Berkuda untuk Anak Autis

iklan
Tempointeraktif.com - Gaya Hidup
Tempointeraktif.com - Gaya Hidup
Berkuda untuk Anak Autis
Jan 11th 2012, 03:03

Rabu, 11 Januari 2012 | 09:08 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Christine rajin membawa dua anak kembarnya ke tempat latihan berkuda di Bandung, sejak dua bulan lalu. Juli dan Juliane (semua bukan nama sebenarnya), 4 tahun, terdeteksi menderita spektrum autisme atau autis sejak berumur 2 tahun. Mereka ke sana untuk terapi. Tiga bulan lalu, Christine membaca salah satu jurnal kesehatan luar negeri yang menginformasikan terapi berkuda bagi anak autis.

Terapi berkuda yang dijalani si kembar memang sedang marak dilakukan anak dengan autisme lain. Memang belum disediakan tempat berkuda khusus untuk anak penderita autisme di Indonesia. Latihan berkuda bisa dilakukan di tempat biasa, asalkan di bawah bimbingan pelatih yang mengerti kondisi anak berkebutuhan khusus, serta dokter spesialis rehabilitasi medik.

Menurut dokter spesialis anak dari Klinik Terapi Pediatrik, di Jalan Cipaku, Bandung, Dewi Utama, ada dua istilah untuk terapi ini. Pertama, hippotherapy, yang merupakan bagian dari fisioterapi (terapi fisik). Pada terapi ini, anak autis yang melakukan latihan berkuda berada di bawah pengawasan dokter spesialis rehabilitasi medik.

Kedua, therapeutic riding atau terapi berkuda. Terapi ini merupakan bagian dari rekreasi yang bermanfaat bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Namun, dalam penerapannya, terapi ini harus berada di bawah pengawasan pelatih yang berpengalaman dalam bekerja dengan anak-anak berkebutuhan khusus.

Sebelum memutuskan mengikuti program terapi berkuda, Dewi menuturkan sebaiknya anak mendapat evaluasi lengkap yang dapat menilai responsnya terhadap berbagai stimulasi sensorik. "Seperti suara, tekstur tertentu, perubahan dalam gerakan dan titik tumpu, bau-bauan, dan lain-lain yang ada di tempat latihan berkuda," ujar Dewi.

Meski cukup populer, belum diketahui seberapa besar tingkat keberhasilan terapi ini. Sebab, menurut Dewi, terapi untuk autisme sangat bergantung pada derajat keparahan individunya. "Selain karakter dari anak-anak, spektrum autisme sangat bervariasi, tiap individu punya profil masing-masing. Demikian pula respons mereka terhadap terapi," katanya.

Dalam kasus si kembar, tiga bulan latihan sudah ada hal positif. "Memang belum terlihat perkembangan yang signifikan, tapi si kembar mulai mengurangi beberapa kebiasaan, seperti gerakan tangan berulang," ujar Christine, Ahad lalu.

Adapun autisme bukanlah suatu "penyakit". Autisme adalah masalah perilaku yang merupakan manifestasi dari adanya perbedaan dalam perkembangan otak. Karena itu, seorang anak dengan autisme memerlukan terapi agar mereka dapat beradaptasi dengan lingkungannya.

Ini merupakan masalah perilaku yang menyangkut kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi dari seorang individu. Karena itu, Dewi menambahkan, autisme memerlukan penanganan terpadu dari beberapa profesional dengan disiplin ilmu yang berbeda. "Misalnya dokter spesialis anak, dokter spesialis saraf, dokter spesialis kesehatan jiwa, guru, juga berbagai terapis," ucapnya.

Sebuah terapi dilakukan untuk memperbaiki tampilan perilaku atau proses berpikir dari seorang anak dengan autisme. Mengubahnya tentu dengan cara menghindarkan sesuatu yang dapat memicu kecemasan atau timbulnya perilaku yang tidak lazim. "Tentunya dilakukan dengan memodifikasi lingkungan di mana mereka tinggal," ujar Dewi.

Selain berkuda, ada beberapa terapi lain yang lazim dilakukan terhadap anak atau individu dengan autisme. Misalnya diet, detoksifikasi, bermain dengan lumba-lumba, terapi sensor terintegrasi, dan sebagainya.

Dari sekian banyak jenis terapi bagi individu dengan autisme, tidak satu pun yang bisa diklaim besar keberhasilannya. "Tiap terapi punya teori sendiri-sendiri. Bukan hanya di Indonesia, di seluruh bagian dunia belum ada kesepakatan apa yang terbaik bagi mereka," ujar Dewi.

CHETA NILAWATY

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

0 comments:

Post a Comment