TEMPO Interaktif, Jakarta - Melanie Putria, selebritas yang baru saja melahirkan anak, berniat mengembalikan bentuk tubuh idealnya seperti semula. Salah satu caranya adalah rajin berlatih kebugaran. "Tapi akhir-akhir ini, jika habis nge-gym, selalu merasa pegal. Terkadang bangun tidur pun, namanya punya anak kecil harus bangun malam untuk menyusui, sering merasa pegal," kata Melani saat peluncuran produk koyo baru di Jakarta.
Menurut dr Michael Triangto, SpKO, ahli masalah kebugaran dan olahraga, apa yang dialami Melanie, sangat umum terjadi. "Selain karena beban yang digunakan saat nge-gym terlalu berat, bisa jadi gerakan yang kurang tepat," kata Michael.
Keluhan rasa pegal mudah terjadi pada mereka yang gemar berolahraga. Tapi sebenarnya rasa pegal juga diakibatkan oleh kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belanja, dan menelepon. "Karena itu, tak mengherankan jika rasa pegal menyerang otot-otot penopang tubuh, seperti leher, bahu, siku, pinggang, dan lutut," kata Michael. Menurut Anie R. Zetga, Senior Brand Manager Panadol, berdasarkan penelusuran opini konsumen, lebih dari 80 persen pegal terjadi pada orang dewasa. Meskipun ada yang lebih berisiko, yaitu mereka yang berada dalam usia produktif dan giat beraktivitas.
Michael mendefinisikan pegal sebagai rasa nyeri yang terjadi setelah 24 jam kejadian trauma, seperti olahraga dan aktivitas lain yang terjadi hingga 2-3 hari. Jenisnya bermacam-macam, termasuk di dalamnya nyeri otot. Nyeri otot sendiri biasanya terjadi akibat gerakan berulang-ulang seperti saat berolahraga. Bisa juga oleh kegiatan sehari-hari. Penyebabnya adalah trauma, gerakan berulang, atau bisa juga oleh pukulan.
Ketika kita memaksa otot bergerak lebih cepat atau lebih kuat, kita memaksa otot merenggang dengan sangat lebar, sehingga terjadi ketidakseimbangan. Akibatnya, otot mengejang setelah terjadi kontraksi karena menahan beban dalam waktu lama. Karena otot kurang mengalami relaksasi plus pergerakan tubuh terbatas atau statis, otot akan memendek secara tiba-tiba dan meradang. Inilah penyebab munculnya rasa pegal tersebut.
Ini sebenarnya reaksi tubuh yang normal dan alami untuk melindungi tubuh dari beban yang terlalu berat. Tapi, akibat pemendekan jaringan di sekitar otot yang meradang dan terasa nyeri, otot menjadi tidak efektif dan tidak produktif. Pegal juga bisa terjadi akibat penumpukan asam laktat, yaitu saat kita kurang melakukan peregangan dan berolahraga.
Bila dibiarkan, bisa menyebar ke sendi dan otot sekitar sendi. Sayang, orang cenderung menganggap pegal sebagai kondisi sehari-hari yang dianggap normal. Bukan dianggap sakit. "Lagi-lagi fenomena gunung es terjadi di sini," kata Michael seraya mengingatkan, jika dibiarkan dan dianggap sepele, rasa pegal bisa mengurangi efektivitas dan produktivitas seseorang.
Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Obat-obatan antinyeri memang bisa digunakan. "Saya bahkan tak bisa melarang orang membeli obat sendiri, tapi harus diwaspadai cara pakai dan dosisnya, mengingat efek samping dari tiap obat. Ya, tidak ada obat yang tidak memiliki efek samping. Karena itu, penggunaan obat topikal lebih dianjurkan," kata Michael seraya menyebut obat topikal, seperti obat oles gosok dan koyo. Efeknya bisa lebih diminimalkan.
"Saya sendiri juga lebih memilih obat gosok. Cuma, kok sering kali sisa aromanya agak mengganggu. Jadi sekarang lebih memilih patch yang mengandung hydrogel gel berkadar air tinggi, glycol salisilat, mentol, dan camphor," kata Melanie.
Apa pun pilihannya, menurut Michael, cara kerja untuk melawan rasa pegal sebenarnya sama. "Di alam ini, apa pun yang dipanaskan pasti memuai. Demikian pula otot. Dengan memanaskan, otot akan memanjang dan kembali ke bentuk semula," kata Michael. Masyarakat Indonesia sudah terbiasa menggunakan berbagai pilihan pengobatan, seperti pijat; obat gosok; seperti krim dan minyak; kerokan; kompres; berendam di air hangat; dan menggunakan koyo.
UTAMI WIDOWATI
0 comments:
Post a Comment