Puding Coklat Turunkan Berat Badan

iklan
Tempointeraktif.com - Gaya Hidup
Tempointeraktif.com - Gaya Hidup
Puding Coklat Turunkan Berat Badan
Feb 10th 2012, 08:43

Jum'at, 10 Februari 2012 | 14:58 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Puding terdiri dari 600 kalori, protein dan karbohidrat ini sebaiknya dinikmati pagi hari, ketika metabolisme tubuh pada kondisi aktif dan seseorang bisa bekerja lebih baik dengan kelebihan kalori sepanjang hari.

Jakubowicz dan timnya berpendapat, menghindari makanan manis malah bisa menciptakan kecanduan psikologis, terhadap berbagai jenis makanan manis dalam jangka panjang.Untuk itu, menambahkan jenis makanan penutup saat sarapan, bisa mengontrol nafsu makan sepanjang hari.

Selama 32 minggu penelitian, diungkapkan jurnal Steroids, dikutip Daily Mail edisi 8 Februari 2012, partisipan menambahkan makanan penutup pada sarapan mereka berupa kue, roti, coklat telah kehilangan berat badan 40 pound (sekitar 16 kg) lebih banyak, dibandingkan dengan grup lain menghindari makanan manis. Bahkan mereka bisa mempertahankan berat badan turun dalam tempo lama.

Sarapan menyediakan energi dalam melaksanakan pekerjaan, membantu fungsi otak, dan mendorong dimulainya metabolisme. Semua itu penting untuk menurunkan berat badan.

Menurut Prof Jakubowicz, sarapan adalah makanan yang paling sukses mengatur ghrelin -- hormon yang meningkatkan rasa lapar. Ketika level ghrelin meningkat sebelum makan, saat sarapan waktu tepat untuk menekannya.

Berdasarkan hasil studi tersebut, para ilmuwan berharap bisa mengetahui apakah waktu makan dan komposisinya mempunyai dampak terhadap penurunan berat badan dalam jangka pendek dan panjang atau hal tersebut semata-mata dikarenakan jumlah kalori saja.

Salah satu tantangan terbesar dihadapi bagaimana menjaga berat tubuh dalam jangka panjang. Karena itu, mengkonsumsi lebih banyak porsi dari kalori saat sarapan, menjadi masuk akal. Hal itu tak hanya bagus untuk fungsi tubuh tetapi juga mengurangi nafsu makan.

"Partisipan dengan konsumsi rendah karbohidrat mengalami rasa puas yang lebih rendah dan merasa bahwa mereka tidak kenyang," ungkap Prof. Jakubowicz.

Akibatnya, nafsu makan mereka terhadap gula maupun karbohidrat menjadi lebih tinggi sehingga menyebabkan mereka curang dengan rencana diet mereka.

"Sebaliknya pada grup yang mengkonsumsi sarapan lebih banyak, termasuk makanan penutup, mereka tidak terlalu bernafsu terhadap makanan jenis tersebut pada siang atau malam harinya," sambung dia.

Hal ini menunjukkan bahwa diet haruslah sesuatu yang realitistis untuk diadopsi sebagai bagian dari gaya hidup baru.

Kesimpulan dari tim peneliti ini adalah bahwa bernafsu makan lebih baik ketimbang kehilangan kesuksesan menurunkan berat badan.

DAILY MAIL | ARBA'IYAH SATRIANI

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

0 comments:

Post a Comment