Oleh Er Maya Nugroho
CUPID telah melepas busur panahnya. Menancap tepat di hati manusia. Pada busur itu lalu telah pula teraliri partikel serupa cinta, apakah Eros atau Agape, hanya kata hati manusia itu sendiri yang akan memutuskan.
Apa sih yang menarik hingga Dewi tertarik dan terikat hati pada Bram, prianya? Dewi tertarik pada Bram yang berkacamata minus, manis dan berhidung mancung. Rasa suka dan kagum Dewi diletakkan pada objek serupa Bram, tanpa melibatkan hati, asal sudah 'gathuk', tak jadi soal.
Dalam bahasa latin, cinta Dewi itu disebut sebagai cinta yang Eros. Gairah semacam 'Erotic' terlecut. Saat bersamanya, Bram harus tampil memesona, wangi, tak boleh kumel apalagi lusuh. Ah, kecintaan yang memberlakukan ketentuan dan syarat. Bram lelah, apalagi Dewi.
Tapi setelah sekian lama menjadi kawan dekat satu hati, Dewi belajar pada Bram tentang sebuah cinta yang Agape. Gairah Dewi pada pesona Bram melebur menjadi rasa serupa kasih dan sayang. Tak lagi bersyarat cinta itu, karena kasih mereka saling tercurah tanpa menuntut balas. Tuhan telah membasuh jiwa kering yang bersemayam di hati Dewi dengan sebentuk cinta tulusnya pada Bram.
***
Cinta yang Eros bisa datang dan pergi sesuka hati. Jika tak lagi memenuhi standar dan kualifikasi, bersiaplah terdepak dari kehidupannya. Ia datang layaknya burung yang hinggap di atas pohon, tak terduga kemunculannya. Ada yang memancing gairah manakala burung yang menarik lewat selintas di depan mata, dan menggelitik rasa ingin menangkapnya.
Parahnya, terkadang seseorang yang terlena panah cinta eros mendadak jadi irasional terhadap orang yang dicintainya. Mata hati tertutup dan lalu cinta menjadi buta. Hanya bisa merabai tanpa bisa merasai. Sebuah kekurangan tertutupi rapat dan runtuh seketika setelah endapan kelebihan yang ada pada diri seseorang muncul ke permukaan. Hal ini tak bisa lepas dari tendensi satu komposisi umum dari cinta, yaitu rasa suka.
Sebuah penelitian membenarkan bahwa kadar emosi yang meluap kala jatuh cinta dikarenakan oleh sebuah molekul yang disebut nerve growth factor [NGF] yang jumlahnya fluktuatif. NGF inilah yang lalu bertanggungjawab atas tumbuhnya jerawat pada seseorang yang sedang dimabuk cinta.
Namun, rasa suka dan sebuah kecocokan memang selalu bisa memunculkan benih cinta. Ia tersemai di dasar hati, terpupuki oleh kasih dan sayang, disirami jiwa yang bersih. Itulah yang dirasa Dewi pada Bram. Rasa sukanya telah berkembang menjadi sebentuk cinta yang tumbuh subur di dalam hati, sebuah cinta yang Agape.
Tapi waspadalah, pada fase cinta ini, sebuah kecocokan satu rasa bisa saja lalu berubah menjadi ketidakcocokan. Mungkin saja karena kadar NGF pada cinta sangat tinggi di tahun pertama, dan lalu menurun drastis di tahun-tahun berikutnya. Jika terus dipelihara, ketidakcocokan akan menjadi persoalan besar yang berujung pada penghentian rasa cinta. Sebuah perpisahan lantas menjadi jalan satu-satunya untuk mengatasi masalah. Miris!
Perlu kedewasaan dan kearifan dalam menyikapi sebuah masalah. Cinta tak akan jadi mati dalam hati, jika kita masih punya kekuatan dan niat untuk kembali memupuknya, menyiraminya, merawatnya, dan senantiasa memperhatikan tumbuh kembangnya. Inilah pelajaran hidup sesungguhnya, belajar mencintai sebuah ketidaksempurnaan dengan cara yang sempurna.
(
maya/CN19)
Bagi Anda pengguna ponsel, nikmati berita terkini lewat http://m.suaramerdeka.com
Dapatkan SM launcher untuk BlackBerry http://m.suaramerdeka.com/bb/bblauncher/SMLauncher.jad
0 comments:
Post a Comment