Diet (doc. Corbis)
VIVAnews - Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa makanan tinggi lemak, gula, dan makanan olahan adalah salah satu faktor pencetus kegemukan. Tak hanya itu, diet yang salah juga akan memberi tekanan secara psikologis.
Dalam buku panduan diet berjudul 'Happiness Diet', penulis Drew Ramsey, psikiater di Columbia University dan Tyler Graham percaya, segala sesuatu yang dimakan dapat memengaruhi suasana hati seseorang. Pada prinsipnya, makanan yang tepat adalah dasar bagi kesehatan mental yang baik.
Mereka menyatakan, tingkat obesitas dan depresi meningkat dua kali lipat dalam satu dekade terakhir. Keduanya berpendapat diet standar di Amerika (SAD) adalah penyebabnya. "Otak Anda dibentuk dari makanan, dan makanan yang tepat adalah dasar kesehatan mental yang baik,' kata mereka seperti dikutip Daily Mail.
Menurunkan berat badan dengan hanya memotong lemak dan kalori, menurut mereka, hanya berakhir dengan kegagalan bila tak diperkuat dengan bahan makanan untuk meningkatkan mood, yang memicu rasa bahagia seperti magnesium, vitamin B12 dan asam linoleat terkonjugasi. Tanpa bahan-bahan ini dalam diet, seseorang cenderung sulit merasa puas sehingga tak dapat mencapai target penurunan berat badan.
Sebaliknya, makanan yang kaya lemak sehat, seperti minyak zaitun, biji-bijian, sayuran, dan daging berkualitas dapat memberi kesehatan mental sekaligus merampingkan ukuran pinggang. Alasannya, rasa bahagia membuat upaya menurunkan berat badan semakin mudah.
Kepada Today Health, Dr Ramsey mengatakan, "Fokus untuk memperoleh tubuh kurus dengan makan diet rendah lemak, rendah kalori, gagal dilakukan sebagian besar orang," katanya.
Dia menambahkan, "Otak makan apa yang Anda makan. Anda tidak dapat melakukan yang terbaik bila otak kelaparan."
Mereka juga menyanggah bahwa makanan yang baik adalah yang mahal. "Mitos terbesar adalah makanan yang sehat berharga mahal. Anda bisa makan makanan sehat dari bahan yang terjangkau tanpa merusak anggaran belanja," katanya.
Namun, Graham mengingatkan, tidak ada salahnya berinvestasi dalam makanan sehat seperti makanan organik yang memang lebih mahal. Di abad-abad silam, manusia menghabiskan anggaran dalam makanan daripada di masa modern, karena memiliki prioritas berbeda. "Apa yang lebih penting, memiliki barang-barang mewah atau memberi otak Anda nutrisi yang dibutuhkan?" kata Graham. (hp).
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
Kirim Komentar
Anda harus Login untuk mengirimkan komentar
0 comments:
Post a Comment