KTI KEBIDANAN : STUDI DISKRIPTIF FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI AKDR DI DESA KEDUNGWUNI KABUPATEN XXX

iklan
KTI KEBIDANAN
STUDI DISKRIPTIF FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYAPEMILIHAN METODE KONTRASEPSI AKDR DI DESA KEDUNGWUNI KABUPATEN


lihat semua DAFAR KTI LENGKAP dalam DOKUMEN WORD (.doc)
KLIK DISINI

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah kependudukan di Indonesia ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Pada tahun 1995 sampai dengan 2000 laju pertumbuhan penduduk Indonesia mencapai 1,51%. Jumlah penduduk Indonesia menempati urutan ke – 5 di dunia dalam jajaran negara penduduk besar. Jumlah penduduk Indonesia terus akan meningkat apabila hal ini dibiarkan akan menimbulkan masalah kependudukan yang sangat memprihatinkan. Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan tidak seimbang akan mengakibatkan tekanan yang berat pada sektor penyediaan sandang, pangan, perumahan, lapangan kerja, fasilitas kesehatan, pendidikan dan sebagainya.

Pertumbuhan penduduk yang cepat juga dapat membahayakan aspirasi penduduk untuk memperbaiki tingkat hidupnya baik lahir mapun batin. Peledakan penduduk akhirnya juga akan menyulitkan pula pada pemerataan kemakmuran masyarakat itu sendiri. (Mochtar, 1998 : 243)
Program keluarga berencana merupakan salah satu usaha pengulangan masalah kependudukan. Pada dasar kebijakan program keluarga berencana diwujudkan melalui :
1. Menunda perkawinan dan kehamilan sekurang-kurangnya berusia 20 thn
2. Menjarangkan kelahiran dan anjurkan menganut sistem keluarga catur warga dan panca warga.
3. Hendaknya besarnya keluarga dicapai selama dalam usia reproduksi sehat yaitu sewaktu umur ibu antara 20-30 th.
4. Mengakhiri kesuburan pada usia 30-35 th.
Di Indonesia, keluarga berencana modern mulai dikenal pada tahun 1953. pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan dan tokoh masyarakat yang telah mulai membantu masyarakat, namun dengan sedikit mungkin publisitas dengan obat yang ada tentang keluarga berencana.
Pada era sekarang ini telah banyak ditemukan berbagai macam alat kontrasepsi sederhana, metode efektif dan metode kontrasepsi mntap dengan modus operasi pria atau modus operasi wanita (Mochtar, 1998 : 149 – 251)
AKDR sebagai alat kontrasepsi yang efektif mempunyau angka kegagalan rendah yaitu terjadi 1-3 kehamilan/100 perempuan dapat digunakan untuk menekan jumlah kelahiran sehingga nantinya dapat mempengaruhi jumlah penduduk. Namun tidak semua masyarakat dapat memilih AKDR sebagai alat kontrasepsi karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang AKDR serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk menggunakannya.
Menurut BKKBN jumlah akseptor KB aktif secara nasional sebanyak 27.708 peserta. Sedangkan yang menggunakan metode kontrasepsi IUD secara nasional sebanyak 5.218.196 peserta (BKKBN Xxx, 1999/200). Jumlah pengguna kontrasepsi IUD masih rendah berada di urutan no. 3 setelah alat kontrasepsi pil dan suntik. Sedangkan di kabupaten Xxx peserta KB aktif sebanyak 145.747 / 82,76% akseptor yang menggunkan kontrasepsi IUD sebesar 23.590 peserta atau 16,18 % (BKKBN, 2007). Di kecamatan Kedungwuni yang menjadi peserta KB aktif sebanyak 426 peserta dan yang kontrasepsi IUD sebesar 14 peserta khusunya di Desa Kedungwuni peserta KB aktif sebanyak 79 peserta dari PUS dan yang menggunakan kontrasepsi IUD sebesar 6 peserta. Lebih sedikit dibandingkan kontrasepsi lain terutama suntik yaitu sebesar 32 peserta. (Puskesmas Kedungwuni)

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan yang berjudul “Studi Diskriptif Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Pemilihan Metode Kontrasepsi AKDR di Desa Kedungwuni Kabupaten Xxx.”

