Lifestyle » Trend and Fashion » Bali Jadi Kota Mode Internasional
Minggu, 4 September 2011 - 10:11 wib
Para model di ajang BFW (Foto: Google)
BALI selama ini identik dengan destinasi wisata tropis. Pulau dewata ini ternyata menyimpan potensi sebagai kota mode dunia. Kini, Bali pun dipandang sebagai fashion capital.
Tahun ini Bali berada di posisi ke-21 sebagai kota mode internasional. Tahun lalu, Bali untuk pertama kalinya muncul di radar Global Language Monitor (GLM), sebuah firma yang melakukan survei media, termasuk internet, mengenai kota-kota mode top dunia. Memang bukan di peringkat 10 teratas, tapi Bali sukses mengalahkan Stockholm, Copenhagen, Bangkok, dan Toronto yang sudah lebih dulu "maju" sebagai kota mode. Tahun ini Bali sukses naik 11 peringkat ke posisi 21 dan mengalahkan kota mode tropis lainnya, Rio de Janeiro, Sao Paolo, dan Miami yang masing-masing berada di posisi 23, 25, dan 26.
Bekka Payack, koresponden mode GLM Manhattan, mengatakan naiknya kota-kota mode Asia, termasuk Bali, ke peta mode dunia menunjukkan bahwa industri mode Asia semakin berkembang.
"Mode tidak lagi milik Eropa dan Amerika, melainkan sudah menjadi bahasa global ketika pekan mode bisa ditemukan di hampir setiap kota utama dunia," paparnya.
Payack juga mengatakan, Bali di peta mode dunia memiliki prestasi sebagai tropical fashion destination alias kota tujuan mode tropis dengan banyaknya pelaku mode yang menawarkan swimwear, beachwear, dan summer dress penuh warna. Bali, bersama-sama dengan Miami, Rio de Janeiro, Barcelona, dan Sidney telah menjadi swimwear fashion capital yang disambangi buyer dunia.
"Bali bisa menjadi pusat mode karena memiliki segala persyaratan yang dibutuhkan sebuah fashion capital, di mana mode memiliki posisi yang relevan dan penting bagi ekonomi lokal, termasuk di dalamnya proses produksi dan distribusi produk fashion baik secara nasional maupun internasional," komentar Payack.
Lebih lanjut, Payack menyebutkan adanya sejumlah ajang mode besar seperti Bali Fashion Week juga turut mendukung naiknya pamor Bali sebagai kota mode internasional.
Wacana Bali sebagai fashion capital berskala internasional juga diamini Presiden Direktur Batik Keris Handianto Tjokrosaputro, yang beberapa waktu lalu membuka gerai Batik Keris terbesar di Bali, tepatnya di Kuta Discovery Mall.
"Bali itu merupakan pintu gerbang Indonesia dan kami memang ingin lebih memperkenalkan batik Indonesia kepada turis asing yang banyak berkunjung ke Bali," ujarnya.
Selain Batik Keris, banyak pula desainer lokal yang memilih membuka butik di Bali untuk menarik konsumen mancanegara, seperti halnya Lenny Agustin. Ada pula desainer asing yang memilih untuk berbasis bisnis di Bali, seperti Milo, Paul Ropp, dan Espen Salberg. Butik-butik kelas internasional pun bisa ditemui di Bali, sebut saja Paul Smith yang terlihat mentereng di jalanan Kuta ataupun butik kecil dari Prancis yang "terselip" di padatnya toko fashion di jalanan Seminyak.
Era Soekamto, salah satu desainer muda Tanah Air, beranggapan hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia sebenarnya berpotensi sebagai produsen fashion, tidak melulu sebagai konsumen.
"Dengan melihat hal itu, kita bisa menjadi pemimpin tren. Kita adalah bagian dari internasional, jadi tidak ber-kiblat. Akan lebih baik jika bisa membuat trensendiri," tutur Era, yang juga mengatakan banyak desainer Indonesia yang terbukti sukses menembus pasar internasional.
"Kita jangan hanya bisa berkiblat, tapi justru jadi inspirasi," sambung pemilik label Urban Crew tersebut.
Intan Tanjung, kontributor majalah "Bali & Beyond", menyebutkan, selama ini Bali tersembunyi di mata pelaku mode internasional karena produknya hadir dalam skala kecil yang cenderung tidak terlihat.
"Pada awalnya saya menganggap remeh produk Indonesia, gayanya ketinggalan zaman dan tidak bisa mengikuti tren internasional. Tapi, setelah saya melihat lebih dekat, terutama ketika saya tinggal di Bali, saya sadar bahwa saya salah," ujarnya.
"Produk Indonesia ternyata sangat berkualitas, sangat detail dan sangat kaya," imbuhnya.
Lebih lanjut Intan mengatakan, di Bali, dirinya menemukan banyak produk fashion yang dihadirkan secara terbatas dan memberikan perasaan istimewa kepada konsumennya.
"Di Bali, banyak produk unik yang diproduksi secara manual dan dengan gaya tertentu sehingga kita tidak bisa menemukannya di kota lain," paparnya.
"Saya yakin Bali bisa menjadi fashion capital karena keunikan yang ditawarkannya," tutur Intan.
(SINDO//tty)
0 comments:
Post a Comment