KEPERGIAN seorang desainer muda dan berbakat Adesagi Kierana bisa menjadi pembelajaran penting bagi dunia fesyen Indonesia, khususnya bagi para desainer. Sebuah pesan bahwa mereka harus mulai memikirkan masa depan karyanya dan bagaimana menjaga keberlanjutannya.
Apa yang terjadi saat seorang desainer tiba-tiba
tutup usia? Apakah seluruh karya buah hasil kerja kerasnya juga mesti turut terkubur bersamanya? Lalu bersama waktu, orang-orang mulai melupakan kekaguman mereka, melupakan namanya, dan melupakan bagaimana desain-desain yang pernah dibuat memengaruhi rasa orang tentang sebuah fesyen.
Kegundahan itulah yang mungkin kini tengah dirasakan keluarga dan orang-orang terdekat almarhum Adesagi Kierana. Sepeninggalnya, sebuah pekerjaan rumah besar telah menanti, yakni bagaimana melanjutkan nama besar dan karya yang telah dibangun Adesagi semasa hidupnya. Sebuah butik di Cipete, Jakarta Selatan, nyata-nyata berdiri sebagai bentuk keseriusan Adesagi merintis bisnis mode. Berikut, sederet nama pelanggan yang masih berharap dapat memakai rancangan khas Adesagi.
"Ini benar-benar sebuah pembelajaran bagi para desainer, bahwa mereka harus mulai memikirkan masa depan," kata Musa Widyatmodjo saat berbincang dengan
okezone, Rabu (4/1/2012).
Keberlanjutan sebuah bisnis mode, jelas Musa, sangat bergantung bagaimana seorang desainer menyiapkan orang-orang di sekitarnya untuk memahami gaya rancangan yang diusung. Hal ini untuk menjamin adanya penerus karya, jika sang desainer mendadak tak bisa lagi berkarya.
"Bisa dari staf yang bekerja bersamanya atau dari keluarga," tandasnya.
Sedangkan untuk mengembangkan bisnis pada skala yang lebih besar, lanjutnya, seorang desainer bisa menggandeng
partner atau pemegang saham atas gaya rancangannya. Dengan demikian, produksi garmen dengan gaya khas sang desainer bisa terus diproduksi dan dinikmati masyarakat.
(tty)
0 comments:
Post a Comment