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya akseptor dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD (AKDR) di Desa Kedungwuni kecamatan Kedungwuni Kabupaten Xxx.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik responden (umur, paritas dan tingkat pendidikan)
b. Mengetahui gambaran tingkat ekonomi akseptor KB di Desa Kedungwuni.
c. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi IUD (AKDR)
d. Mengetahui gambaran dukungan suami dan keluarganya terhadap penggunaan alat kontrasepsi IUD (AKDR)



D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peneliti
Bagi peneliti diharapkan dapat memberikan pengalaman secara langsung bagi penulis tentang penelitian yaitu dengan mengaplikasikan berbagai teori dan konsep yang didapatkan dari bangku kuliah ke dalam bentuk penelitian.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya pemberian konseling kepada calon akseptor khususnya akseptor KB AKDR agar dapat menerima alat kontrasepsi.
3. Bagi Instalasi Pendidikan
Memberikan masukan dan informasi serta menambah acuan dalam proses belajar mengajar dalam pendidikan bidan mengenai metode kontrasepsi AKDR.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan sistematika penyusunan yang telah ditentukan. Adapun penyusunannya adalah sebagai berikut :
BAB I : Berisi pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian.
BAB II : Berisi tinjauan pustaka, yang menguraikan tentang tinjauan pustaka, kerangka teori dan kerangka konsep.
BAB III : Berisi metode penelitian yang menguraikan tentang desain penelitian populasi, sampel dan sampling, variable, devisi operasional, lokasi dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, alat ukur yang digunakan, validitas dan reabilitas, metode analisa data, etika penulisan dan jadwal kegiatan penelitian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI
1. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a. Pengertian AKDR
AKDR adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari Poliefilen dengan atau tanpa metal / steroid dan ditempatkan dalam rongga rahim (Moeljono, 2005). Sedangkan menurut BKKBN (2004) IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim atau kavum uteri oleh dokter / bidan yang terlatih.

b. Jenis – jenis AKDR
Moeljono (2005) menggolongkan AKDR menjadi sebagai berikut :
1. AKDR polos (Inert Device)
Misalnya : Lippes Loop
2. AKDR yang mengandung tembaga (Copper bearing IUD)
Misalnya : CuT 380 A, CuT 200 C dan Nova T
3. AKDR yang mengandung obat (Medicated IUD)
Misalnya : Alza – T (mengandung progesterone) dan LNG-20(mengandung Levororgestrel).

c. Mekanisme Kerja AKDR
Wiknjosastro (2005) menyatakan bahwa sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti. Kini pendapat yang terbanyak adalah bahwa AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokita / sperma. Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai pula sel-sel makrofag yang mengandung spermatozoid. Penyelidik-penyelidik lain menemukan sering adanya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi ridasi. Diduga ini disebabkan oleh meningkatnya kadar prostaglandin dalam uterus pada wanita tersebut.
Pada AKDR proaktif mekanisme kerjanya selain menimbulkan peradangan seperti pada AKDR biasa, juga oleh karena ada logam / bahan lain yang melarutkan dari AKDR mempunyai pengaruh terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif adalah ion logam tembaga (Cu), pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi logam makin lama semakin berkurang.

d. Efektifitas
Menurut Hartanto (2004), efektifitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas yaitu berapa lama IUD tetap tinggal tanpa ekspulsi spontan tanpa terjadinya kehamilan / tanpa pengeluaran karena alasan medis / pribadi. Angka kegagalan IUD pada umumnya adalah 1-3 kehamilan per 100 wanita per tahun.

e. Indikasi dan Kontraindikasi
Menurut Saifudin (2008) persyaratan pemakaian AKDR adalah sebagai berikut :
1. Yang dapat menggunakan
a. Usia reproduktif
b. Nullipara
c. Menginginkan menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang
d. Menyusui
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g. Perempuan dengan resiko rendah PMS
h. Perempuan yang tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari
i. Perempuan yang tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama

2. Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR
a. Perempuan yang sedang hamil
b. Perempuan dengan pendarahan pervaginaan yang tidak diketahui
c. Sedang menderita infeksi otot genital
d. Perempuan yang tiga bulan terakhir menderita PRP/ abortus septic
e. Perempuan dengan kelainan bawaan uterus yang abnormal / tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri
f. Perempuan dengan penyakit trofoblas ganas
g. Perempuan yang diketahui menderita TBC pelviks
h. Perempuan dengan kanker alat genital
i. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

f. Keuntungan AKDR
AKDR mempunyai keunggulan dari alat kontrasepsi yang lain karena umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu kali motivasi, tidak menimbulkan efek sistemik, ekonomis dan cocok untuk penggunaan misal, effektivitas cukup tinggi dan reversible (Wiknjosastro, 2005).

