Sehat karena Air Leri dan Jalan Pagi

iklan
Siti Rijati saat diwawancarai di rumahnya kawasan Ngagel Jaya,














Usianya sudah lebih 76 tahun dan ia pernah mengalami kecelakaan. Namun sosok wanita yang satu ini tampak masih bugar, fit dan sehat. Ya, dialah Siti Rijati, pelukis wanita kelahiran Jombang, tanggal 24 Januari 1934 silam.


Yati—demikian panggilan Siti Rijati--tergolong masih lincah dan gesit. Contohnya, ia sendiri yang membersihkan rumah dan mengerjakan segala keperluan rumah tangga. Lantas apa resep bugar dan sehatnya?

“Sehat itu harus selalu ditanamkan di dalam pikiran kita. Selain itu, meskipun sudah tua, sebisa mungkin harus tetap mandiri. Jangan bergantung dan tidak boleh merepotkan orang lain,” nasihat wanita yang tinggal di kawasan Ngagel Jaya, Surabaya itu.

Selain itu Yati juga mempunyai sedikit “resep rahasia” untuk tetap fit hingga di usianya yang ke-76 tahun. “Tiap pagi saya minum air leri yang dicampur madu,” kata perempuan yang tidak pernah menderita penyakit kronis apa pun hingga sekarang. Hanya tekanan darahnya yang kadang rendah, tapi itu juga waktu ia masih muda.

Menurut Yati, resep ini manjur untuk membuatnya tetap fit hingga sekarang. Meskipun ia sendiri juga tidak mengetahui kandungan apa di dalam air leri. “Resep ini saya dapat di tahun 2001 dari salah seorang murid saya. Waktu itu murid saya bilang, Bu coba konsumsi air leri. Bagus buat kesehatan,” ujarnya menirukan muridnya tadi. Yati juga tidak suka mengonsumsi kopi dan teh.

Air leri adalah air bekas cucian beras, yang dalam versi Yati dimasak sampai mendidih, kemudian setelah masak diberi satu sendok madu dan diminum. “Awalnya, rasanya memang agak aneh. Tapi setelah beberapa kali, ya saya terbiasa,” ujarnya sambil tersenyum.

Selain itu, ia rutin melakukan jalan pagi setiap hari selesai salat subuh. “Pokoknya selama nggak gerimis atau hujan, saya pasti jalan keliling komplek perumahan sekitar setengah jam.” Ditambahkan, ini juga merupakan anjuran dari dokternya, untuk memercepat pemulihannya setelah kecelakaan.

Memang, sepeninggal suami dan juga anak semata wayangnya, Yati tinggal sendirian di rumah yang sekaligus galerinya di kawasan Ngagel Jaya. “Dulu ada keponakan saya yang menemani, tapi sekarang mereka sudah menikah dan punya rumah sendiri,” ujar perempuan yang pernah menggemari olahraga renang dan tenis ini.

Sebenarnya keluarga besarnya sudah menawarkan Yati untuk tinggal bersama mereka. Tapi Yati menolak, karena menurutnya meskipun rumahnya sederhana tapi tetap lebih nyaman. “Seenak-enaknya di rumah orang meskipun saudara, tetap lebih enak tinggal di rumah sendiri. Bebas mau melakukan apa pun,” tuturnya.

Di masa tuanya ini, Yati sudah tidak mempunyai cita-cita yang muluk-muluk lagi. Ia hanya ingin menjadi orang yang khusnul khotimah jika kelak dipanggil menghadap Allah SWT. “Setiap saya selesai salat, doa saya kepada Allah hanya itu,” ungkap dia, yang hobi membaca ini.

Ia melanjutkan, “Saya selalu percaya bahwa mati hidup, umur manusia itu hanya di tangan Allah SWT. Saya bersyukur banget masih dikasih kesempatan untuk hidup dan bisa bertahan seperti sekarang,” imbuhnya.
Akibat kecelakaan yang pernah dialami itu ia juga sempat berhenti melukis lantaran sudah tak kuat. “Saya paksakan juga nggak bisa. Akhir-akhir ini saja saya mulai melukis lagi. Tapi tidak bisa produktif lagi seperti dulu,” ujar Yati yang lebih banyak menghabiskan masa mudanya di kawasan Blauran, Surabaya. m8

Biodata :

Nama : Hj Siti Rijati

TTL : Jombang, 24 Januari 1934 (76 tahun)

Alamat : Ngagel Jaya Selatan I/6 Surabaya

Profesi : Pelukis

Pendidikan : Pusat Pendidikan Seni Jatim, Painting Circle Surabaya
Pameran tunggal :

Taman Budaya Jatim

Galeri Surabaya

Hotel Radisson Surabaya

Yayasan Persahabatan Indonesia-AS
Pameran bersama:

Berkali-kali di Surabaya, Jakarta dan Jogjakarta.

Sumber: Surabayapost

0 comments:

Post a Comment