TEMPO Interaktif, Jakarta - Pekan Busana Jakarta tak sekedar ajangnya desainer mapan. Sejumlah alumnus sekolah rancang busana pun mendapat tempat untuk debut di pestanya para perancang Jakarta ini. ESMOD, sekolah fashion design asal Perancis kali ini mendapat giliran dengan sembilan alumnusnya.
"Kami selalu terlibat tiap tahunnya dalam ajang ini. Efeknya selain mengenalkan alumni, imej ESMOD juga menjadi tambah baik," ujar pengajar ESMOD Jakarta, Patrice Desilles dalam keterangan pers di Jakarta Fashion Week, Kamis 17 November 2011.
Selain para debutan, alumni-alumni ESMOD pun memiliki pertunjukan sendiri di Pekan Busana Jakarta. Sebut saja Oscar Lawalata, Jeffry Tan, Dian Pelangi, Vinora Ng dan Kleting Wigati.
Kini sembilan adik tingkatnya mencoba menapaki jejak desainer profesional dengan menjajaki penampilan koleksi mereka di Pekan Busana Jakarta.
Pertama ada label Z et S dari Zico Halim dan Sherry Kandou. Koleksi siap pakai mereka disasar untuk perempuan urban antara 24-35 tahun. Ciri khas label ini adalah penggunaan elemen kulit berbentuk persegi dalam ujung pakaian seperti bisban lebar. Unsur kulit yang tebal dipadu dengan bahan sifon, membuat siluet A-line jatuh di badan tapi kaku di ujung.
Desainnya sederhana dengan warna-warna monokrom putih, hitam dan coklat. Konsep modern-minimalis dalam label Z et S terlihat jelas antara paduan warna tunggal, detail transparan serta tampilan yang rapi.
Di peragaan kedua, ada Nuguwigi dari Angeline Junaedi. Alumnus tahun 2006 ini menjual koleksi busana pesta high tea dengan desain simple dan chic. Ia mencampur sutra dan lace dengan warna-warna netral. Dengan tema "Fancy Indulgence", Angeline mencoba menawarkan busana untuk perempuan muda yang menyukai gaya klasik tapi sederhana.
Ketiga, ada Dinda Adjani dengan label Mr. Lover & Mrs Loather. Dinda memposisikan dirinya sebagai pembuat pakaian pria dan perempuan dengan ciri unisex. Dalam pagelaran ini, Ia memamerkan koleksi The Secret Society of Love yang didominasi warna hitam putih untuk cocktail wear.
Lalu di sesi keempat, Rebecca Marsauli menampilkan karya gaun-gaun mini dengan tema Camellia. Alumni tahun 2008 ini memainkan bahan lace hitam kombinasi sebagai atasan atau pun bawahan. Sesekali tampak koleksi yang juga menggunakan materi beludru hitam. Untuk membuat gaun mininya gemerlap, Rebecca mempercantik dengan aplikasi kristal.
Di sesi kelima, Tengku Faradina dengan label KAISARA Signature mencoba unjuk gigi dengan tampilan dress panjang siluet H-Line berwarna putih gading hingga krem pucat. Padan gaun-gaun panjang tersebut, Faradina menambahkan bolero atau rompi pendek. Kali ini, Ia mengambil tema Maiden In Manhattan. Tema tersebut terlihat jelas dalam bordir gedung pencakar langit di salah satu dressnya. Bordir gedung dari bahan kulit coklat dengan kancing metal, menampilkan suasan Manhattan di kala malam yang penuh cahaya.
Tiga sesi terakhir adalah sesi gaun pengantin. Sisca Tjong, Linda Maryani dan Afriyani Tan menampilkan tiga gaun pengantin dengan tiga karakter berbeda. Sisca, pemenang Cleo Fashion Award di hari sebelumnya bermain dengan teknik drapery dan pleats. Salah satu gaunnya berpotongan tak rata di bawahnya. Sehingga jika diputar, sang mempelai terkadang terlihat memakai gaun pendek, lalu tiba-tiba memanjang.
Untuk bahan, Sisca banyak memaki sifon lembut dengan paduan lace. Sementara Linda gaun-gaunnya memainkan detail bulu-bulu. Ekor gaun memanjang dipenuhi detail bulu-bulu dan taburan kristal. Terakhir Afriyanti Tan, perempuan alumnus 2006 ini membuat gaun dengan tema-tema klasik. Awalnya karya Afriyanti muncul dengan bahan satin lembut detail sederhana seperti pengantin tahun 1970-an. Tapi dia pun mengeluarkan koleksi yang megah dengan balon di bagian bawah sepert pengantin kerajaan-kerajaan Eropa.
DIANING SARI
0 comments:
Post a Comment