Ia Lumpuh Saat Perayaan Bachelorette Party

iklan
KapanLagi.com: Woman
KapanLagi.com: Woman
Ia Lumpuh Saat Perayaan Bachelorette Party
Sep 4th 2011, 00:00

Setahun yang lalu, seminggu berselang menuju hari bahagianya, Rachelle Friedman yang berusia 25 tahun mengalami insiden yang mendaratkan dirinya di atas kursi roda untuk seumur hidupnya.

KapanLagi.com - Bulan Mei tahun lalu, hidup saya terasa berlalu secepat kedipan mata. Saat diterima sebagai karyawan sebuah perusahaan non profit yang memberi uluran tangan bagi warga usia lanjut agar tetap bisa produktif bekerja sebagai staf pengajar kelas tari maupun aerobic. Juga telah bertunangan dengan pria yang telah menjadi kekasih saya selama lima tahun, dan kami pun tengah merampungkan rencana untuk membangun keluarga. Hubungan saya dan Chris, pria yang begitu saya cintai, berawal dari persahabatan yang telah terjalin sejak kami kuliah, sampai akhirnya kami dibuai oleh cinta dan sama-sama jatuh hati. Kami sempat merasakan hidup bersama saat tinggal di North Carolina, dan saat itu kami memetakan masa depan kami bersama-sama... Dan berharap untuk segera memulai hidup baru sebagai keluarga. Rencana ini kami susun dengan antusias karena besarnya cinta yang menyelimuti hati kami.

Seminggu menjelang hari pernikahan, empat sahabat terdekat saya memutuskan ingin merayakan pesta lajang dan bersenang-senang selagi saya masih bergelar wanita single. Mereka telah merancang sebuah pesta yang meriah. Mulai dari mobil limousine yang khusus disewa untuk mengantar kami menuju the hottest club di sepanjang garis pantai Virginia, lalu berlanjut ke agenda berdansa hingga pagi menjelang. Selesai berpesta dan kembali pulang ke kediaman sahabat saya, kami berpikir malam ini akan semakin menyenangkan kalau kami berenang di kolam renang rumahnya. Rencana ini langsung diiyakan oleh semua, termasuk saya. Bersenang-senanglah kami di tepi kolam renang. Saya dan sahabat saya pun bermain-main saling dorong lalu menceburkan diri masuk ke kolam renang. Ketika itu saya tengah duduk di tepi kolam berlapiskan baju renang, lalu salah satu sahabat saya menjorokkan saya masuk ke dalam kolam renang – itu kejadian terakhir yang saya ingat.

Sebenarnya dorongannya tidak begitu kuat, tapi entah bagaimana, dorongan itu mampu membuat saya jatuh ke dasar kolam renang dengan posisi menyamping dan membenturkan kepala saya begitu keras ke lantai. Saya tenggelam, sekujur tubuh mengejang, pokoknya cuma itu saja yang saya rasakan. Kepala masih mampu saya gerakkan, tapi tidak yang lain.
"Telepon 911 sekarang juga!" teriak saya setelah muncul ke permukaan dengan posisi mengapung sambil berupaya keras tetap menghadapkan kepala ke atas. Sahabat-sahabat saya pun lekas membantu menepikan saya ke pinggir kolam dengan posisi kaki saya berada di dalam air yang merendamnya. Saya mendadak sadar kalau saya....lumpuh!

Sahabat saya yang panik tak berhenti menggenggam erat tangan saya sampai mobil ambulans tiba. Anehnya, selain tak mampu merasakan apapun yang menyentuh area sepanjang tulang selangka, saya merasa sehat dan mampu berbicara. "Pernahkah Anda menemui orang yang mampu berjalan lagi setelah cedera seperti ini?" saya mencoba bertanya pada juru medis dalam perjalanan menuju rumah sakit. Ia tampak ragu sebelum menjawab, "Dalam 30 tahun, hanya ada satu kasus." Adalah sifat saya sejak dulu untuk tabah dan optimis, sehingga saya berani bilang, "Mungkin saya jadi yang kedua."

Kabar Yang Mengubah Segalanya

Tiba di rumah sakit, segera saya menjalani CAT scan dan bersiap menerima hasilnya di sebuah ruangan privat. Sementara itu, para sahabat setia berjaga di area lobby sembari menunggu orang tua saya yang melesat ke rumah sakit setelah menerima kabar via telepon, dan memastikan mereka bisa ada di samping saya. Tak lama, dokter muncul. Terpancar wajah muram, ketika ia menjelaskan bahwa saat kepala saya terbentur, bagian tulang belakang saya mencederai area sumsum tulang belakang sehingga menyebabkan cedera yang amat fatal. Saya tak lagi bisa berjalan, tak lagi mampu menggunakan tangan, dan merasakan sentuhan di area bawah sepanjang tulang selangka. Tangisan orang tua saya pun pecah, tapi saya tidak. Saya tahu, menangis tak akan bisa memutarbalikkan waktu.

Yang saya inginkan saat itu adalah bertemu Chris. Tapi ia sedang pergi berkemah dengan ayahnya di sebuah area yang untungnya masih bisa terdeteksi dengan bantuan remote. Paling tidak ia masih bisa ditemukan, pikir saya. Ibunya dan orang tua saya menghubungi regu penyelamat hutan untuk melacak keberadaannya. Pagi harinya, saya sempat bicara dengan Chris sebelum masuk ke ruang operasi untuk proses bedah menyatakan tulang belakang saya. Kami memang punya ikatan yang kuat dan saya yakin peliknya cedera yang menimpa saya tak akan mengurangi besar cintanya pada saya. Meski demikian, rasa takut untuk menyampaikan kabar ini padanya tetap timbul di hati. "Dokter mengatakan kalau saya tak akan bisa berjalan lagi," ucap saya tanpa sengaja. Dari ujung telepon suaranya terdengar bergetar, lalu hening dan ia merespon, "Saya segera menuju ke sana." Ia pun lekas menutup telepon.

Ketika sadar kembali keesokan harinya, saya menemukan tubuh saya terbaring di tempat tidur rumah sakit lengkap dengan selang di tenggorokan serta ventilator pernapasan. Itu adalah pemandangan terburuk saat membuka mata di pagi hari. Untungnya, ada Chris di samping saya saat itu. Meski tak bisa merasakan apa-apa, saya melihat cengkeraman tangan Chris di sela-sela jari saya, lalu hinggaplah rasa nyaman itu.

Dalam masa pemulihan usai operasi, orang tua saya dan Chris tak pernah membiarkan saya sendirian, begitupun dengan para sahabat. Saya kesulitan untuk berbicara dengan adanya selang di tenggorokan. Namun, dengan papan alphabet hasil pemberian salah satu teman, saya jadi mudah berkomunikasi dengan orang lain yang datang menjenguk. Saya ingat benar kata-kata yang pertama kali saya utarakan di atas papan itu: "I'm a badass!" (Cosmo/miw)

Source: Cosmopolitan Edisi Juli 2011, Halaman 231

Provided by:

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

0 comments:

Post a Comment