HUBUNGAN PERAN KADER POSYANDU DENGAN CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI PUSKESMAS.....

iklan
KTI KEPERAWATAN



HUBUNGAN PERAN KADER POSYANDU DENGAN



CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI PUSKESMAS.....











BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah kuman atau racun kuman yang dimasukkan ke dalam tubuh bayi atau anak yang disebut antigen. Di dalam tubuh antigen akan bereaksi dengan antibodi, sehingga akan terjadi kekebalan. Juga pada vaksin yang dapat langsung menjadi racun terhadap kuman yang disebut antitoksin (Depkes RI, 1993).

Pada tahun 2005 Departemen Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa lebih dari 10 juta balita meninggal tiap tahun, dengan perkiraan 2,5 juta meninggal (25%) akibat penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin yang kini ada maupun yang terbaru. Oleh karena itu sangat jelas bahwa imunisasi sangat penting untuk mengurangi seluruh kematian anak. Dalam era globalisasi dan komunikasi tanpa batas, yang berdampak pada peningkatan kerentanan dalam penyebaran penyakit, membuat peran imunisasi semakin vital (Depkes RI, 2007).

Penyakit campak atau juga disebut morbili adalah penyakit morbili pada waktu yang lampau dianggap penyakit anak biasa saja bahkan dikatakan lebih baik anak mendapatkannya ketika masih anak-anak daripada sudah dewasa. Tetapi sekarang termasuk penyakit yang harus dicegah karena tidak jarang menimbulkan kematian yang disebabkan komplikasinya (Ngastiyah, 1997).

Campak merupakan penyakit menular dan menjadi salah satu penyebab kematian anak di negara berkembang, termasuk Indonesia. Penyakit ini disebabkan virus campak yang dapat dicegah dengan imunisasi. Meskipun sedikit jumlah kematian akibat kasus ini yaitu 1:1000 kasus dan sebagian dari kasus tersebut terjadi pada saat anak berusia 6 bulan sampai 3 tahun atau setidaknya 15-20% sering terjadi saat anak berusia 36 bulan. Tanpa imunisasi, penyakit ini akan menyerang hampir setiap anak dan dapat mengakibatkan kematian karena komplikasi, seperti radang paru (pneumonia), diare, radang telinga, dan radang otak, terutama pada anak bergizi buruk.

Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif melalui plasenta sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga bayi dapat morbili. Bila ibu belum pernah menderita morbili maka bayi yang akan dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan terhadap morbili dan dapat menderita morbili setelah dilahirkan. Bila seorang wanita hamil menderita morbili ketika umur kehamilan 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami keguguran; bila ia menderita morbili pada trimester pertama, kedua atau ketiga maka kemungkinan bayi yang lahir menderita cacat/kelainan bawaan atau seorang bayi dengan berat lahir rendah mati, atau bayi kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.

Untuk mendukung upaya peningkatan kesehatan (preventif) petugas kesehatan sangat diperlukan dalam pelaksanaannya, namun cakupan yang diharapkan tidak dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya dukungan dari masyarakat, kelompok masyarakat yang ditunjuk sebagai media penyampai langsung dalam pemberian imunisasi adalah kader atau orang yang ditunjuk untuk membantu pelaksanaan pemberian imunisasi pada bayi dan balita (Azwar, 1998). Selain itu kader memiliki peranan yang sangat penting dalam mengupayakan cakupan pemberian imunisasi, dimana salah satunya adalah memberitahukan kapan waktu pelaksanaan imunisasi pada orang tua balita.

Seperti diketahui bahwa di dalam kegiatan posyandu kader sangat berperan terutama saat pelaksanaan posyandu yakni dari mulai pendaftaran bayi/balita di meja 1, penimbangan bayi di meja 2, pengisian KMS di meja 3 dan memberikan penyuluhan pada ibu balita hingga pelayanan imunisasi pada bayi balita di meja 5 (Depkes RI, 2005).

Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi dengan cakupan imunisasi di atas target nasional (>80%) dan angka drop out di bawah angka nasional (<10%),>rjadi meskipun hanya sekitar 1-2/10.000 balita setidaknya dari 100-200 balita yang meninggal tiap tahunnya 10% diantaranya disebabkan oleh campak. Cakupan imunisasi yang tinggi dan merata sampai di tingkat desa serta sistem surveilans yang baik diharapkan dapat menekan angka kejadian luar biasa kasus-kasus PD3I termasuk kasus Campak. Oleh karena itu pelaksanaan kegiatan surveilans Campak harus dilakukan untuk mempercepat tercapainya reduksi campak di Indonesia mengingat hal tersebut telah menjadi salah satu kesepakatan global (Dinkes Provinsi Lampung, 2007).

Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Tengah (2006) diketahui pada tahun 2005 jumlah cakupan balita yang diimunisasi sebanyak 291.725 balita dengan jumlah sasaran sebanyak 27.198 bayi (9,33%). Ini berarti masih rendahnya cakupan imunisasi di Kabupaten Lampung Tengah dari target yang diharapkan sebesar 90% (Dinkes Kab. Lampung Tengah, 2007).

Dari data yang ada di Puskesmas Payung Rejo Kabupaten Lampung Tengah tahun 2007 diketahui bahwa cakupan imunisasi campak baru mencapai 73,5% yang berarti belum memenuhi target yang diharapkan yaitu 80%. Hasil pre survey yang peneliti lakukan pada bulan Oktober 2009 di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Rejo Kecamatan Pubian diketahui bahwa belum tercapainya cakupan imunisasi campak dikarenakan masih rendahnya kesadaran dari masyarakat dan kerjasama antara petugas kesehatan dengan kader kesehatan yang ada. Hasil pre survey juga menemukan bahwa 3 dari 5 orang kader (60%) belum melaksanakan pekerjaannya secara maksimal seperti memberitahukan kapan waktu pemberian imunisasi campak pada bayi dan balita, meskipun petugas kesehatan yang ada sudah memberikan informasi tersebut. Sementara 2 orang lainnya (40%) sudah melaksanakan namun masih mengalami hambatan seperti medan yang ditempuh dan orang tua balita yang sedang bekerja.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan peran kader dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi campak di Puskesmas ............................................. Tahun 2009”.

1.2 Identifikasi Masalah

1.2.1 Di Indonesia penyakit campak merupakan penyebab kematian nomor 5 sepanjang tahun 1992-1995 dengan proporsi masing-masing 3,3% dan 4,1% atau 1:1000 kasus dan sebagian dari kasus tersebut terjadi pada saat anak berusia 6 bulan sampai 3 tahun atau setidaknya 15-20% sering terjadi saat anak berusia 36 bulan.

1.2.2 Di Provinsi Lampung campak masih sering terjadi meskipun hanya sekitar 1-2/10.000 balita setidaknya dari 100-200 balita yang meninggal tiap tahunnya 10% diantaranya disebabkan oleh campak.

1.2.3 Pada tahun 2005 jumlah cakupan balita yang diimunisasi di Kabupaten Lampung Tengah masih rendah yaitu 291.725 balita dari target 27.198 bayi (9,33%).

1.2.4 Diketahui bahwa 3 dari 5 orang kader (60%) belum melaksanakan pekerjaannya secara maksimal seperti memberitahukan kapan waktu pemberian imunisasi campak pada bayi dan balita, dengan alasan jarak dan waktu yang ditempuh. Sementara 2 orang lainnya (40%) sudah melaksanakan namun masih mengalami hambatan seperti orang tua balita yang di berada di tempat.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu: Apakah ada hubungan antara peran kader dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi campak di Puskesmas ............................................. Tahun 2009?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan peran kader dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi campak di Puskesmas ............................................. Tahun 2009

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui peran kader dalam upaya peningkatan cakupan imunisasi campak di Puskesmas ............................................. Tahun 2009.

2. Untuk mengetahui cakupan imunisasi campak di Puskesmas ............................................. Tahun 2009.

3. Untuk mengetahui hubungan antara peran kader dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi campak di Puskesmas ............................................. Tahun 2009.

1.5 Manfaat Penelitian

  1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan sebagai pertimbangan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

2 Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan sumbangan dalam bidang ilmu pengetahuan di bidang kesehatan khususnya dalam konteks keperawatan komunitas.

3 Bagi Objek Penelitian

Menambah bahan informasi tentang peran kader hubungannya dengan upaya peningkatan cakupan imunisasi campak.

4 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis dalam menambah wawasan, menerapkan dan mengembangkan ilmu yang didapat dari bangku kuliah ke dalam situasi yang nyata yaitu masyarakat.



silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEPERAWATAN



HUBUNGAN PERAN KADER POSYANDU DENGAN CAKUPAN



IMUNISASI CAMPAK DI PUSKESMAS.....



(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;



Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran)







0 comments:

Post a Comment