Epidemi Penyakit Tidak Menular

iklan

Sabtu, 11 September 2010 09:49 WIB

Biasanya kalau kita berbicara epidemi yang terpikir oleh kita adalah penyakit yang dapat menular secara luas. Tetapi, sebenarnya istilah epidemi lebih berarti meluasnya suatu penyakit yang mengenai manusia sampai menyeberang batas-batas wilayah maupun negara. Jadi, dapat diterapkan baik untuk penyakit yang menular maupun untuk yang tidak menular, sepanjang penyakit itu sudah terdapat di hampir setiap negara di dunia ini dan membawa korban manusia yang tidak sedikit.

Penyakit tidak menular yang sudah banyak memakan korban di banyak negara di dunia tersebut adalah kanker, penyakit jantung, dan stroke. Penyakit-penyakit yang menyebar bukan karena kuman atau virus tetapi akibat menyebarnya perilaku hidup manusia. Di Indonesia sendiri, meskipun masih banyak penyakit menular seperti TBC dan malaria, penyebab kematian yang utama sudah diambilalih oleh penyakit tidak menular, seperti stroke, serangan jantung dan kanker.

Bahkan, kini penyakit-penyakit tersebut sudah banyak mengenai usia yang lebih muda, antara 30 – 40 tahun. Usia-usia yang masih dianggap usia produktif, sehingga kematian mereka akan mempunyai dampak ekonomi yang cukup berarti. Berdasar hasil Riset Kesehatan Dasar 2007, kematian akibat penyakit menular menurun dari 44 persen di tahun 1995 menjadi 28 persen di tahun 2007. Sementara kematian akibat penyakit tidak menular meningkat dari 42 persen di tahun 1995 menjadi 60 persen di tahun 2007. Ini peningkatan yang cukup tinggi.

Jika penyebab penyakit menular adalah bakteri atau virus, penyebab penyakit tidak menular adalah perilaku, pola hidup, dan lingkungan. Pola hidup yang tidak sehat, seperti merokok, mengonsumsi alkohol, narkoba, obat-obat perangsang ataupun penenang, kurang olah raga, tipe pekerjaan yang banyak duduk, dan pola makanan berkolesterol tinggi serta kurang serat mulai banyak dilakukan oleh angkatan muda,terutama di perkotaan.
Ditambah lagi dengan perilaku yang serba kompetitif akan meningkatkan stres dan menaikkan tekanan darah. Jika semua itu ditambah lagi dengan lingkungan yang tidak sehat dan udara yang tercemar asap rokok, asap knalpot, dan asap industri, membuat angka kematian akibat penyakit tidak menular itu meningkat.

Dalam hal kematian akibat rokok, WHO memperkirakan bahwa jika di tahun 2000 terdapat 4 juta kematian yang berkaitan dengan rokok di sleuruh dunia, maka di tahun 2030 angka itu akan mencapai 10 juta. Sebesar 7 juta di antaranya akan terjadi di negara-negara berkembang dan yang 3 juta terjadi di negara-negara maju. Jumlah kematian sebesar itu tentu akan membebani ekonomi negara-negara berkembang.

Untuk Indonesia, penerimaan negara dari cukai rokok adalah sekitar Rp49 trilun rupiah di tahun 2007 (di tahun 2009 naik menjadi Rp57 triliun). Sebaliknya, biaya untuk mengobati penyakit-penyakit akibat rokok di tahun 2007 mencapai sekitar Rp180 triliun (menurut penelitian Suwarta Kosen dari Badan Litbang Kemkes). Jadi, sebenarnya dalam hal ini negara merugi sangat besar. Hanya saja kerugian yang besar itu tidak langsung dirasakan oleh pemerintah karena biaya kesehatan itu sebagian besar (70 persen) ditanggung langsung oleh masyarakat. Tetapi coba pikirkan, seandainya rakyat tidak perlu mengeluarkan uang sebesar itu, berapa besar peningkatan dana yang dapat mereka tabung atau gunakan untuk kegiatan yang produktif yang kemudian juga akan meningkatkan ekonomi negara.

Di sisi lain, keuntungan hasil berdagang rokok di Indonesia akan dibawa keluar negeri karena dua dari industri rokok besar di Indonesia sudah dimiliki oleh modal asing. Dengan kata lain, mereka membuat dan menjual rokok di Indonesia, mendapat keuntungan besar dari konsumen Indonesia, membawa keuntungan itu ke negara mereka, tetapi penyakit yang ditimbulkannya menjadi beban rakyat dan negara Indonesia.

Untuk menekan angka kematian akibat epidemi penyakit tidak menular ini bukan obat atau vaksin yang diperlukan, tetapi kesadaran masyarakat sendiri untuk mengubah pola hidup yang tidak sehat menjadi pola hidup yang sehat. Bukan hanya mengurangi rokok, tetapi juga pola hidup lainnya, termasuk mengendalikan pencemaran udara dan lingkungan hidup. Masalah epidemi penyakit tidak menular ini konon akan dibahas dalam pertemuan PBB yang membahas pencapaian Sasaran Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals, atau MDGs) bulan depan di Amerika Selatan.

Kartono Mohamad
Mantan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI)

Sumber: http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/analisdetail/2010/09/11/74/Epidemi-Penyakit-Tidak-Menular

0 comments:

Post a Comment