Batik Warna Alami, Aman untuk Kesehatan tetapi Mahal

iklan
Sindikasi lifestyle.okezone.com
KapanLagi.com: Woman
Batik Warna Alami, Aman untuk Kesehatan tetapi Mahal
Sep 30th 2011, 03:46

Lifestyle » Trend and Fashion » Batik Warna Alami, Aman untuk Kesehatan tetapi Mahal
Jum'at, 30 September 2011 - 10:46 wib

Chaerunnisa - Okezone

Membatik dengan warna alami. (Foto: Jakartatourism.co.id)
Membatik dengan warna alami. (Foto: Jakartatourism.co.id)

BAGI Anda pencinta atau kolektor batik, tentu belum afdol jika tidak melengkapi koleksi dengan batik pewarnaan alami. Di mana warna kain batik diperoleh dari bahan alami. Selain memiliki warna khas, kain batik ini juga lebih aman bagi pemakainya. Namun, harga batik ini relatif lebih mahal dari batik biasa.

Karena tidak menggunakan pewarnaan bahan kimia, batik warna alami punya daya tarik tersendiri bagi para pencintanya. Batik warna alam memberi kesan lebih lawas dan mahal.

"Batik dengan warna alami lebih dove, jadi berkesan lawas dan mahal," kata Benny Gratha selaku Edukasi Museum Tekstil ditemui di Museum Tekstil, Jakarta Pusat, Kamis (29/9/2011).

Kendati menggiurkan, namun dibanding bahan sintesis, proses pembuatan batik pewarnaan alami lebih sulit. Usai dikeringkan, batik lebih dahulu dibersihkan dan dimasak menggunakan kayu bakar. Bahkan, ada batik yang proses pewarnaan alaminya harus dilakukan hingga tiga bulan, yaitu batik gentong dari Madura.

"Batik gentong Madura proses pewarnaannya dimasukin gentong saat pencelupan, lalu setiap hari diganti airnya. Proses ini dilakukan selama tiga bulan. Tak heran jika harga batik gentong Madura lebih mahal daripada batik lainnya," papar Benny.

Proses pewarnaan bahan alam ini juga tergolong rumit, perlu uji coba berulang kali untuk memeroleh warna yang khas. Meski begitu, warna-warna bahan alami lebih kaya, sehingga perajin batik lebih leluasa berkarya.

Namun, jangan sampai keliru membeli batik pewarnaan alami. Sebab banyak orang terkecoh dengan batik pewarnaan alami yang umumnya lebih "butek" dari batik lainnya.

"Zat warna alam 'taste'-nya memang soft, tapi warna 'butek' yang dihasilkannya kadang karena kurang sabarnya pengrajin memakai mordan. Sehingga warnanya pasti akan luntur. Kadang-kadang para pengrajin juga nakal mencelup dengan warna alam yang berkesan ireng atau kusam," jelas Hendri Suprapto dari Balai Batik Yogyakarta di kesempatan yang sama.

Pewarnaan alami biasanya berasal dari bahan tumbuhan, akar, kulit, dan kayu. Berbagai jenis tanaman bisa dimanfaatkan, bahkan bahan-bahan masakan di dapur dapat diolah menjadi warna batik alami.

"Dari dapur bisa jadi warna. Bisa dengan bawang, kulit manggis, nangka, daun suji, dan sebagainya. Jadi tidak terlalu sulit untuk berlatih sendiri (membatik dengan warna alami), dari bahan-bahan yang ada di rumah bisa digiunakan. Sehingga jadilah nada-nada yang berlainan, dari dapur bisa jadi warna-warna kreatif," imbuh Prof Yusuf Affendi D selaku Dekan Fakultas Senirupa Universitas Trisakti.

Dengan semua proses tersebut, tak heran jika batik pewarnaan alami tiga kali lebih mahal dibandingkan batik biasa. Harga per potong bisa mencapai Rp3 juta hingga puluhan juta.

(nsa)
mobile Nikmati berita terikini lewat ponsel Anda di m.okezone.com & bb.okezone.com untuk BlackBerry

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

0 comments:

Post a Comment