TEMPO Interaktif, Jakarta - Ajang adu bakat merancang terbesar di Indonesia tahun ini dimenangkan desainer asal Yogyakarta. Lulu Lutfi Labibi yang mengawinkan lurik, batik, sarung goyor asal Klaten, tenun ikat jepara dan motif kontemporer terpilih menjadi jawara Lomba Perancang Mode setelah mengalahkan sembilan desainer lainnya dalam Pekan Busana Jakarta, Kamis 17 November 2011.
Pria 29 tahun ini mengusung tema "Local Glory". Potongan-potongan asimetris dari tiap bahan tradisional dijahit tabrak motif. Garis lurik melawan kotak sarung di atas motif abstrak hitam putih. Wujudnya menjadi lima koleksi siap pakai yang melawan pakem motif. Karya Lulu kali ini jelas menunjukkan karakter perempuan urban yang berani mendobrak tradisi.
Di posisi kedua ada Friederich Herman asal Malang. Pria 25 tahun ini menang dengan koleksi bertema "Perspective." Friederich mengeluarkan aneka blazer dan busana kerja dalam potongan seksi. Ada yang lengan blazer sekilas terlihat panjang yang ternyata hanya pemanis. Begitu dicermati, ternyata busana tersebut adalah blazer tanpa lengan.
Di tangannya kemeja putih pun menjadi seksi dengan menjadikan satu kerahnya menjadi lengan yang menunjukkan bahu terbuka. Friederich menggabungkan cara pandang baru dalam busana formal dengan teknik shibori-teknik pewarnaan asal Jepang yang sangat tua. Teknik Shibori diterapkan dalam koleksi yang agak gelap dengan warna biru tua, hijau tua dan hitam.
Posisi ketiga, para juri melihat karya Cyntia Tan layak untuk menang. Perempuan asal Jakarta ini memanfaatkan tenun Nusa Tenggara Timur dalam koleksi bertema "Relaxed Sensation". Kain ikat Ayotupas hadir dalam koleksi siap pakai yang feminim dan lembut. Cyntia menggunakan aneka tingkatan warna peach dan biru muda.
Kain ikat Ayotupas menjadi detail pemanis dalam koleksi busana santai perempuan 20 tahun ini. Obi, lapisan dalam bawahan gaun dan potongan daun, membuat kain ikat asal Pulau Komodo ini menjadi cantik untuk yang muda penuh gaya. Satu yang menarik, Cyntia membuat clutch bermotif kain ikat yang bisa diurai menjadi rok mini.
Selain tiga pemenang utama, Lomba Perancang Mode tahun ini juga menghadirkan pemenang khusus pilihan perusahaan otomotif Mazda dan pemenang favorit berdasarkan pemungutan pesan singkat. Juara pilihan Mazda direbut Erliana Sumarli asal Jakarta.
Erliana menamai koleksinya "Variation Unit". Ungkapan variasi tersebut muncul dalam koleksi berpotongan ala atap rumah peribadatan di Asia dengan siluet seksi ala Eropa yang dipermanis dengan detail batik. Perempuan 20 tahun ini banyak memainkan warna hitam putih dengan hiasan batik coklat.
Nah terakhir, pemenang favorit adalah Sherly Monica asal Jakarta. Sherly membuat koleksi cantik dan manis bak boneka yang terinspiriasi Marie Antoinette. Tema "Orient Romanticism" hadir dalam tampilan busana feminim dengan banyak permainan bahan lace, tile, dan sifon. Teknik bawahan koleksi perempuan 20 tahun ini menggunakan perpaduan antara draperi dan petticoat.
Lima pemenang dari sepuluh nominasi Lomba Perancang Mode kali ini merupakan seleksi dari 296 sketsa dari seluruh Indonesia. Tahun ini, ajang dwi tahunan kompetisi para desainer muda mengambil tema "Sinergi Timur Barat". "Para peserta ditantang menerjemahkan padu padan budaya lokal yang menampilkan modernitas dalam detail rancangan ujar Hannie Kususma, Ketua Pelaksana Lomba Perancang Mode 2011.
Juri kompetisi ini dari aneka profesi. Ada desainer yang juga alumnus LPM Musa Widyatmodjo dan Priyo Oktoviano. Lalu pengamat budaya pop Syahmedi Dean, wartawan senior Ninuk M. Pambudi, pemimpin redaksi Femina Petty S. Fatimah, artis Atiqah Hasiholan dan Marketing Manager Mazda Astrid Ariani. Merekalah penentu siapa yang tepat mengejawantahkan "Sinergi Timur Barat"
Sepuluh rancangan yang tampil waktu itu sudah menunjukkan wujud koleksi siap pakai dengan detail kain, motif dan batik tradisional. Tapi hanya Lulu yang dinilai berhasil mengejawantahkan dengan tepat keingian juri sehingga berhak mendapat hadiah uang tunai US $ 4000 dan beasiswa ke The Fashion Institute of Design and Merchandising Los Angeles selama tiga bulan.
DIANING SARI
0 comments:
Post a Comment