar dari servik uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritoneum pelvic. Disisni timbul salpingitis interstitial akuta ; mesosalping dan dinding tuba menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa sering kali normal. Hal ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika, dimana radang terutama terdapat pada mukosa dengan sering terjadi penyumbatan lumen tuba.
Gejal-gejala yang sering terjadi :
§ Suhu tinggi
§ Leukosit tinggi
§ Nyeri disebelah kanan atau kiri uterus
§ Setelah beberapa hari dijumpai tumor dengna batas yang tidak jelas dan nyeri tekan.
Diagnosa Differensial :
§ Appendicitis akut
§ Pielitis akut
§ Torsi adnexa
§ KET
Penanganan :
§ Istirahat baring
§ Perawatan umum
§ Pemberian antibiotic dan analgetik
b. Salpingo ooporitis kronika
Terbagi atas :
§ Hidrosalping
Hidrosalping terdapat pentupan ostium tuba abdominalis. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping follikularis. Pada hidrosalpin simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis, pada hidrosalping folikularis terbagi dalam ruangan kecil
§ Piosalping
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal yang berisi nanah, dan terdapat perlekatan pada daerha sekitarnya.
§ Salpingits interstitial tuba
Salpingitis interstitial kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat ditemukan penumpukan nanah ditengah jaringan otot.
§ Kista tuba ovarial
Pada kista tuba ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium.
§ Abses tuba ovarial
Piosalping bersatu dengan abses ovarium.
§ Salpingitis tuberkulosa
4. TANDA DAN GEJALA
Gejala-gejala adnexitis tidak selalu jelas, namun bisa didahului oleh gejala :
§ Panas
§ Nyeri perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan
§ Nyeri bertambah pada pekerjaan berat disertai penyakit pinggang
§ Leukorea
§ Haid lebih banyak dari biasa, dan siklus tidak teratur
§ Penderita sering mengeluh dispareuni
§ Infertilitas
§ Disminorroe
6. PENANGANAN
§ Antibiotic dengan spectrum yang luas
§ Terapi diatermi
§ Penderita tidak boleh melakukan pekerjaan berat
§ Operasi radikal ( histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral ) pada wanita yang suda hamper menopause. Pada wanita yang lebih muda hanya adnexia dengan kelainan yang nyata ynag diangkat.
7. PENCEGAHAN
a. Selama kehamilan
Diet yang baik, karena anemia anemia merupakan factor predisposisi infeksi nifas. Koitus pada akhir kehamilan sebaiknya dilarang karena memicu pecahnya ketuban dan terjadi infeksi.
b. Selama persalinan
Petugas dalam kamar bersalin harus memakai masker, bagi yang menderita infeksi pernafasan tidak boleh masuk ke kamar bersalin, alat yang dipakai harus suci hama. Pemeriksaan dalam atas indikasi, dan cegah perdarahan. Usaha pencegahan untuk masuknya kuman dalam jalan lahir cegah terjadinya persalinan lama dan menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
c. Selama nifas
Penderita dengan tanda infeksi jangan dirawat bersama wanita yang sehat, pengunjun pada hari pertama dibatasi, dan semua alat yang berhubungan dengan genitalia harus suci hama.
.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Servisitis adalah peradangan dari selaput lendir dari kanalis servikalis dan juga merupakan infeksi non spesifik dari serviks, erosi ringan ( permukaan licin ), erosi kapiler ( permukaan kasar ), erosi folikuler ( kistik ) dan biasanya terjadi pada serviks bagian posterior. Disebabkan oleh kuman-kuman seperti : trikomonas vaginalis, kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus . kuman-kuman ini menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kromik dalam jaringan serviks yang mengalami trauma dan dapat juga disebabkan oleh robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion, alat-alat atau alat kontrasepsi, tindakan intrauterine seprti dilatasi, dan lain-lain. Servisitis terbagi atas :
§ Servisitis Akuta
§ Servisitis kronika
Sedangkan Adnexitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya terjadi bersamaan. Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus, walaupun infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau menjalar dari jaringan sekitarnya. Dan adnexitis juga terbagi atas :
§ Salpingo ooporitis akuta
Salpingo ooporitis akuta yang disebabkan oleh gonorroe sampai ke tuba dari uterus sampai ke mukosa.
§ Salpingo ooporitis kronika
Terbagi atas :
ü Hidrosalping
ü Piosalping
ü Salpingits interstitial tuba
ü Kista tuba ovarial
ü Abses tuba ovarial
ü Salpingitis tuberkulosa
Prognosis keduanya ada yang bisa sembuh tanpa bekas atau bisa kambuh.
3.2 Saran
3.2.1 Diharapkan wanita terutama yang beresiko tinggi terkena penyakit tersebut memahami dan mengerti mengenai penyakit tersebut sehingga bisa dilakukan penanganan lebih awal dan menghindar terjadinya kegawatan. Wanita yang tidak beresiko juga menghindari terjangkitnya penyakit ini.
3.2.2 Bidan harus memberikan asuhan yang berkualitas untuk menghindari angka kesakitan.
DAFTAR PUSTAKA
David, Ovedoff. 1995. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Bina Pura Aksara
Taber, Benzion. 1995. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Gynekologi. Jakarta : EGC
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung : Elstar offset
Robin, Cotran, Humar. 1999. Buku Saku Robbins, Dasar Patologi Penyakit. Jakarta : EGC

0 comments:

Post a Comment