Nyaman dengan Gigi Tiruan

iklan
Sindikasi lifestyle.okezone.com
KapanLagi.com: Woman
Nyaman dengan Gigi Tiruan
Nov 15th 2011, 01:30

MENGGUNAKAN gigi tiruan memang sebuah keharusan bagi Anda yang memiliki gigi tanggal. Selain untuk penampilan, gigi palsu juga untuk mengembalikan fungsi pengunyahan, memulihkan cara bicara, dan menjaga kelestarian jaringan gigi.

Bertambahnya usia seseorang meningkatkan pula risikonya akan kehilangan gigi. Gigi yang dicabut bisa karena beberapa sebab, di antaranya berlubang, patah, infeksi, erosi gusi, atau hanya untuk sekadar estetika. Berdasarkan penelitian, gigi tanggal paling banyak terjadi pada rentang usia 55–64 tahun.
 
Padahal, secara fungsional gigi berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Memiliki gigi yang rapi, kuat, dan bersih adalah impian semua orang karena hal itu dapat meningkatkan rasa percaya diri dalam bersosialisasi.
Tanpa memiliki gigi yang lengkap, kenyamanan dalam berbicara dan makan dapat terganggu.
 
Bagi mereka yang telah kehilangan gigi aslinya, dianjurkan untuk segera menggunakan gigi tiruan guna menjamin kestabilan gusi dan rahang mulut. Sebuah studi menyebutkan, sekitar 14 persen masyarakat Indonesia adalah pengguna gigi tiruan, dengan usia mulai 15 tahun ke atas. Namun, belum semua pengguna gigi tiruan mengetahui cara beradaptasi, menjaga, dan menggunakan gigi tiruan secara maksimal.
 
"Jika gigi tanggal atau ompong jangan dibiarkan, harus segera diganti. Fungsinya untuk mengembalikan kelestarian lingkungan pergigian," kata spesialis prosthodonsia dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti, Prof Dr drg Suzan Elias SpPros dalam acara media launch bertajuk "Discover Comfortable and Confident Living with Polident" di Jakarta, belum lama ini.
 
Menurut Suzan, setidaknya ada empat alasan penting yang mendasari mengapa seseorang dengan gigi ompong perlu untuk menggunakan gigi tiruan. Pertama, memperbaiki estetika sehingga penampilan menjadi sempurna. Kedua, meningkatkan fungsi pengunyahan yang menurun dan tentu akan memengaruhi asupan nutrisi.
 
Ketiga, memulihkan fungsi bicara yang berubah. Terakhir, menjaga kelestarian jaringan di sekitarnya. Gigi yang tidak memiliki kontak di atas atau di bawahnya, akan bergeser turun. Juga yang di sampingnya tanggal, gigi akan menyamping ke sebelah. "Dengan gigi tiruan, Anda bisa tersenyum, tertawa, makan, dan bicara dengan nyaman," tukasnya.

Dia mengemukakan, terdapat dua jenis gigi tiruan yang dapat digunakan sebagai pengganti gigi yang hilang, yaitu gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan cekat. Untuk yang lepasan, pemakaiannya dapat dilepas dan dapat digunakan untuk menggantikan kehilangan beberapa gigi (gigi tiruan sebagian) atau semua gigi di rahang atas dan rahang bawah (gigi tiruan penuh).

Sementara gigi tiruan cekat adalah yang direkatkan secara permanen dengan bantuan semen ke gigi asli atau akar gigi asli. Mahkota dan jembatan (crown dan bridge) merupakan jenis gigi tiruan cekat. Kedua jenis gigi tiruan tersebut punya indikasi yang berbeda. Pada cekat misalnya, indikasinya lebih terbatas karena harus mempunyai gigi pendamping di sebelahnya.

"Jenis ini bersifat permanen. Setelah kedua gigi sebelahnya diasah, selanjutnya gigi tiruan tersebut disemen dengan membuat jembatan ke gigi sebelahnya," kata Suzan.
 
Sementara pemasangan gigi tiruan lepas tidak ada indikasi khusus dan pengerjaannya jauh lebih mudah dan biayanya juga murah. Gigi tiruan lepasan dapat digunakan oleh segala kelompok usia, beda dengan gigi tiruan cekat yang mempunyai batas usia minimal 17 tahun.

Suzan menuturkan, banyak konsekuensi yang harus dihadapi seseorang saat menggunakan gigi tiruan. Berdasarkan penelitian, sebanyak 41–86 persen pengguna gigi tiruan mengeluhkan adanya partikel makanan yang terjepit di antara gigi tiruan dan gusi sehingga menimbulkan bau mulut, nyeri, dan iritasi. Masalah makanan terselip maupun gigi tiruan yang goyang saat berbicara juga dialami oleh hampir semua pengguna gigi tiruan.

Bahkan, lanjut dia, hal itu terjadi pada gigi tiruan yang baru dibuat sekalipun atau yang masih pas di dalam mulut. Selain itu, ada juga keluhan mengenai cara berbicara yang berubah setelah menggunakan gigi tiruan.
 
"Karena itu, perlu dipastikan agar gigi tiruan melekat dengan stabil di dalam mulut. Selain itu, juga menjaga kesehatan dan kebersihan mulut agar tetap segar," ucap Suzan.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, GSK Senior Brand Manager Oral Care Lody Lukmanto menyatakan, pihaknya meluncurkan produk Polident. Ini adalah krim perekat gigi tiruan dengan harga terjangkau dan daya rekat tahan lama.
 
Polident dapat meningkatkan daya kunyah dan mencegah terselipnya partikel makanan ke dalam rongga antara gusi dan gigi tiruan yang menyebabkan iritasi gusi hingga 74 persen.

"Pengguna gigi tiruan dapat menikmati makanan favorit mereka, termasuk yang lengket dan keras karena stabilitas dan daya rekat yang diberikan Polident," tandasnya. Dia mengungkapkan, Polident telah dipasarkan sejak 1945 di beberapa negara selain Indonesia. Polident juga memberikan rasa stabil pada mulut karena memiliki kandungan Sodium Carboxy Methylcellulose yang merupakan bahan perekat.

Rasa peppermint yang ditambahkan ke dalamnya juga berasa enak sehingga memberikan kesegaran. "Polident tidak ditujukan untuk mengoreksi gigi tiruan yang tidak pas. Polident lebih untuk meningkatkan performa dan stabilitas gigi tiruan agar kesehatan dan kebersihan mulut lebih terjaga karena berkurangnya goyangan gigi tiruan di dalam mulut yang dapat menyebabkan terselipnya partikel makanan ke dalam rongga antara gusi dan gigi tiruan," papar Lody.
(tty)

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

0 comments:

Post a Comment