Perasaan tidak tenang, gelisah, merasa bersalah, over protective, dan segala hal yang berbau pikiran negatif adalah salah satu bentuk dari kekhawatiran berlebihan.
KapanLagi.com - Khawatir atau cemas adalah tindak perilaku wajar setiap individual yang merupakan respons dari keadaan berbahaya yang sedang mengancam. Rasa cemas pada umumnya, timbul akibat sumber yang jelas, dan penyebabnya benar terjadi di dalam kenyataan.
Berbeda dengan kecemasan berlebih. Gejala yang ditimbulkan dari rasa ini disebabkan oleh pikiran-pikiran yang tak tentu arahnya. Di tahap inilah seseorang mulai berangan-angan atau berandai-andai tentang dampak yang akan terjadi pada dirinya, padahal apa yang mereka pikirkan belum tentu benar adanya. Biasanya kecemasan berlebih akan diikuti dengan kata, "bagaimana jika....", "bagaimana jika aku gagal" , ''bagaimana jika dia marah", ''bagaimana jika aku membuat kesalahan", dan sebagainya. Dapat kita lihat, bahwa kata "bagaimana jika" adalah suatu proyeksi akibat ketidakpercayaan seseorang akan dirinya sendiri, bahkan lingkungan di sekitarnya. Dan setiap situasi di lingkungannya akan tampak berpotensi berbahaya bagi dirinya.
Kecemasan dapat terjadi berupa protect terhadap diri sendiri maupun orang lain. Kecemasan terhadap diri sendiri biasanya ditandai dengan keluarnya keringat pada tangan dan sekujur tubuh, panas dingin, grogi, bahkan menjaga jarak terhadap sesuatu atau seseorang yang dianggap berbahaya baginya. Berbeda dengan kecemasan yang dilakukan terhadap orang lain, biasanya hal ini disebut dengan obsesi berlebihan. Seseorang yang terobsesi pada orang lain pun akan melakukan penjagaan ketat pada orang tersebut.
Hal ini, tentu saja berdampak buruk bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Dampak yang sering terjadi adalah perasaan risih akibat perlakuan overprotective yang ditimbulkan akibat obsesinya yang tinggi pada seseorang.
Selain itu kecemasan tak berpengaruh pada satu kondisi saja, namun akibat kecemasan yang berlebih ini, dapat mempengaruhi hubungan antara pertemanan, kekeluargaan, bahkan pernikahan. Karena, rasa cemas berlebih yang timbul pada seseorang seringkali membuat orang itu sudah tidak lagi berpikir rasional. Akibatnya, dia akan terus mengintai dan menjaga jarak mengenai apa yang terjadi pada diri dan lingkungan sekitarnya. Tak ayal hal ini dapat membuat beberapa orang merasa tidak dipercaya bak tersangka kasus kejahatan.
Kecemasan yang banyak terjadi ialah kecemasan interpersonal yang berkaitan dengan hubungan seseorang itu dan kerabatnya. Seperti yang dicontohkan oleh ahli psikolog, Case Western Reserve, satu dari pasiennya mengakui bahwa rutinitas yang dia lakukan sehari-hari adalah menelepon suaminya setiap 5 menit sekali. Perlakuan ini dilakukan Amy sebagai upaya pengontrolan atau pengecekan kegiatan yang dilakukan oleh suaminya. Kasus ini, selain dapat menyebabkan gangguan kejiwaan bagi Amy, tentu dapat merusak hubungan pernikahannya.
Di lain tempat, seseorang pergi berkonsultasi dengan salah seorang dokter untuk menceritakan kecemasan temannya terhadap dirinya. Pasalnya, lelaki yang bernama James ini pernah mengidap penyakit kanker yang parah. Rutinitas berobat telah dia lakukan, hingga suatu hari James memilih untuk mengisi harinya dengan kehidupan yang wajar. Berbeda dengan James, Steve yang menjadi temannya menaruh obsesi yang tinggi terhadapnya. Dia mengontrol segala tindak tanduk James, mulai dari mengingatkan untuk mencuci tangan sebelum makan, makanan apa saja yang dikonsumsi, bahkan apa-apa saja yang tidak boleh disentuh oleh James. Dapat kita bayangkan apa yang akan dilakukan James terhadap temannya, dia menggertakkan giginya dan meninggalkan Steve akibat kemuakannya terhadap obsesi yang tak terkontrol olehnya.
Menurut beberapa ahli. timbulnya kecemasan dapat dilihat dari besarnya pengaruh kejadian di masa lalu. Seseorang yang mengalami hal ini biasanya trauma akan sesuatu yang pernah menimpanya. Sehingga perasaan trauma yang sangat memukulnya membuat dia berusaha untuk tidak akan mengalami kejadian yang sama. Adapun di sisi lain, di mana seseorang sering mengalami kegagalan dalam hidupnya, yang berujung timbulnya semacam ketidakpercayaan diri yang berujung cemas atau grogi berlebihan. Atau bahkan, kejadian yang tidak pernah terjadi pada dirinya pun dapat menyebabkan seseorang merasa cemas berlebih. Hal ini dikarenakan, orang tersebut melihat, mendengar, dan mengetahui cerita-cerita buruk yang terjadi di sekitarnya. Sehingga ditanamkan dalam pikirannya bahwa hal itu sewaktu-waktu dapat menimpa dirinya.
Patut Anda ketahui, waspada pada sesuatu yang akan terjadi pada diri kita merupakan suatu keharusan. Namun, akan berbeda jadinya jika kewaspadaan itu menjadi momok yang menghantui pikiran kita setiap saat.
Jika Anda mulai mengalami cemas berlebih dan mulai berimajinasi dengan pikiran-pikiran tak rasional terhadap diri dan sekitar, sebaiknya konsultasikan masalah ini kepada dokter psikologis, sebelum memasuki tahap kecemasan yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan Anda. (wo/io/bee)
0 comments:
Post a Comment