Kecil-Kecil Kok Latah?

iklan
Sindikasi lifestyle.okezone.com
KapanLagi.com: Woman
Kecil-Kecil Kok Latah?
Dec 11th 2011, 02:13

GEJALA latah ternyata tak hanya menyerang orang dewasa. Anak-anak pun tak jarang yang terserang virus tersebut. Inilah solusi efektif mengatasinya.

"Eh copot-copot!" seru Diani (7 tahun), kala mainan yang dipegangnya jatuh.

Lucu ya Moms mendengar kelatahan si kecil. Meski mengundang tawa bagi yang mendengarnya tapi latah pada anak bisa berakibat kreativitas berpikir si kecil terhambat, loh!  Nah, langkah apa yang musti Moms lakukan bila mendapati si kecil latah? Berikut penjelasan lebih lanjut dari Naomi Soetikno, M. Pd., Psi dan Prita Pratiwi, S. Psi., M. Psi.

Latah yang umum disebut oleh masyarakat adalah suatu gejala kelainan dalam ucapaan satu kata yang berulang-ulang tanpa dapat dikendalikan oleh pelakunya dan seringkali ucapaan satu kata tersebut tidak memiliki makna yang sesuai dengan dengan konteks pembicaraan yang sedang terjadi.

Latah merupakan suatu kondisi dimana seseorang secara refleks memberikan atau menampilkan perkataan atau perbuatan yang tidak terkendali saat merasa terkejut. Sebenarnya latah bukanlah suatu 'penyakit', melainkan suatu kebiasaan yang tertanam dipikiran bawah sadar.
 
Sementara dalam bahasa psikologi, latah adalah bagian atau salah satu bentuk dari tic disorder dimana merupakan gangguan mengendalikan gerakan, ucapan dengan ciri-ciri, gejala atau simptom yaitu:
 
- Munculnya tiba-tiba
- Cepat
- Tidak beraturan
- Gerakan atau ucapan yang terjadi di area tubuh yang sama atau kata yang sama
- Terjadi berulang kali dalam 1 hari
- Sudah terjadi menetap sekurang-kurangnya 1 tahun terus menerus
- Kemunculan terjadinya di bawah usia 18 tahun serta bukanlah merupakan efek samping dari suatu penyakit tertentu atau bukan efek dari trauma pada otak.


4 Kategori Latah
 
Bila Moms bertanya apa yang menyebabkan sesorang – apalagi anak kecil – menjadi latah, sampai saat ini pun belum ada penelitian yang pasti menyebutkan bahwa ada kelainan atau kerusakan saraf tertentu yang menyebabkan terjadinya latah.
 
Namun, berdasarkan penelitian, latah hanya terjadi pada budaya Melayu dan pada individu dengan kemampuan pemfungsian intelektual yang terbatas. Besar kemungkinan karena salah satu penyebab latah adalah karena adanya kecemasan tersembunyi akibat perilaku dominan orang-orang di sekitarnya dan sebagai bentuk protes atau pemberontakan bawah sadar. Latah sendiri terbagi menjadi 4, yaitu:
 
- Meniru perbuatan orang atau bangsa lain.
- Mengulangi perkataan orang atau bangsa lain.
- Mengucapkan kata-kata tertentu berulang kali (biasanya kata-kata jorok).
- Melaksanakan perintah secara spontan pada saat terkejut.


Terbentuknya Latah Pada Anak
 
Latah yang sudah terinternalisasi adalah ketika anak menganggap bahwa orang lain lebih hebat dari dirinya, maka muncul perilaku imitatif  berupa meniru perbuatan, perkataan, dan gaya secara mentah, tanpa penyaringan mengenai kesesuaian dengan keadaan dirinya.
 
Contoh, anak melihat temannya berkata berulang-ulang saat merasa kaget, dianggap lucu dan mendapat perhatian dari teman-temannya lainnya. Ia pun kemudian mengikuti perilaku anak tersebut dengan secara sadar melakukan perbuatan yang sama saat ia dikagetkan.
 
Jika perlakuan ini dilakukan secara terus menerus dan dalam jangka waktu lama (sampai menahun), lama kelamaan akan terinternalisasi dan menjadi kebiasaan dalam diri anak tersebut. Sementara, jika latah terjadi karena kecemasan, maka perlu dilakukan penanganan khusus melalui ahli (utamanya untuk menemukan akar permasalahan yang menyebabkan anak merasa cemas).


Dampak Latah
 
Bila Moms mendapati si kecil latah, sebaiknya segera diatasi. Pasalnya, bila latah ini dibiarkan akan berpengaruh terhadap perkembangan kreativitas berpikirnya. Dengan selalu mengikuti kegiatan, perkataan, perbuatan, maupun gaya yang dilakukan oleh orang atau bangsa lain, anak tidak terbiasa berpikir mengenai cara yang paling tepat digunakan oleh dirinya untuk memasuki suatu lingkungan.
 
Ia tidak paham kelebihan-kekurangan yang ada pada dirinya. Ia menjadi tidak memperhatikan kekhasan dari interaksi ia dengan lingkungan (baik orangtua, teman, guru) melainkan hanya mencontoh perilaku yang dianggap dapat membuat dirinya diperhatikan. Kemampuan empati juga menjadi kurang terasah, maka tidak mudah baginya untuk memahami perasaan dan kebutuhan orang lain. (Sumber : Tabloid Mom & Kiddie)
(ftr)

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

0 comments:

Post a Comment