LAYAKNYA orang dewasa, buah hati pun senang menginap di rumah saudara atau tetangga sebelah. Apa penyebabnya?
"Heran deh, Saskia senang banget menginap di rumah saudara, bahkan di rumah tetangga. Padahal kan seharusnya anak seusia dia belum berani menginap sendiri dan malah rewel. Jangan-jangan dia nggak betah di rumah..." keluh seorang ibu perihal kelakuan putrinya yang belum genap 3 tahun. Walau kelihatan sepele, masalah di atas tak boleh dibiarkan berlarut-larut. Coba telusuri apa penyebabnya!
Tidak Dianjurkan
Bisa dibilang, menginap adalah kebiasaan yang kurang baik. Anak-anak tidak dianjurkan untuk terlalu sering menginap di luar rumah dan berpisah dari orangtuanya. Pasalnya anak dan orangtua jadi jarang bertemu. Padahal, intensitas tatap muka antara orangtua dan anak sangat penting. Komunikasi bisa terjalin dengan baik dan hubungan pun menjadi lebih dekat.
Bila Moms semakin mengenal dan mengerti si kecil, ia akan merasa bahagia dan bebas bercerita apapun. Tapi sebaliknya, jika ia malah merasa nyaman tinggal di rumah orang lain, orangtua harus mengoreksi diri.
Faktor Penyebab
Menurut Nessi Purnomo, Psi, Msi, ada beberapa faktor yang menyebabkan si kecil lebih suka menginap atau tinggal di rumah orang lain, yaitu:
- Anak merasa tidak nyaman tinggal di rumah sendiri.
- Aturan yang diterapkan di rumah terlalu kaku dan banyak larangan. Tidak ada negosiasi dengan anak sehingga ia merasa dikekang. Sedangkan di rumah orang lain, anak merasa lebih bebas dimana aturan tidak terlalu ketat.
- Orangtua tidak berfungsi secara maksimal sehingga anak tidak merasa dekat. Kebutuhannya untuk diperhatikan kurang. Seringkali orangtua merasa sudah mencukupi semua kebutuhan anaknya, tapi belum tentu hal serupa dirasakan anak. Ketika anak merasa ada yang kurang maka ia akan mencari pemenuhan di tempat lain.
Lebih Berdampak Negatif
Anak menginap di rumah orang lain bisa membawa dampak positif dan negatif. Idealnya, anak-anak berangkat tidur bersama orangtuanya. Di sana terjadi komunikasi atau kontak antara orangtua dan anak. Tapi bagi anak yang kedua orangtuanya bekerja, kebanyakan jarang bertemu orangtuanya hingga mereka tidur.
"Jika ia menginap di rumah saudara, misalnya, dan kebetulan orangtua sepupunya tersebut mengajarkan hal atau sesuatu yang baik, yang belum tentu ia dapatkan di rumah, maka hal itu bisa memberikan dampak positif bagi si kecil. Misalnya sebelum tidur, ibu sepupunya biasa mendongeng atau sering mengajak anak berbincang-bincang," tutur Nessi.
Meski ada dampak positifnya, menginap lebih banyak berdampak negatif bagi anak. "Jika ia sering menginap di luar, maka hubungan anak dengan orangtua menjadi renggang, sulit dekat karena jarang bertemu. Akhirnya orangtua menjadi tidak sensitif terhadap apa yang terjadi pada anaknya. Sulit mengetahui keadaan anak yang sebenarnya meskipun dengan melihat ekspresi wajahnya," ujar psikolog ramah ini.
Di samping itu, si kecil yang sering menginap di rumah orang lain tentunya juga akan membebani keluarga yang bersangkutan. Ingat, anak usia toddler belum bisa mandiri. Dikhawatirkan ia malah akan merepotkan. Oleh karena itu, sebaiknya orangtua harus tahu diri dan tidak menuruti setiap keinginan anak.
Buat Anak Betah di Rumah
Bila menginap sudah menjadi kebiasaan anak, Moms masih bisa mengubahnya kok. Buatlah anak agar betah di rumah sehingga ia tidak terpikir untuk menginap di tempat lain, dengan cara:
- Ubah suasana di rumah. Buat suasana nyaman dan menyenangkan. Jika di rumah ia terganggu melihat orangtuanya sering bertengkar, sebaiknya hindari bertengkar di depan si kecil. Pasalnya anak mampu menangkap suasana hati orangtuanya walaupun ia belum dapat mengungkapkan secara verbal.
- Perhatikan nada bicara dan gaya bicara Anda saat berbicara dengan anak. Jangan langsung marah atau membentak bila anak berbuat salah. Tanyakan dulu alasannya melakukan hal tersebut. Kemudian ajak anak bicara baik-baik agar ia mengerti dan tidak mengulang kesalahannya.
1. Amati kebiasaan tidur anak. Misalnya ia hanya bisa tidur di kamar atau tempat tidur yang bersih, maka jagalah kebersihan kamarnya. Atau, ia senang ditemani dulu sebelum tidur, jadi cobalah temani sebentar sambil membacakan cerita.
2.Kompromikan dengan anak jika ingin menerapkan aturan baru di rumah. Aturan bisa dibuat lebih fleksibel dengan melihat kondisi saat itu. Misalnya, anak harus mandi pukul 4 sore. Tapi kalau anak baru tiba di rumah pukul 8 malam dan ia sudah tidur dalam perjalanan, maka mandi bisa ditunda hingga besok pagi.
3.Beri pengertian pada si kecil bahwa ini adalah rumahnya. Ia harus menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Tekankan bahwa ia boleh main ke rumah teman, tetangga atau saudara tapi tidur harus tetap di rumah.
4.Jadikan kegiatan menginap hanya sebagai variasi saja, bukan sebagai pelarian. Si kecil boleh menginap sebulan sekali. "Misalnya saudara sebayanya datang dari jauh. Biasanya anak-anak ingin tidur dan bermain bersama sepuasnya. Menginap sesekali boleh tapi jangan menjadi kebiasaan," tutup Nessi. (Sumber: Tabloid Mom & Kiddie)
(ftr)
0 comments:
Post a Comment