Pesona Cheongsam di Mata Sebastian Gunawan

iklan
KapanLagi.com: Woman
KapanLagi.com: Woman
Pesona Cheongsam di Mata Sebastian Gunawan
Jan 14th 2012, 02:38

Mengenai koleksinya kali ini, tema diambil dari inspirasi tahun 20an yang menurut Seba, pada era tersebut unsur kemewahan dan percampuran budaya saat itu sangat kuat.

KapanLagi.com - "Busana Shanghai atau Cheongsam seperti halnya budaya berkebaya di sini. Kalo dulu kebaya cuma pakai kain, sekarang bisa pake rok, celana, begitu pula busana Shanghai,dan yang pasti wanita - wanita sekarang makin peka dan pintar dalam memilih apa yang ingin mereka pakai," begitu ucap Sebastian Gunawan sumringah, seolah melepas rasa lega mengingat ini adalah show awal tahunnya yang cukup singkat dalam persiapan namun mampu terlaksana dengan sempurna.

Desainer yang akrab dengan panggilan Seba ini, berhasil kami ajak sedikit berbincang di tengah persiapan shownya di Mulia Hotel (12/1) kemarin. Mengenai koleksinya kali ini, tema diambil dari inspirasi tahun 20an yang menurutnya pada era tersebut unsure kemewahan dan percampuran budaya saat itu sangat kuat. Dalam hal cutting Seba menjelaskan unsur embrodery, payet, juga drapir dengan banyak penggunaan bahan tile, brokat, duchess satin, damask, permainan padu padan jenis bahan serta twist of look juga terlihat dalam koleksinya kali ini. Contohnya atasan cheongsam berbahan lace ketat dengan tampilan seolah kemben dipadu modifikasi balloon skirt berbahan tulle, baju Cina dengan style kebaya, blouse Cheongsam dengan potongan lebih dramatis, serta kebaya encim dipadu blouse Cina dengan floating skirt.

Dalam pemilihan bahan, Seba mengaku menggunakan warna – warna khas Cina, yaitu merah, hijau, emas, silver dan brown, sementara untuk melengkapi tampilan gaya rambut dibuat dengan inspirasi negeri Tibet.

Dikenal sebagai perancang kreatif dan produktif, koleksi bernuansa Oriental ini ia beri tema Shanghai Swing. Tema berkisah tentang eksplorasi Sebastian Gunawan pada cheongsam yang sering disebut juga sebagai 'baju Shanghai'. Baju tradisional itu diinterpretasikan kembali menjadi beragam gaun modern masa kini yang kaya siluet, konstruksi, detail dan kemewahan baru.

Bagi Seba, gaun cheongsam sama halnya dengan kebaya, baju tradisional yang bisa dikembangkan menjadi lebih modern. Juga seperti little black dress di mana pemakai memilikinya sebagai busana yang bisa ia simpan dan pakai kembali setiap saat, baik untuk acara yang spesifik maupun non spesifik. Tips darinya, bagi wanita yang enggan menampilkan busana yang bagian atasnya terbuka, baju cheongsam bisa dijadikan pilihan.

Peragaan yang digelar menjelang datangnya Tahun Naga ini, diharapkan dapat menjadi alternatif pilihan berbusana dalam perayaan Tahun Baru Imlek nanti. Sebanyak 60 koleksi yang ditampilkan sore ini merupakan sebuah dunia cheongsam di mata Sebastian Gunawan. Konstruksi cheongsam dibuat dalam berbagai tampilan dengan tetap memperlihatkan ciri khas baju cheongsam selama ini, yaitu bentuk kerah Cina, siluet ramping dan lengan pendek. Dengan tebaran kristal, manik dan aksen bulu, gaunnya terlihat penuh kemewahan dan bernuansa Eropa. Pesona lainnya hadir dalam pola floating skirt yang ringan dan genit memberi kesan gaya elegan ala Dior era 1950-an. Bahan brokat bunga dengan taburan mutiara menyampaikan feminitas, sementara bordiran motif-motif khas Oriental memberikan nuansa klasik tradisional yang kuat.

Pada rancangan lain, gaunnya berpotongan pas badan dengan kombinasi rok transparan yang terlihat sexy. Beberapa gaun cheongsamnya membawa suasana folklorik dengan aksen frill yang tegas pada rok dan juga melalui bordir bergambar bunga dan burung yang diilhami seni kerajinan sulam Cina. Gaunnya tidak selalu berpotongan terusan satu bagian. Seba juga menawarkan rancangan dua bagian terdiri bolero atau blus pendek yang ditumpuk di atas gaun panjang strapless. Bahkan ada yang terdiri dari tiga bagian yang merupakan kombinasi bolero, blus dan rok.

Koleksi dibuka dengan rancangan gaun pendek cocktail dan berakhir pada gaun panjang untuk malam hari. Aksesori menjadi daya tarik tersendiri, terinspirasi budaya Tibet dan perhiasan maharani India, ia hadirkan hiasan kepala berupa bando bergantung bandul chandelier bebatuan, kristal dan mutiara. Sepatu dirancang bersol tebal dan sedikit runcing ke atas di bagian depan mirip bakiak Belanda, dengan strap silang lebar yang sepintas mirip sepatu para balerina. Dipadu gaun-gaun brokat, sutra dan jacquard terciptalah paduan Timur dan Barat yang cantik. Brokat bertabur kristal, jacquard sulaman dan sutera penuh permata mengekspresikan glamorama pada koleksi perancang yang dijuluki "Soultan of Glamour" ini. Warna rancangan bermain dalam palet ocre, nuansa pastel sampai hitam. Di sana-sini muncul warna hijau yang merupakan ungkapan kecintaannya pada batu giok (jade). Interpretasi cheongsam dalam beragam gaya ini memberi banyak alternatif bagi para pecinta mode yang ingin menampilkan dirinya dalam gaya bernuansa Oriental. (wo/ana/miw)

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

0 comments:

Post a Comment