PERILAKU seks tidak aman dan faktor risiko lainnya mendekatkan pelakunya pada risiko HIV/AIDS. Menjalani tes guna membuktikan status virus akan menjadi jalan bijak untuk penyembuhan lebih cepat.
Hari ini yang diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia menjadi cermin bagi kita terhadap penyakit berbahaya dan mematikan ini. Penyakit ini disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV), dengan obat-obat antiretroviral (ARV) yang ada telah mampu menekan jumlah virus sampai tidak terdeteksi.
Dr dr H Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB, Spesialis Internist & Gastroenterologist FKUI menegaskan, perlu inisiatif dari masyarakat (berisiko HIV/AIDS) untuk memeriksakan apakah HIV-nya positif. Mengingat, Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan percepatan angka kejadian HIV/AIDS yang tinggi di dunia juga angka deteksi yang masih rendah.
"Siapa saja yang pernah melakukan hubungan seksual, terutama hubungan seksual di luar nikah dan pernah menggunakan jarum suntik yang tidak steril atau pernah menggunakan narkoba jarum suntik dianjurkan untuk memeriksa status HIV-nya," ungkapnya dalam rilis yang diterima okezone, Kamis (1/12/2011).
Ia menambahkan, semakin dini pasien HIV diberikan obat ARV, maka semakin cepat menurunkan jumlah virus dan mengurangi potensi penularan. Pada akhirnya, meningkatkan kualitas hidupnya. Selain faktor kesadaran diri, deteksi HIV juga membutuhkan dukungan petugas kesehatan untuk memotivasi pasien memeriksakan HIV-nya.
Ia memaparkan, orang dengan virus HIV di tubuhnya tidak akan berbeda dengan orang sehat. Perbedaan hanya dapat diketahui lewat pemeriksaan darah (antibodi HIV).
Gejala klinis muncul pada penderita HIV yang sudah lanjut; daya tahan tubuh sedemikian terganggu sampai timbul infeksi oportunistik seperti sariawan karena jamur kandida, TBC paru, diare kronik karena infeksi jamur atau parasit atau bercak-bercak hitam di kulit. Selain itu, pasien HIV yang sudah masuk tahap lanjut juga mengalami berat badan turun.
Penyakit ini ditularkan melalui hubungan seksual, penggunaan jarum suntik secara bersama-sama, atau transfusi darah. Infeksi tidak ditularkan melalui gigitan nyamuk atau gelas dan alat makan dari penderita HIV.
Upaya deteksi dan pengobatan sejak dini diharapkan dapat memberikan hasil maksimal bagi penderita HIV/AIDS.
"Penyebaran HIV bisa dicegah total. Lewat data penelitian di lapangan, ibu yang minum obat HIV secara terkontrol, tidak satupun bayinya tertular. Atau laki-laki berisiko yang mau menikah, minum obat HIV, istrinya tidak tertular. Jadi, ibu tidak menular ke bayinya, suami juga tidak akan menulari istriya," ujar Prof Dr Zubairi Djoerban SpPD K-HOM, FINASIM (Tim Pakar PNPK HIV) pada peluncuran hasil STBP 2011 di Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarta, Kamis (12/11/2011). (ftr)
0 comments:
Post a Comment