Ready-to-Wear 2012

iklan
Sindikasi lifestyle.okezone.com
KapanLagi.com: Woman
Ready-to-Wear 2012
Dec 19th 2011, 12:20

TAHUN 2012, industri ready-to-wear alias busana siap pakai di Indonesia akan semakin bersemi. Barisan desainer muda kini tanpa ragu terjun di bisnis ready-to-wear ketimbang bergulat dengan haute couture dan custom made.

Di industri mode, tidak bisa dimungkiri,yang menjadi kekuatan roda pemutar uang sebuah brand adalah lini siap pakai.Jika istilah haute couture dari lini primer meneriakkan prestise dan status,maka rangkaian ready-to-wear yang ditempatkan di lini sekunder adalah simbol pundi uang. Hal tersebut bisa dilihat melalui barisan pekan mode berskala internasional yang terbentang dari New York hingga Tokyo.

Para desainer yang terlibat di dalam sejumlah pekan mode tersebut menghadirkan koleksi busana siap pakai yang praktis bagi kaum urban dengan mobilitas tinggi.Adapun mereka yang ingin tampil lebih gaya, bisa memilih koleksi yang lebih edgy dengan twist dan detail unik yang disematkan perancang.Namun, itu pun tetap dalam jalur ready-to-wear, lini koleksi yang mendatangkan pundi-pundi bagi pelaku mode.

Lalu,apa yang terjadi dengan haute couture atau adibusana,yang sejarahnya bisa dirunut hingga era Raja Louis XV? Hillary Alexander, Fashion Director The Telegraph, menyebutkan bahwa era haute couture sebagai bahasa mode telah berakhir saat konsumen memutuskan lebih membutuhkan busana yang bisa mengakomodasi kegiatan mereka sehari-hari. Haute couture pun berubah statusnya menjadi niche di dunia mode yang kental dengan citra eksklusif.

Sementara, ready-to- wear atau yang dikenal dengan istilah pret-a-porter di Prancis menjadi industri baru yang meroket dan langsung diadopsi oleh para pelaku mode demi meraih keuntungan maksimal dalam tempo singkat. Pierre Cardin, jeli menangkap celah ini dan menjadi perancang pertama yang membuka lini ready-to-wear pada tahun 1960-an, bahkan dengan cepat Cardin merilis lisensi labelnya yang membuat koleksi Pierre Cardin bisa ditemukan dengan mudah di seluruh dunia.

Singkat cerita, ready-to-wear pun menjadi "jualan" utama pelaku mode yang kini semakin dimatangkan dengan cara ritel dan wholesale. Untuk menjaga eksklusivitas, busana siap pakai, yang statusnya berada di antara adibusana dan busana massal, hanya dibuat dalam jumlah tertentu dan dipertunjukkan dalam ajang pekan mode dua kali setahun,yang sekaligus menjadi sumber informasi bagi fashionista akan kecenderungan tren mode musim berikutnya.

Jelaslah di panggung mode internasional, pekan mode berarti "jualan"koleksi ready-to-wear, walaupun Paris, sebagai fashion capital masih mengadakan pertunjukan haute couture dua kali setahun.Namun, saat buyer menghadiri sebuah pekan mode, koleksi yang akan dipilih tentu yang memiliki rancangan yang mudah dijual dan akan menjadi the it style dan masuk dalam jajaran tren mode global.

Lalu,bagaimana dengan Indonesia? Dari dua pekan mode utama,Jakarta Fashion & Food Festival dan Jakarta Fashion Week,bisa dilihat bahwa pelaku mode Indonesia telah merangkul era ready-to-wear.Banyak di antara pelaku mode yang telah bisa memisahkan lini produknya dan berjalan di jalur siap pakai. Hal ini tidak hanya memenuhi kebutuhan konsumen akan busana praktis,berdaya pakai tinggi, juga bisa memberikan keuntungan maksimal bagi si pelaku mode.

Memang, jika berbicara potensi, Indonesia memang memiliki sumber daya dan talenta yang bisa disandingkan dengan pelaku mode internasional. Namun, dari segi bisnis, industri mode Indonesia belum tergarap secara maksimal. Grace Clapham, buyer asal Australia, yang menghadiri Jakarta Fashion Week, beberapa waktu lalu mengatakan bahwa Indonesia harus lebih mantap mengarahkan pekan mode menuju ready-to- wear. "Saya banyak melihat desainer potensial yang menyuguhkan koleksi atraktif di atas catwalk.

Tapi, jika menyangkut konsumen, seharusnya koleksi yang disajikan bisa lebih ke arah ready-to-wear," paparnya. Namun, pelaku mode Indonesia sudah membuktikan bahwa mereka bisa bersaing di pasar ready-to-wear. Sebut saja Musa Widyatmodjo yang semakin agresif dengan lini M by Musa. Begitu juga dengan Lenny Agustin yang tidak hanya terus berekspansi dengan lini sekundernya, Lennor, juga dengan lini tersiernya, WAW, yang menyediakan koleksi kasual bagi kaum muda.

Di jajaran desainer muda, Stella Rissa punya label sekunder stella.r yang kini menjadi must have- item bagi sosialita muda Ibu Kota.Sementara Eddy Betty melangkah di jalur yang sama lewat edibi. Sebastian Gunawan dan Biyan Wanaatmadja malah sudah lama bergelut di bidang ready-to-wear.Seba dengan lini Red Label dan Votum. Adapun Biyan dengan Studio 133 dan (X) SML yang bisa ditemukan di department store dan pusat perbelanjaan premium (tty)

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

0 comments:

Post a Comment