g. Efek Samping dan Komplikasi
Setiap penggunaan alat kontrasepsi dapat menimbulkan efek samping naik ringan maupun berat. Menurut Hartanto (2004) efek samping dan komplikasi IUD sebagai berikut :
1. Rasa sakit dan pendarahan
a. Menurut penelitian – penelitian, rasa sakit dan pendarahan akan berkurang dengan semakin lamanya pemakaian IUD
b. Pendarahan yang bertambah banyak
1. Volume darah haid bertambah, pada IUD yang menganung hormone.
2. Pendarahan yang berlangsung lebih lam
3. pendarahan bercak / spotting diantara had
2. Embedding dan displacement
a. IUD tertanam dalam-dalam di endometrium / miometrium
b. Penanggulangan : IUD harus dikeluarkan
3. Infeksi
Merupakan komplikasi yang serius yang berhubungan dengan pemakaian IUD. Akseptor IUD mempunyai resiko 2x lebih besar untuk mendapatkan PID dibandingkan non akseptor KB. PID adalah istilah yang menunjukkan suatu infeksi yang naik dari serviks ke dalam uterus, tuba falupi dan ovarium.
a. Tanda – tanda dan gejala infeksi
1. Infeksi fraktus genetalia bagian bawah
a. PUS dan mucus dari serviks / uretra
b. Buang air kecil sukar / sakit

2. Pelvik Implammatory Disease
a. Sakit perut bagian bawah
b. Dispareunia kadang-kadang dengan pendarahan
c. Haid yang sakit / berlebihan
d. Nyeri goyang uterus / serviks pada pemeriksaan dalam
e. Nyeri tekan / pembengkakan daerah tuba falllopi / ovarium
f. Temperature 38o C / lebih

b. Pengobatan Infeksi
1. Diagnosa dini
2. Pengangkatan / pengeluaran IUD
3. Terapi antibiotika
4. Follow up yang teratur
5. Pengobatan partner seksualnya

4. Kehamilan Intra Uterine
Tanpa memandang usia dan paritas, angka kehamilan pada IUD inert makin menurun dengan lamanya pemakaian. Untuk IUD yang mengandung Cu penurunan angka kehamilan selama tahun kedua tak terlalu mencolok. Resiko kehamilan dengan IUD In-utera adalah abortus spontan, prematuritas,

5. Kehamilan Ektopik
IUD tidak menimbulkan resiko kehamilan ektopik, tetapi mengurangi kemungkinan inplantasi intra uterine, maka kehamilan yang terjadi akan lebih cenderung kea rah kehamilan ektopik.

6. Ekspulsi
Gejala-gejala ekspulsi IUD
a. Vagina discharge yang abnormal
b. Sakit daerah pelvis
c. Pendarahan bercak / spotting inter – menstrual
d. Pendarahan bercak / spotting post – coital
e. Dispare
f. Bertambah panjangnya benang ekor IUD
g. Teraba batang IUD di ostium uteri / di dalam vagina
h. Tidak teraba benang ekor IUD
Pada ekspulsi partial / inkomplit, IUD harus dikeluarkan dan diganti dengan IUD yang baru.

2. Perilaku
a. Definisi
Menurut Notoatmodjo (2005), perilaku adalah semua kegiatan / aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2003) perilaku merupakan respon / reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

b. Jenis Perilaku
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka menurut Notoatmodjo, (2003), perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Perilaku tertutup (covert behaviour)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung / tertutup (covert). Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian persepsi, pengetahuan / kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata/terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas diamati / dilihat oleh orang lain.

c. Faktor yang mempengaruhi perilaku
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu :
1. Faktor predisposisi (Predisposing Factors)
Faktor predispose adalah faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah ilmu pengatahuan, sikap, nilai-nilai budaya, kepercayaan dari orang tersebut tentang dan terhadap perilaku tertentu, umur jenis kelamin, tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi.

