sosis (doc.Corbis)
VIVAnews - Menyantap daging olahan setiap hari dapat meningkatkan risiko kanker pankreas. Meski berdasar studi terbaru risiko kanker masih kecil, namun mengurangi asupan daging olahan dalam menu diet harian merupakan langkah yang sehat.
Berdasar hasil review dari tujuh studi yang diterbitkan sebelumnya, para peneliti di Swedia menyimpulkan bahwa mereka yang menyantap empat ons daging olahan setiap hari memiliki risiko kanker pankreas 19 persen lebih tinggi. Empat ons setara dengan satu batang sosis atau empat lembar daging asap.
"Saat ini, risiko kanker pankreas normalnya sekitar 1,4 persen, jika Anda memiliki kebiasaan makan daging olahan setiap hari risikonya meningkat menjadi 1,7 persen," kata Dr Richard Besser, berdasar studi yang dipublikasikan dalam British Journal of Cancer, seperti dikutip ABC News.
Berdasar Institut Kanker Nasional di Amerika Serikat, kanker pankreas memengaruhi satu dari setiap 65 pria dan wanita. Namun, lantaran mayoritas penderita terlambat mendeteksi penyakit tersebut, hanya sekitar 5,5 persennya yang mampu bertahan hidup selama lima tahun.
Meski penyebab langsung belum diketahui, kanker pankreas jamak menyerang mereka yang memiliki gaya hidup buruk. Selain mereka yang memiliki kebiasaan makan daging olahan, penyakit ini juga banyak ditemukan pada mereka yang merokok, diabetes atau menderita obesitas.
Tingginya kandungan garam dan lemak, membuat daging olahan memainkan peran besar dalam memicu sejumlah masalah kesehatan. Tak hanya kanker pankreas, konsumsi daging olahan tanpa kendali juga dikaitkan dengan kanker usus besar dan kandung kemih. "Kami selalu mengatakan agar tidak makan daging olahan terlalu banyak," kata Besser.
Kaitannya dengan kanker, para peneliti menduga berasal dari nitrit, bahan kimia pengawet yang turut tercerna di dalam perut dan masuk ke pankreas melalui aliran darah. "Jika Anda ingin mengurangi risiko ini, Anda bisa mencari produk-produk yang tidak mengandung nitrit," katanya.
Yayasan Perdagingan di Amerika Serikat (AMIF) berpendapat bahwa daging merah maupun olahan merupakan bagian penting yang menunjang kesehatan dalam diet seimbang. Dan, kesimpulan yang terkait dengan kandungan nutrisi harus didasarkan pada studi yang lebih komprehensif, bukan studi tunggal.
"Terlalu sering muncul temuan-temuan epidemiologi dengan karakter 'tertutup', seolah-olah mereka telah menemukan penyebab pasti dari penyakit tertentu," kata Presiden AMIF, James Hodges. "Terlepas temuan itu, diet seimbang dan berat badan yang sehat adalah kunci untuk kesehatan yang baik." (eh)
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
Kirim Komentar
Anda harus Login untuk mengirimkan komentar
0 comments:
Post a Comment