Pria menyumbang 30-40 persen ketidaksuburan (inmagine)
VIVAnews - Kehidupan pernikahan terasa lebih lengkap dengan kehadiran buah hati. Namun pada sebagian pasangan, seiring bertambahnya usia pernikahan, momongan yang diharapkan tak juga kunjung hadir.
Dalam kacamata medis, pasangan yang melakukan hubungan intim tanpa kontrasepsi selama setahun namun belum mengalami kehamilan bisa disebut pasangan tak subur. Penyebabnya tak melulu dari pihak wanita. Pria juga menyumbang 30-40 persen kemandulan pasangan.
Seperti yang dialami Budi Harnata (38). Setelah tahun kedua pernikahan, dia dan istri mengaku mulai bertanya-tanya mengapa buah hati tak kunjung hadir. Setelah menjalani pemeriksaan, hasilnya mengungkap Budi mengalami varikokel.
"Setelah berkonsultasi dengan dokter saya memutuskan menjalani bedah selama 15 menit untuk mengikat pembuluh vena," katanya. Dan, tiga bulan setelahnya, sang istri akhirnya hamil secara normal. Saat ini anak pasangan ini telah berusia 20 bulan.
Pengalaman hampir serupa juga dialami pasangan Wulanita Kartiko dan suami. Setelah menjalani operasi mikro untuk mengikat varikokel suami, dalam satu tahun setelah pengobatan terjadi peningkatan kualitas jumlah dan pergerakan sperma suami. Setelah 2,5 tahun pernikahan pasangan ini berhasil mengandung secara normal tanpa inseminasi buatan.
Menurut Dr Nurdin, varikokel adalah pembuluh darah vena di sekitar kantung testis atau skrotum yang melebar sehingga menyebabkan suhu udara di testis meningkat. Padahal sebagai 'pabrik' spermatozoa, testis didesain berada di luar tubuh agar suhunya lebih dingin 2-4 derajat. "Kalau suhu naik akibat pembuluh darah melebar, akibatnya akan menaikkan suhu testis yang mengganggu produksi sperma," katanya di Jakarta.
Varikokel atau sumbatan pembuluh darah vena di kantong testis ditemukan pada 1,08-45 persen pada pria sehat dan 11-22 persen pada pria dengan kondisi infertil.
Menurut Dr Nurdin, pasien dengan kondisi varikokel yang terdeteksi saat remaja bila dibiarkan dalam 5 tahun akan mengurangi kemampuan produksi sperma. Dan, dalam 10 tahun akan membuat volume testis mengecil sehingga berkontribusi pada kemampuan reproduksinya.
Bagaimana cara mengetahui gejala varikokel? Menurut Dr Nur Rasyid, gejala varikokel bisa diketahui dengan meraba bagian sekitar testis. Pada stadium I, varikokel baru bisa teraba saat mengejan. Pada stadium II, bisa teraba tanpa mengejan dan pada stadium III, varikokel terlihat jelas dari permukaan testis.
"Varikokel ini ada yang karena bawaan pembuluh vena tak punya katup tapi ada juga yang mengalami pelebaran pembuluh vena," jelasnya.
Bila ada gejala, pengukuran volume testis juga perlu dilakukan. Volume testis yang normal, ujar Dr Rasyid masing-masing 15 ml pada kiri dan kanan yang baru dapat dilakukan saat seorang pria akil baligh atau puber. "Dahulu pengukurannya dengan membandingkan dengan alat seperti tasbih untuk melihat ukuran. Tapi saat ini telah menggunakan USG dengan membandingkan panjang, lebarnya."
Bila ditemukan usia remaja yang memiliki ukuran testis dibawah normal, tindakan medis yang dilakukan biasanya dengan intervensi obat atau operatif yang diklaim memiliki keberhasilan 60-70 persen. "Dari berbagai teknik, seperti bedah konvensional, radiologis, embolisasi, laparoskopi adan bedah mikro, bedah mikro memberi hasil paling baik dengan efek samping maksimal."
Melalui teknik bedah mikro, dokter akan membuka pembuluh darah di sekitar testis dan mengikat vena yang melebar. Sehingga darah akan mengalir melalui vena normal, yaitu yang memiliki katup. Biasanya hasilnya akan terlihat 3 bulan hingga satu tahun," katanya.
Namun, tak menutup kemungkinan juga setelah bedah, pembuluh vena di skrotum kembali melebar. Ini biasanya terjadi pada mereka yang memiliki kelainan bawaan atau vena yang melebar tanpa katup.
Selain faktor spermatozoa akibat varikokel, infertilitas pria juga disebabkan genetik, idiopati atau tak diketahui, sumbatan saluram spermatozoa, kelainan bawaan, infeksi menular seksual, dan gangguan hormon. Sedangkan faktor non spermatozoa diantaranya kelainan seksual, disfungsi ereksi, gangguan ejakulasi atau kelainan anatomi penis atau pasutri jarang melakukan hubungan intim.
Faktor Gaya Hidup
Prof Akmal Taher juga mengingatkan gaya hidup seringkali menjadi pemicu ketaksuburan pria." Kebiasaan merokok, minum alkohol, suka berendam air panas, sauna, memangku laptop saat bekerja atau memakai celana dalam ketat akan mengganggu pembentukan sperma," katanya.
Suntikan hormon testosteron seperti steroid pembentuk tubuh dapat mengganggu kesuburan. "Testosteron dari luar akan membuat tubuh berhenti menghasilkan testosteron alami. Bila berlangsung terus menerus akan menghentikan produksi spermatozoa secara bertahap atau total."
Dia menyarankan agar mempertimbangkan efek samping untuk mengasup hormon dari luar, menjalani hidup sehat dan menghilangkan kebiasaan buruk untuk menjaga kualitas calon keturunan. (umi)
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
Kirim Komentar
Anda harus Login untuk mengirimkan komentar
0 comments:
Post a Comment