2. Faktor Pemungkin (enabling factors)
Faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu yang termasuk dalam kelompok ini adalah ketersediaan fasilitas dan petugas kesehatan serta keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
3. Faktor penguat (Reinforcing factors)
Faktor penguat adalah faktor yang memperkuat (atau kadang memperlunak) untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk faktor ini adalah pendapatan, dukungan, kritik baik dari keluarga, teman sekerja, tokoh masyarakat tokoh agama dan juga petugas kesehatan sendiri.
Berdasarkan konsep yang telah dikemukakan oleh Lowrence Green tentang faktor utama yang mempengaruhi perilaku, maka akan dibahas lebih lanjut tentang 3 faktor yang akan diteliti yaitu :
1. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan terutama yang positif dapat mempermudah terwujudnya perilaku tertentu. Menurut Notoadmodjo (2003) penegatahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah sesorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan, sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Penelitian Roger (1974) dalam Notoadjmojo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadaptasi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengatahui stimulus (ebjek) terlebih dahulu
b. Interest yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
c. Evaluation menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
e. Adoption subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus .
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas.
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari / rangsangan yang telah diterima, oleh sebab ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami dirtikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginteraksikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek / materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi / kondisi dipelajari pada situasi /kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi / penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks / situasi yang lalu.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan / suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, danmasih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan. Menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk jusifikasi / penilaian terhadap suatu materi. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri /menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2. Tingkat ekonomi
Diantara yang termasuk dalam faktor predisposisi / yang mempermudah untuk terjadinya perilaku adalah tingkat ekonomi. Menurut Azwar (1983) dalam Istiarti (2000) perilaku kesehatan dipengaruhi oleh latar belakang ekonomi, bagi yang berstatus ekonomi tinggi akan semakin mudah dalam memilih pelayanan kesehatan begitu juga sebaliknya.
Status ekonomi sebuah kelas sosial, mengacu pada tingkat pendapatan keluarga dan sumber pendapatan. Salah satu fungsi dasar keluarga adalah tersedianya dukungan ekonomi yang memadai dan pengalokasian sumber-sumber (Friedman, 1998). Geismar dan La Sorte (1964) dalam Friedman (1998) mengembangkan kriteria dan deskripsi kelurga marginal, keluarga secara ekonomi bersifat adekuat. Pendapatan yang mencakup kebutuhan kebutuhan sebuah keluarga umumnya berasal dari pekerjaan para anggota keluarga dan sumber-sumber pribadi, seperti pensiun, sementara penghasilan yang sebagian berasal dari bantuan-bantuan umum bersifat marginal, tidak stabil / benar-benar tidak memadai. Keluarga yang bersifat secara tidak adekuat dalam bidang ini menunjukan karakteristik:
a. Penghasilan seluruhnya berasal dari bantuan umum karena kaum dewasa dalam keluarga gagal / tak mampu bekerja
b. Penghasilan yang berasal dari bantuan kesejahteraan dengan cara – cara curang.
c. Jumlah penghasilan yang terlalu rendah / tak cukup sehingga kebutuhan kebutuhan pokok tidak terpenuhi.

3. Dukungan Suami dan Keluarga
Pendapatan dukungan, kritik, dari keluarga, teman sekerja tokoh masyarakat tokoh agama. Juga ari petugas kesehatan sendiri adlah factor yang memperkuat (kadang-kadang memperlunak) untuk terjadinya perilaku tertentu. Kane (1988) dalam Friedman (1988) mengidentifikasi dukungan social keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dan lingkungan.
Menurut Friedman (1998) orang yang hidup dalam lingkungan yang bersifat suportif, kondisinya jauh lebih daripada mereka yang tidak memiliki keuntungan ini. Dukungan social keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan social yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diakses / diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa / tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa :
a. Dukungan sosial keluarga internal ; seperti dukungan dari suami, istri / dukungan dari keluarga kandung
b. Dukungan sosial keluarga eksternal, yaitu dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti (dalam jaringan kerja sosial keluarga)
Baik keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai sistem pendukung bagi angota-anggotanya. Caplan (1976) dalam Friedman (1998) menerangkan bahwa keluarga memiliki fungsi suportif, termasuk di dalamnya adalah :
a. Dukungan Informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator yaitu penyebar informasi tentang dunia.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi perpecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga.
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit.
d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.


B. KERANGKA TEORI























Sumber : Green dalam Notoatmodjo, 2003

C. KERANGKA KONSEP










Sumber : Green dalam Notoatmodjo
BAB III
METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penlitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dmanfaatkan untuk menjelaskan fenomena / karakteristik individual, situasi,kelompok tertentu secara akurat. Tujuan penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan seperangkat peristiwa / kondisi populasi saat ini. (Saudarwan, 2003)
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross – sectional yaitu variable pada objek penelitian diukur / dikumpulkan secara simuitan / dalam waktu yang bersamaan. Pengumpulan data untuk semua variable dilakukan secara bersama-sama / sekaligus. (Notoatmodjo, 2002).

B. POPULASI, SAMPEL DAN SAMPLING
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh subyek / objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Alimul, 2003).
Populasi penelitian disini adalah pasangan usia subur yang menjadi akseptor KB selain AKDR di Desa Kedungwuni Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Xxx yaitu sebanyak 73 akseptor.

2. Sampel
Menurut Notoatmodjo (2005), sample adalah sebagian yang dimiliki dari keseluruhan obyek yang iteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi yang ada yaitu sebanyak 73 akseptor.

3. Sampling
Sampling yaitu cara / metode pengambilan sample (Notoatmodjo, 2005). Pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan metode sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2005), sampling jenuh adalah tekhnik penentuan sample bila semua anggota populasi digunakan sebagai sample.




C. KRITERIA SAMPEL
1. Kriteria Inklusi
adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi atau target yang terjangkau yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2005).
Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah :
a. Akseptor KB yang tidak menggunakan alat kontrasepsi AKDR
b. Akseptor KB yang tinggal di Desa Kedungwuni Kecamatan Kedungwuni Kab. Xxx
c. Akseptor KB yang bersedia di teliti
2. Kriteria Eksklusi
adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi (Notoatmodjo, 2005).
Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah :
a. Akseptor KB yang tidak bersedia diteliti
b. Akseptor KB yang tidak ada di rumah saat penelitian

D. 1. VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2005). Variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya penggunaan alat kontrasepsi IUD (AKDR) yaitu umur, paritas, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan tentang AKDR serta dukungan suami dan keluarganya.

2. DEFINISI OPERASIONAL
Adalah perumusan variable / batasan ruang lingkup variabel yang akan dipakai sebagai pegangan dalam pengumpulan data (Azwar, 2003). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Karakteristik
a. Umur
Umur adalah interval antara tanggul sekarang dengan awal kehidupan semenjak kelahiran dikategorikan menjadi :
3. < 20 tahun : reproduksi muda
4. 20 - 30 tahun : reproduksi sehat
5. > 30 tahun : reproduksi tua

b. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan wanita.
Dikategorikan menjadi :
1. Paritas 1 : pernah melahirkan 1 kali
2. Paritas 2 : pernah melahirkan 2 kali
3. Paritas 3 / lebih : pernah melahirkan 3x / lebih
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah suatu kondisi jenjang pedidikan yang dimiliki oleh seseorang melalui pendidikan formal yang dipakai oleh pemerintah serta disahkan oleh Departemen Pendidikan.
Dikategorikan menjadi :
2. Tidak pernah sekolah
3. Dasar : SD sampai SMP
4. Menengah : SMU
5. Tinggi : perguruan tinggi
Skala : Ordinal
2. Tingkat Ekonomi
Tingkat ekonomi adalah keadaan ekonomi diukur dengan jumlah rupiah pendapatan / penghasilan rata-rata perbulan berdasarkan upah minimal rata-rata (UMR) Kabupaten Xxx.
Dikategorikan menjadi :
a. Diatas UMR : ≥Rp. 675.000,-
b. Dibawah UMR : ≤ Rp. 675.000,-

3. Tingkat pengetahuan tentang AKDR
Pengetahuan disini adalah pengetahuan akseptor KB selain akseptor KB IUD tentang kontrasepsi IUD.
Dalam Koesioner akan diberikan 10 pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi IUD (AKDR). Dengan penilaian : Jawaban B = 1 dan S = 0. KAtegori dinilai berdasarkan mean (nilai rata-rata) yaitu jumlah skore seluruh responden dibagi jumlah responden.
Kategori :
a. Baik : skore ≥ mean
b. Tidak baik : skore < mean
Skala : Ordinal


4. Dukungan Suami dan Keluarga
Dukungan ini merupakan bentuk partisipasi dari suami dan keluarga ibu dalam memilih kontrasepsi.
Dalam koesioner akan diberikan 8 pertanyaan yang terdiri dari 5 pertanyaan tentang dukungan suami dan 3 pertanyaan tentang dukungan keluarga. Dengan penelitian :
Jawaban ya = 1 dan tidak = 0
Kategori :
a. Mendukung : skore ≥ mean
b. Tidak mendukung : skore < mean
Skala : Nominal

lihat semua DAFAR KTI LENGKAP dalam DOKUMEN WORD (.doc)
KLIK DISINI

0 comments:

Post a Comment